5. TO PANDU : Hidden Story

208 8 40
                                        

--Happy reading




Setelah melalui drama yang cukup panjang di Rumah Nesya tadi, kini Pandu merebahkan tubuhnya di sofa apartment miliknya. Ia melempar kasar ponsel Nesya barusan ke sofa itu lalu merebahkan dirinya tanpa mengganti seragam terlebih dahulu.

Ia menghembuskan nafasnya panjang kemudian, memijat pelepisnya lelah. Pandu tinggal sendirian. Mamanya yang telah pergi mendahuluinya dan papanya yang sibuk dengan urusan pekerjaan membuatnya merasa kesepian.

10 tahun terakhir hidupnya ia habiskan bersama paman bibinya. Arya yang selalu sibuk dengan pekerjaannya di LA itu tak pernah sedikitpun mengunjunginya. Ia hanya sesekali menanyai kabar Pandu. Itupun hanya lewat telfon. Kadang Pandu malas sendiri jika ada telfon dari papanya. Pandu merasa seperti anak terlantar sekarang.

Ting

Sebuah notifikasi kecil terdengar jelas di ponsel milik Nesya yang menampakan sebuah pesan dari 'Zian'.

Ia melirik ponsel itu lalu membiarkannya tergeletak begitu saja. Namun entah kenapa, rasa kesal tiba tiba menghampiri Pandu. Niatnya membiarkan ponsel itu tergeletak tiba tiba di urungkan. Ia mengambil kasar ponsel tersebut lalu, melihat isi chating dari Zian tadi.

Zian^^

| | Nes, kacamata baca lo ketinggalan tadi di Aula, lo ada di rumah? Gue kesana yaa?

Pesan singkat itu sukses membuat mata Pandu menjadi merah. Ia membulatkan matanya menyadari bahwa ketika Nesya tak bersamanya tadi, maka Zian lah yang bersama Nesya.

Ia mencengkram ponsel Nesya itu lalu, melempar kuat kuat ponsel Nesya barusan ke tembok sehingga layar ponsel itu menjadi remuk dan akhirnya tidak bisa digunakan.

Pandu menghembuskan nafasnya kasar. Perempuan itu benar benar sudah kelewatan batas. Diberi kebebasan malah membuat perempuan itu seenaknya.

Ia terlalu lelah dengan Nesya. Apakah ia harus lebih kasar terhadap wanita itu? Kasarpun sepertinya Pandu tak mampu. Selain karena Nesya perempuan, ia selalu saja tak bisa marah lama lama kepada Nesya, entah kenapa.

Memilih tidak ambil pusing, Pandu segera menuju kamar mandinya, meninggalkan ponsel Nesya yang bahkan tubuhnya saja sudah hancur tak tau kemana.

Setelah membersihkan tubuhnya barusan, entah kenapa pikiran Pandu tiba tiba melayang begitu saja. Tanpa sadar ia memikirkan Nesya yang tinggal sendirian.

'Nesya gak takut apa?' Batinnya. Ia meletakan lengannya di atas kepalanya, seolah penutup mata lalu memejamkan matanya.

Ting

Baru saja ia akan menidurkan dirinya, sebuah notifikasi pesan terdengar di ponsel Pandu yang ia simpan di sebelah mejanya.

Ia segera bangun lalu membawa ponselnya yang berada pada nakas di atas lemari sebelah kasur Pandu.

Tante
|| Du? Udah tidur?

Pandu Dewangga
Belum tan, ada apa? ||


Tante
|| Apa kamu udah tau tentang kabar papa kamu?

Pandu Dewangga
Papa kenapa tante?||

Tante
|| Dia belum ngasih tau kamu?

Pandu Dewangga
Emang papa kenapa, tante?||

Tante
|| Katanya papa kamu bakalan pulang 2 minggu lagi

Pesan singkat itu berhasil membuat mata Pandu memerah. Tak ada niatan bagi Pandu untuk membalas pesan yang telah di kirim oleh Karlina barusan. Laki laki itu mengenggam ponselnya dengan kuat, membuat telapak tangannya dibanjiri keringat dingin. Ia menyimpan ponselnya kasar lalu meraih jaket hitamnya dan menyambar kunci motor yang terletak disebalah ponselnya.

TO : PANDU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang