•BAGIAN KEEMPAT BELAS

4.4K 212 65
                                    

Vote dan Comment.

Selamat Membaca.

▪▪▪▪▪▪▪

Huek

Huek

Suara seseorang yang sedang muntah di toilet siswi terdengar jelas karena keadaan yang sepi. Hari ini, hari terakhirnya mengerjakan ujian dan tinggal menunggu hasil keluar, moga saja memuaskan. Namun nasib sial justru menimpa Mentari. Sedari dalam ruangan ujian perutnya tidak bisa di ajak berkompromi. Entah dirinya ini terkena penyakit apa ia juga tidak tahu. Mungkin penyebabnya karena dari semalam tidak sempat makan. Kemarin juga tiba-tiba kepalanya sangat pusing sampai dirinya sendiri membentur-benturkan kepalanya ke dinding rumah untuk meredakan sakit kepalanya itu.

Mentari lelah, perutnya terus bergejolak namun tidak mengeluarkan apa pun di tambah pusing yang kian melanda. Tidak ingin lama-lama berada di kamar mandi, akhirnya Mentari memutuskan membasuh mulut dan merapikan seragamnya sebelum keluar dari toilet.

Baru saja membuka pintu toilet, seseorang langsung mengagetkan dirinya karena berdiri pas di depan pintu. Mentari langsung mengalihkan pandangannya ke arah sepatu lusuh yang dikenakannya. Dengan tersenyum miring dan bersedekap dada, seseorang itu mulai menarik tangan Mentari keluar dari toilet dan membawanya ke gedung samping perpustakaan yang sepi.

"Wah, ada yang baru muntah-muntah nih, kira-kira kenapa ya?" tanya nya dengan nada merendahkan. Wajah orang itu di dekatkan ke wajah Mentari yang sedang menunduk lalu memegang dagu perempuan itu agar mendongak menatapnya.

"Atau jangan-jangan lo hamil?"

Deg

Seketika jantung Mentari berhenti berdetak mendengar ucapan orang di depannya ini. Tubuhnya seakan luruh tidak bernyawa. Setelah kejadian kepalanya yang sangat pusing serta mual-mual tadi apa itu bisa membuktikan bahwa dirinya memang hamil. Tapi, itu bisa juga terjadi karena memang mereka melakukannya tanpa, ya kalian tahu sendiri lah.

"Kenapa? Kaget? atau masih nggak percaya?" Orang itu lantas tersenyum remeh dan melepaskan tangannya yang memegang dagu Mentari.

"Kamu--kamu jangan sok tahu Olivia!"

"Udah mulai berani bentak ya lo sekarang!" Ucapnya dengan emosi menggebu-gebu sambil mendorong tubuh Mentari. Namun untungnnya Mentari mampu menjaga keseimbangannya hingga tidak terjatuh.

Olivia, teman se-geng dari Sandra. Ya tentu saja siswi berduit banyak dan bergaya hedon. Mentari juga tidak tahu kenapa sedari awal dirinya masuk sekolah ini Sandra beserta teman satu geng nya selalu ingin mencari masalah dengan dirinya. Sepertinya mereka selalu mengawasi setiap pergerakan yang ia lakukan.

Tangan Olivia sudah siap untuk dilayangkan dengan mulus ke arah pipi Mentari. Bahkan Mentari sudah memejamkan mata dengan pasrah menerima tamparan dari perempuan dihadapannya. Tak kunjung mendapat tamparan akhirnya Mentari memberanikan membuka mata. Di tatapnya Olivia yang sedang menahan amarah sampai wajahnya memerah. Tangannya mengepal erat dan berbalik meninggalkan Mentari yang diam memegang erat rok seragam.

'Kenapa tidak jadi menampar? padahal aku sudah siap.'

Mentari mulai meninggalkan gedung samping perpustakaan yang sepi. Ia akan pergi ke warung untuk membantu cuci-cuci piring. Mentari merogoh tasnya mencari sekiranya ada uang yang tersisa untuk naik angkutan umum namun hasilnya nihil, hanya tersisa lima ribu saja itu pun untuk makan. Memang selama ujian Mentari sama sekali menolak diberi uang oleh ibunya karena beralasan hanya ujian jadi memungkinkan sebentar. Ibu dan bapaknya sudah tahu bahwa Mentari setelah pulang sekolah akan langsung bekerja di sebuah warung makan. Bermula dari kecurigaan ibunya yang melihat Mentari selalu pulang sore padahal katanya sedang ujian. Mentari beralasan tidak ingin merepotkan bapak ibunya. Ia bekerja semata-mata agar ia bisa membantu meringankan beban ibu nya dengan mencari uang jajan sendiri sedangkan sang ibu hanya memaklumi anaknya asal kegiatan itu tidak mempengaruhi kondisi belajar si anak.

DEAR RAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang