--Happy reading
Laki laki itu benar-benar merasa pusing. Ia memijat pelapisnya kesal lantaran pesan dari papanya membuat tadi Pandu semakin bingung.
Ia tak tahu harus bagaimana terhadap dirinya sendiri.Disisi lain Laki laki itu mencintai Nesya, di sisi lain juga ia harus merelakan gadis itu pergi bersama perasaanya.
Pandu sudah lelah. Ia memilih ke balkon apartmentnya, kemudian menyalakan sebatang rokok, seakan lupa dengan penyakit akutnya.
Laki laki itu menatap nanar pada bintang yang bersinar terang di sana. Ia merindukan mamanya. Pandu rasa dunia tidak baik kepadanya. Langitnya masih mendung. Tak memberikan sedikit ruang untuk cerah sama sekali.
"Pandu pengen jadi bintang, Ma. Nemenin Mama. Tapi Nesya masih butuh Pandu. Pandu takut gagal jaga Nesya, Ma," Monolognya pada diri sendiri.
Airmata Pandu seketika jatuh. Membanjiri pipinya yang berubah merah bersamaan dengan isakan isakan kecil dari hidungnya. Pandu akui dirinya lemah. Pura pura kuat menurut Pandu tak bisa mewakili isi hatinya.
Sedikit dari hatinya terbesit untuk minum minuman yang sudah ia siapkan. Namun, ia segera tersadar. Ia ingat pada janji yang iya buat untuk Nesya. Untuk sembuh dan untuk selalu menjaganya.
Pandu seketika itu mengeluarkan ponselnya. Mencerna setiap kalimat yang dikirim dari papanya tadi.
Papa
|| Saya masih memantau kamu, Pandu!
|| Balaskan dendam saya atau saya sendiri yang turun tangan.Pandu menghembuskan nafasnya kasar. Ia melirik ke arah bintang, melihat ibunya yang bersinar di sana.
"Mama, Besok Pandu sama temen Pandu mau tukeran kado. Bantuin pilihin kado yaa, ma," Ujar Pandu kecil, duduk di depan mamanya.
Mama Pandu kemudian mengangguk. Ia melebarkan tangannya, agar putranya itu bisa duduk di pangkuannya.
"Temen kamu Cewek atau Cowok, sayang?"
"Temen Pandu namanya, Ece! Dia cewek!"
Mama Pandu lantas mengangguk. Ia kemudian membawa sebuah benang dan jarum panjang, lalu merangkai sebuah utaian.
"Manusia itu hal berharga, Pandu. Mereka cuman ada satu di dunia. Karena mama pengen ngasih sesuatu yang berharga untuk temen kamu, mama pengen buat sesuatu yang cuman satu. Hanya untuk temen kamu."
Laki laki kecil itu kemudian menangguk. Ia asik melihat mamanya yang fokus merajut sesuatu untuk temannya. Sampai Pandu merasa terkejut. Ia melihat papanya yang masuk lewat pintu kamarnya, kemudian mengecup kening mamanya.
"Lusa kamu bakal dapet donor ginjal, Pandu. Segera masuk kamar. Kemudian tidur. Sebentar lagi kamu akan sembuh."
Pandu mengenggelengkan kepalanya. Ia ingin bersama mamanya. Ia ingin melihat mamanya yang membuat sesuatu untuk temannya.
"Kamu sedang apa, sayang?" Tanya Arya yang kemudian melepas dasinya.
"Membantu anak kita membuat sesuatu untuk temannya," Ujar Mama Pandu tersenyum tipis.
Arya lantas menghembuskan nafasnya kasar. Ia kemudian berjalan menuju mama Pandu, untuk melihat sesuatu yang ia buat.
"Berhenti berteman dengan orang orang tidak berguna, Pandu. Pertemanan itu hanya akan membuatmu lengah. Terus berlajar agar Dewangga Company nanti bisa dikuasai oleh mu."
Pandu kecil hanya terdiam. Sedari kecil, ia memang selalu ditekan oleh papanya. Untuk bermain pun, sepertinya Pandu tidak bisa. Nesya adalah kebahagiaan Pandu sejak kecil temannya selain Nehand dan Ellzya yang sering menemaninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TO : PANDU
Teen Fiction"Langit itu lukisan nyata tuhan. Langit aja indah, apalagi rencanya, Iyakan?" ❀❀❀❀ Antara Cinta dan Benci Antara Pandu, Nesya dan Perasaan mereka Note : Bila ada ketidak lengkapan dalam cerita, hapus terlebih dahulu ceritanya di perputakaan.