•BAGIAN KESEPULUH•

5K 219 17
                                    

Ngerasa nggak sih kalau aku tiba-tiba up terus tiap hari? Ya udah lah ya moga pada nggak bosen. Cuma mau ngehabisin stok draft wkwk.

Selamat Membaca.

▪▪▪▪▪▪

"Kamu tahu kabar nya kalau Raga deket sama adek kelas nggak Tar?"

Pertanyaan Sari seketika membuat kepala Mentari menoleh ke arahnya.

"Adek kelas? siapa? Aku nggak tahu kebetulan," jawab Mentari.

Jujur dirinya semenjak dua minggu yang lalu sudah tidak berhubungan lagi dengan Raga. Dirinya juga tidak ingin mengemis-ngemis tanggung jawab lagipula dirinya sudah ditolak terlebih dahulu oleh pria itu. Syukurnya juga sampai saat ini dia tidak hamil bukan. Bahkan sewaktu pulang dari apartemen Raga setelah kejadian itu Mentari harus mencari alasan yang masuk akal agar kedua orang tuanya tidak curiga.

"Ish, makanya jangan ngunder terus di kelas. Denger-denger dari Bagas sih katanya kelas sepuluh, masih dedek gemes kan haha. Ehm, kamu tahu nggak Tar, gara-gara gosip itu si adek kelas tadi, katanya dia dilabrak sama Sandra."

Ucapan Sari tidak sepenuhnya membuat Mentari kaget. Sudah menjadi rahasia umum jika Sandra, mantan pacar Raga sangat tergila-gila pada pria itu.

Mentari mengangguk-anggukan kepalanya. Matanya masih setia pada sepatu yang ia gunakan. Robekan pada kain di sepatunya lumayan besar. Bahkan sebelum berangkat sekolah tadi ia harus membeli lem dulu untuk merekatkan sepatunya yang sudah menganga.

Sari mengikuti arah pandangan temannya itu. Hatinya ikut terenyuh melihat Mentari. Ia sungguh bersyukur masih diberi keluarga yang berkecukupan. Setiap kali ingin mengeluh Sari pasti berkaca pada kehidupan Mentari. Bisa dibilang hidup Mentari lebih susah daripada kehidupannya. Sari tahu sepatu yang sedang dipakai temannya itu sudah rusak dan tidak layak pakai. Kadang juga ia sering mendengar Mentari menggumam jika jari-jari kakinya sakit karena sepatu yang digunakan sudah kekecilan.

Sari paham, hidup memang keras dan penuh perjuangan. Nyatanya hidup tidak seindah di dunia-dunia bayangannya. Mungkin mereka-mereka di luar sana bisa meminta barang atau uang kepada keluarga atau pacarnya bahkan tanpa diminta pun sudah diberi tapi beda dengan Mentari. Keluarganya saja sudah susah untuk hidup apalagi meminta-minta, terlebih keadaan diperparah dengan bapaknya yang sedang sakit. Menjadikan Mentari harus kuat dan orang yang dapat diandalkan.

"Ke kantin yuk Tar, mumpung jam istirahat masih lama nih," ajak Sari yang di angguki oleh Mentari.

Mentari dan Sari lantas berjalan meninggalkan taman tempat biasa mereka kunjungi dan pergi menuju kantin. Mentari sudah menekankan pada hatinya bahwa mulai saat ini ia harus sedikit lebih berani. Walau kadang bayangan-bayangan kejadian antara dirinya dan Raga di kantin dulu masih sering berputar di otaknya. 

Mentari dan Sari memilih duduk dipojokan.

"Mau pesen apa Tar?"

Mentari nampak berpikir sebentar.

"Es Teh aja deh Sar, panas-panas gini enak nih minum es teh."

"Cuman es teh?" tanya Sari meyakinkan.

Mentari mengangguk sedangkan Sari menghela nafas pelan.

DEAR RAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang