--Happy reading
Pandu diam. Laki laki melarutkan dirinya pada malam yang menyelimuti pandangannya. Matanya tak habis menyorot satu bintang yang bersinar terang diatas sana. Sedikit hatinya tersentuh kala ia dibawa masuk pada bintang yang menyinarinya itu.
"Kata mama kalau kamu kangen seseorang, orang itu bakalan jadi bintang. Bintang yang bersinar buat malam dan bintang yang bersinat buat kehidupan kamu," Ujar sosok perempuan kecil yang tiba tiba duduk sebelah laki laki kecil itu.
Pandu tercegang. Ia seperti melihat kilas baliknya ketika melihat rasi bintang yang menampakan wajah kecilnya.
"Kamu lagi, gak usah so tau! Bintang itu benda langit yang punya cahaya! Bukan orang yang lagi kangen!" Balas laki laki kecil itu, bergeser mejauhi perempuan tadi.
"Kata papa! Aku gak boong!"
"Omongan kamu itu gak masuk akal. Mau aku ceruburin lagi ke sungai?"
"Aku gak takut! mama aku bakal nolongin aku lagi kayak kemaren!"
Perkataan barusan membuat laki laki kecil itu tersedu. Ia menundukan padangannya bersamaan dengan air mata yang jatuh membasahi pipi merahnya.
"Ehh, kok malah nangis?!" Seru perempuan kecil itu. Perempuan itu malah kepanikan sendiri. Ia mengusap ngusap punggung laki laki kecil itu, membiarkan laki laki itu semakin tersedu.
"Kamu kenapa nangis?" Tanya Perempuan itu. Laki laki tersebut mendongakan kepalanya. Ia tiba tiba memeluk perempuan kecil itu. Tangisannya pecah pada area pundak perempuan tadi yang kini menjadi basah.
"A-aku udah percaya langit, tapi langitnya masih mendung," Sahut laki laki itu terisak. Perempuan kecil tadi lantas mendorong bahu laki laki kecil tersebut. Ia menatap laki laki itu penuh teliti.
"Cukup aku gak punya ginjal, aku juga gak mau gak punya mama!"
Isakan hebat tadi membuat perempuan kecil itu tersadar. Ia kemudian menunjuk ke arah bintang yang paling bersinar terang.
"Kalau kamu percaya bintang di langit itu punya cahaya, kamu juga harus percaya kalau bintang itu ngasih keterangan. Kamu harus tau, kalau mama kamu itu bintang. Bukan bintang dilangit. Tapi, bintang buat hati kamu. Bintang buat kehidupan kamu."
Pandu tersadar. Laki laki itu tiba tiba mengeluarkan air matanya karena sudah tak mampu membendung lagi perasaanya.
Tangannya reflek mengarah keatas. Seperti mengambil bintang yang paling bersinar itu, mengepalnya, kemudian menyimpannya pada hatinya.
Pandu menangis bersamaan dengan malam yang menutupi sedikit tubuhnya. Sehebat apapun Pandu, ia tak bisa berpaling dari kenyataan bahwa kehebatannya hanyalah ilusi baginya. Fana yang ia ciptakan sendiri untuk melupakan keluh kesahnya.
"Pasti bintang, kan?" Ucapan barusan tiba tiba membuat Pandu berbalik. Ia segera menepis tangisannya kasar, kala merasa bahwa ada sosok perempuan yang menghampirinya. Perempuan dengan dua cup minuman di tangannya itu, langsung duduk pada batu besar yang di diami Pandu saat ini.
"Gak usah di susut, gue tau asli lo gimana," Sahut Ellzya sembari memberikan satu cup minuman pada Pandu.
"Lo itu so kuat padahal lemah. So pinter padahal maksain ngambis, so cuek padahal lembek. Gak usah nutup nutupin hal itu dari gue," Lanjutnya memeluk kedua kakinya di atas batu yang sedang mereka duduki.
"So tau lo!"
"Apa sih yang gue gak tau dari lo?"
Perempuan itu tersenyum pahit. Ia memusatkan seluruh perhatiannya pada bintang yang sedang dipandangi Pandu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TO : PANDU
Novela Juvenil"Langit itu lukisan nyata tuhan. Langit aja indah, apalagi rencanya, Iyakan?" ❀❀❀❀ Antara Cinta dan Benci Antara Pandu, Nesya dan Perasaan mereka Note : Bila ada ketidak lengkapan dalam cerita, hapus terlebih dahulu ceritanya di perputakaan.