--Happy reading
Pandu terus terusan mengusap lengan perempuannya yang terbaring di hadapannya. Laki laki itu, mencoba menghangatkan tubuh Nesya, melalui tangannya yang terus bergerak pada lengan Nesya.
Pandu merasa detak jantungnya ikut berdetak cepat, bersamaan dengan Nesya yang tak kunjung membuka matanya. Sedikit airmatanta jatuh, membasahi pipi perempuan itu.
"Maaf karena gue gak bisa jaga air mata lo, Nes," Rintih Pandu dengan kepala yang terus terusan menunduk.
Rasa bersalah kini menguasai laki laki itu. Jika bukan karena dia yang memaksa Nesya ikut camping, kejadian ini pasti tidak akan terjadi. Mungkin ini hanya pingsan biasa. Namun bagi Pandu, ini adalah hal yang paling menjadi ketakutan terbesarnya. Hidup dengan bayangan kejadian mamanya yang meninggal di hadapannya membuat Pandu takut, takut akan kehilangan wanita yang selama ini menjadi kehidupannya.
"Maaf karena gue nyakitin lo, Nesya," Ujar Pandu lirih.
Pandu tak bisa membohongi dirinya, dengan tak menangis di hadapan Nesya. Bagi Pandu, Nesya adalah hidupnya. Copyan mama nya yang membuat Pandu berjanji untuk terus menjaganya. Menebus kesalahan pada Mamanya yang tak bisa Pandu lakukan.
"Maaf karena gue gak bisa bales Zian."
Laki laki itu terisak. Kejadian di mana ia kehilangan mamanya tiba tiba teringat di pikiranya. Laki laki itu semakin erat mengenggam tangan Nesya, memberi sebuah isyarat bahwa ia benar benar takut kehilangan Nesya.
"Pandu?" Seru Rezza.
Laki laki pucat itu lantas menoleh, melihat Rezza yang tengah masuk menghampiri mereka.
"Gue mau ngomong sama lo," Seru Rezza.
"Gue gak ada waktu."
Pandu mendekatkan badannya pada Nesya yang terbaring di brankar. Laki laki itu, menyimpan tangan Nesya di pipinya, memastikan agar kehangatan tubuh Pandu menyalur pada Nesya.
"Gue butuh ngomong, supaya lo bisa terus sama Nesya." Pandu lantas menoleh. Menyimpan lengan Nesya di sebelah Badannya.
"Kalau gak penting, gak usah. Nesya lebih butuh gue."
"Dan gue lebih butuh ngomong sama lo sekarang. Untuk kebaikan lo sama Nesya juga."
Entah mengapa ketika nama Nesya disebut, laki laki itu selalu tergugah. Ia merasa terpanggil dengan nama Nesya yang terdengar melalui telinganya.
"Lo ngomong aja, biar gue yang jaga Nesya," Seru Ellzya yang kemudian masuk melalui tenda.
Pandu lantas mengangguk. Dengan ragu, ia melepaskan tangan Nesya dari dirinya, kemudian bangkit menyium kening perempuan itu.
"Gue tinggal dulu yaa, penyihir kecil," Ujar Pandu kemudian berjalan mengikuti langkah Rezza di depannya.
Rezza dan Pandu sama sama duduk. Duduk pada batu besar yang menghadap langsung ke perkotaan.
"Sejak kapan lo nyembunyiin hal itu dari kita?" Tanya Rezza membuka percakapan.
Rezza benar benar terkejut ketika mengetahui fakta tentang laki laki itu. Sejak ia mengantar Pandu ke tenda Dokter tadi, ia benar bena merasa sakit hati. Ia merasa bahwa Pandu tidak mempercayai pertemanan mereka. 6 tahun berteman itu bukan hal yang singkat bagi Rezza.
Bahkan ketika pria itu mendengar ucapan ucapan Zian tadi, Rezza merasa bahwa perkataan Zian hanya kiasan saja. Tak ada sedikit dari hati Rezza ia ingin mempercayai ucapan Pandu. Pasalnya laki laki itu orang terbuka. Ia tidak percaya jika Pandu menyembunyikan hal besar itu darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TO : PANDU
Fiksi Remaja"Langit itu lukisan nyata tuhan. Langit aja indah, apalagi rencanya, Iyakan?" ❀❀❀❀ Antara Cinta dan Benci Antara Pandu, Nesya dan Perasaan mereka Note : Bila ada ketidak lengkapan dalam cerita, hapus terlebih dahulu ceritanya di perputakaan.