4. TO PANDU : Washed

204 9 37
                                    

--Happy reading



"Turun."

Kini mereka sudah sampai di depan Rumah Nesya. Rumah berwarna abu abu dengan pekarangan minimalis dan pagar yang mengelilinginya. Pria itu menyuruh wanita di belakangnya turun. Namun, wanita yang di ajak bicara barusan, tak memperlihatkan pergerakan sedikitpun.

"Turun woe!" Bentak Pandu yang membuat Nesya tersentak dari lamunannya. Wanita itu sedari tadi hanya diam dan terlarut pada lamunannya.

"Iya."

Nesya turun. Ia berdiri diam di samping motor Pandu kemudian menatapnya dengan tatapan datar seperti kebingungan.

"Ngapain liatin gue?" Tanya Pandu yang membuat Nesya mengedipkan matanya. Nesya pun bingung sendiri mengapa dia tiba tiba diam dan menatap Pandu seperti itu.

"Ehh, Nggak," Ujar Nesya gelagapan. Wanita itu segera berjalan meninggalkan Pandu dan menuju ke rumahnya.

"Nesya, helm gue lo mau gubuk?!" Teriak Pandu. Wanita itu dari tadi seperti orang linglung. Ia pun tak tau penyababnya apa. Nesya membalikan badannya berjalan ke arah Pandu yang tengah duduk di motornya.

"Aku lupa."

Nesya segera melepas pengait helm yang ia gunakan lalu, menyodorkan helm itu pada Pandu. Namun, Pandu tidak memberikan reaksi sama sekali. Ia tetap duduk di motornya kemudian menyilangkan tangan pada dadanya dan menatap Nesya yang berada di pinggirnya.

"Pandu ini helmnya," Ujar Nesya lagi.

Wanita itu tetap tidak mendapatkan reaksi apapun dari Pandu. Pandu malah menaikan alisnya membuat Nesya bingung sendiri.

"Lo tinggal sama siapa?" Tanya Pandu dengan matanya yang menyelusup melihat Rumah Nesya yang sederhana seperti tidak ada kehidupan sama sekali.

Nesya yang melihat mata Pandu, ikut berbalik dan melihat keadaan Rumahnya juga.

"Aku tinggal sendiri."

Pandu beralih menatap kedua mata Nesya. Pria itu seperti mencari suatu kebenaran melalui kedua kelopak mata wanita yang ada di depannya itu.

"Orang tua lo?" Ia berhenti sejenak. Ia menatap wajah Nesya lamat lamat. Pria itu menunduk, menyembunyikan tangannya yang sudah terkepal kuat.

"Mamah kerja jadi TKI sejak aku SD dan pulang setahun sekali. Papah-." Ucapannya di hentikan. Ia menunduk. Mulai memotek motek tangannya. Pandu tau wanita itu sedang menyembunyikan lukanya sekarang. Namun ia hanya diam.

"Papa udah gak ada," Ucap Nesya pelan. Nesya benar benar paling anti jika harus membahas orang tua. Ia menepis kasar setetes air mata yang mulai jatuh dari pipinya.

Pandu diam. Tidak merespon apa apa. Ia masih menatap lekat wajah Nesya yang menunduk dan diam.

Setelahnya, Pandu turun dari jok motornya. Ia berjalan lurus tanpa mengeluarkan suara apapun. Nesya yang sedari tadi hanya menundukan kepala kembali menegakannya dan melihat ke Pandu yang berjalan lurus menuju pintu rumah sederhana itu.

"Pandu mau kemana?" Tanya Nesya berlari kecil menyusul punggung Pandu yang sudah berada di depannya.

"Berisik amat lo! Sini mana kunci rumah lo?"

TO : PANDU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang