9. TO PANDU : Playground

154 5 29
                                    

--Happy reading



"Pandu mau kemana lagi?" Ujar Nesya yang terlihat pasrah di tarik tarik oleh Pandu. Setelah makan barusan, Nesya kembali diajak berkeliling oleh Pandu. Perempuan itu berjalan mengikuti arah Pandu yang tak tau akan kemana setelah ini.

"Bawel banget sih jadi cewek!" Sentak Pandu tak lepas mengenggam wanita di belakangnya.

"Hampir mau maghrib, Pandu."

"Lo bisa diem gak! Mau gue karetin mulut lo?!" Pandu menyondongkan badannya, melihat Nesya yang sudah lelah dengan matanya yang ia putar malas.

"GUE COLOK JUGA MATA LO!" Teriakan Pandu barusan membuat Nesya tercegang. Ia menggelengkan kepalanya cepat membuat laki laki yang ada di depannya itu kembali menariknya tanpa meladeni Nesya yang masih terangah engah karena langkah Pandu yang panjang.

Namun setelahnya, mata Nesya dibuat berbinar ketika mereka singgah di sebuah playground yang berada tepat di plaza itu.

Sudah lama Nesya tidak ke tempat ini. Tempat yang sebelumnya pernah menjadi sebuah kenangan kala kedua orang tuanya masih berada bersamanya. Nesya tersenyum kecil dengan sebuah air mata yang tiba tiba mengalir di pipinya. Ia merindukan keluarga kecilnya.

Pandu yang melihat reaksi Nesya hanya bisa menghembuskan nafasnya jengah. Ia menarik kembali telapak tangan Nesya, membuat perempuan yang tadi sempat diam itu kembali berjalan ke arahnya.

"Gue udah lama gak kesini."

"Sama."

"Sama apanya?"

"Aku juga udah lama gak kesini."

"Gue kira orang miskin kayak lo gak pernah main ginian."

Nesya menatap lelah ke arah Pandu. Kalau saja ia atlet tekwondo, sudah habis Pandu di lempar Nesya dari lantai 5 ini.

"Kenapa lo liat gue gitu?"

"Gak papa, Pandu."

"Gue emang ganteng, biasa aja lo ngagumi guenya." Ujar Pandu dengan menyisir nyisir rambut lurusnya. Nesya hanya terseyum kecil. Ia benar benar pasrah kepada tingkah Pandu hari ini.

"Lo mau main apa?"

"Terserah."

"GUE BACOK LO NESYA!" Teriak Pandu kembali membuat Nesya memejamkan matanya. Laki laki ini? Kenapa ia hobi sekali teriak teriak?

"Aku gak tau mau main apa, Pandu," Ujar Nesya lirih.

"Udah gue kira emang lo kampungan. Biasa, orang miskin kalau main kesini pasti gak ngerti."

Nesya benar benar kesal. Sepanjang jalan, ia hanya merutuki nasibnya yang bisa sampai ke sini bersama Pandu. Nesya benar benar ingin kabur dari sini sekarang. Namun, apalah daya Nesya yang benar benar takut dengan amarah Pandu yang seperti singa itu.

"Iya, Pandu. Aku emang kampungan," Ucap Nesya yang benar benar ingin menangis meluapkan kekesalannya.

"Gue malu bawa lo, Nes!" Tekan Pandu yang tak pernah melepas genggamannya pada perempuan itu.

TO : PANDU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang