Keduanya tiba di kuil suci itu. Tak seperti perjalanan menuju kuil yang sangat dingin, kuil itu dilengkapi oleh obor sebagai penerangan. Beberapa lampion yang digantung pada bagian kuil juga menyala.
Tapi...sama sekali tidak ada tanda kehidupan dari dalam. Rasanya hanya ada Jaehyun dan Rose di situ.
Jaehyun membuka pintu ganda kuil itu, tidak seperti kuil atau tempat peribadatan lainnnya, kuil ini...gelap. Kosong.
"Kok kosong, si?" Tanya Jaehyun, heran.
Jauh-jauh ia dan Rose datang ke kuil ini tapi ternyata isinya kosong.
Malahan, hanya ada keperluan tidur. Seperti bantal dan selimut.
Jaehyun menoleh ke belakang, menemukan Rose yang masih memeluk dirinya sendiri sambil merunduk.
Perlahan Jaehyun menuntun Rose untuk masuk ke dalam kuil itu. Keduanya melepas sepatu mereka, meninggalkannya di depan pintu kuil.
Karena cuaca yang terlalu dingin dan malam hari, Jaehyun menutup pintu kuil itu.
Walaupun kosong dan hanya ada bantal dan selimut, tapi di dalam kuil masih ada penerangan. Beberapa lampu minyak atau petromak yang redup.
Keduanya duduk di lantai kayu ruang tengah dari kuil itu.
"Masih kedinginan gak?"
"Udah bisa digerakin kakinya?" Tanya Jaehyun, mengkhawatirkan tentang keadaan Rose.Rose mengangguk pelan, wajahnya masih pucat. "Udah mendingan." Jawab Rose.
Jaehyun menatap ke arah jam tangannya. Pukul 11 malam. Mereka melakukan perjalanan spiritual selama 13 jam.
Makanan yang mereka bawa juga semakin sedikit. Ah, masa bodoh. Yang Jaehyun dan Rose pikirkan sekarang hanyalah beristirahat.
Jaehyun bangkit dari posisinya, lalu mengambil matras tipis, selimut, dan bantal yang terlipat rapih di pojokan, lalu menggelegarnya di tengah kuil itu. Tempat paling hangat karena ada beberapa obor yang ditempel di dindingnya.
Cuma satu. Bantal, selimut, matras-nya cuma satu. Pada akhirnya Jaehyun menyuruh Rose untuk tidur diatas matras tipis itu, menggunakan bantal dan selimut.
Sementara Jaehyun duduk bersandar ke dinding di sebelah Rose yang terbaring. Jaehyun sibuk main game offline di ponselnya karena sama sekali tidak ada sinyal.
"Lo nggak tidur?" Tanya Rose.
"Hm?"
"Ntar aja." Jawab Jaehyun, masih memainkan ponselnya."Oh, yaudah." Respon Rose, lalu memutar badannya, membelakangi Jaehyun.
Rose sama sekali tidak tidur. Dia sibuk melamun-memikirkan Ayahnya. Itu hal yang selalu Rose lakukan ketika ia berdiam diri.
Memikirkan Ayahnya, memikirkan dunia di sekitarnya. Memikirkan dirinya sendiri, terkadang. Tapi tak sesering seperti ketika ia memikirkan Ayahnya.
Rose mau, Ayahnya cepat sembuh. Kembali menjadi sosok gagah dan ceria seperti dulu kala. Mengantar Rose ke sekolah, bermain gitar dan bernyanyi bersama Rose, bahkan mendengarkan segala curahan hati Rose.
Ia rindu masa-masa itu. Ketika hampir semua aktivitas ia lakukan bersama Ayahnya. Tapi sejak 5 tahun yang lalu, hal-hal seperti itu terdengar mustahil. Setiap hari Ayahnya hanya bisa terbaring di kasur, pergi ke rumah sakit, masuk ke ICU. Bahkan Kak Jae dan Rose kadang tidak boleh masuk ke dalam kamar Ayahnya untuk bertemu.
Tak terasa, tenggelam di pikirannya sendiri, kedua mata Rose terpejam, tertidur. Perjalanan hari ini sangat menguras tenaganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOOD RING
FanfictionMetamorphobics, 2020 - 2024. Dalam tradisi Tiongkok, pernikahan hantu adalah pernikahan di mana salah satu atau kedua belah pihak meninggal. Bentuk lain dari pernikahan hantu dipraktekkan di seluruh dunia, terutama di Prancis sejak tahun 1959. Asal...