Hari itu menjadi hari terakhir aku bertemu dengan Ara. Gadis itu kembali menarik diri, tanpa kabar. Dia taka da saat kami latihan di basecamp, juga tak datang selama jam istirahat. Terhitung tiga hari sejak hari itu, sampai akhirnya, aku mendapat pesan darinya. Sebuah sample lagu yang sudah jadi. Aku yang sudah siap tertidur langsung terduduk.
Kalau mau diganti atau ditambah bilang ke Theo aja Kak
Begitu pesan Ara. Aku memanfaatkan kesempatan ini, membalas pesannya tapi Ara tak kunjung membalas hingga keesokan paginya.
*
Jam istirahat pertama, seperti biasa aku dan Jimmy pergi ke lantai dua gedung lab setelah membeli makanan. Kami berdua duduk bersila di atas sebuah meja yang digeser tepat di samping susuran tangga. Dari sini kami bisa mendapat pemandangan lapangan basket di bawah sana.
Disela-sela makan, Theo datang seorang sendiri dengan membawa sebuah roti dan kopi kalengan. Dia menyapa sekilas lalu berbaring di meja lain yang ternaung.
"Ara masih nggak keliatan Tet?"tanya Jimmy pada Theo.
Theo mengangkat wajah lalu menggeleng. Dia terlihat suram. "Chat gue dari kemaren-kemaren juga dianggurin."
Jimmy menghela nafas berat.
"Kalian nggak dikirimi lagu dari dia semalem?"
Theo dan Jimmy membulatkan mata, menoleh ke arahku kompak.
"Kok gue nggak dapet?"protes Theo
"Gue juga nggak dapet. Kok lu dapet?"nada suara Jimmy terdengar menuduh.
Aku meneguk ludah. "Ya nggak tau juga. Pada mau denger?"Kukeluarkan ponsel, mencari lagu itu untuk di dengarkan bersama. "Ara bilang kalau ada yang mau diganti atau ditambah ke Theo aja."
"Waktu gue tanya dia bilang belum ada yang bisa gue bantu."Theo berdecak kesal. Dia meninggalkan mejanya, lalu berpindah tempat duduk bersila di samping Jimmy. Sekarang kami bertiga duduk melingkari ponselku yang diletakan di tengah-tengah.
Aku sudah mendengarkan lagu itu semalaman. Melodi dan liriknya benar-benar menyentuh. Berarti Ara benar-benar berbakat karena tak dibantu selama proses pembuatan lagu.
Lagu selesai diputar, Jimmy dan Theo saling berpandangan.
"Kalau mau diganti..."
"Ini mah udah tinggal direkam aja."Theo memotong perkatanku antusias.
"Gue juga setuju."Jimmy ikut menimpali. "Makin cepet rekaman makin bagus. Biar nggak kepikiran gue. Udah mulai ribet nih Ibu negara nambahin jadwal les"
Theo berdiri, lalu melompat dari meja. "Gue mau nyamperin Ara dulu ke kelasnya."
"Bilangin Ara, ntar kita rekaman. Biar gue bookingin studio."kata Jimmy.
Theo mengacungkan jarinya sebelum berjalan menjauh.
![](https://img.wattpad.com/cover/230042160-288-k645109.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ADAGIO
أدب المراهقينAwalnya Khafa tak percaya dengan cinta pada pandangan pertama. Segala hal, apalagi cinta, butuh waktu untuk tumbuh dan dirasakan. Ibarat musik semuanya harus mengalun dengan tempo yang tak terlalu cepat dan mengalun lembut (adagio). Khafa percaya...