-Happy reading
Pandu diam. Matanya tak pernah lepas memperhatikan perempuan yang bolak balik memberikan pelayanan pada banyak orang disana.
Sudah sekitar pukul 20.00 namun, Nehand masih menahan Pandu karena tugas biologinya belum di selesaikan oleh Raihan.
Pandu menopang dagunya terlarut melihat Nesya yang terlihat sangat cantik di matanya. Sedikit hatinya marah ketika perempuan itu memberikan senyumpan pada pelanggan laki laki yang tak jarang membalas senyumnya juga.
"Gue kutuk tuh bibir korengan!" Umpat Pandu pelan ketika melihat Nesya yang terus tersenyum kepada laki laki selain dirinya.
"Bang?" Ujar Nehand memanggil Pandu yang sedang asik melihati Nesya. Laki laki itu seperti melepaskan bebannya, bersamaan dengan tatapan possessive yang ia tujukan untuk Nesya.
"Bang?" Lanjutnya lagi. Namun, Pandu sama sekali tak melihat ke arahnya.
"Bang?"
"Hello??"
"Bang?"
"BANGSAT!!" Teriak Nehand karena dirasa Pandu tidak merespon respon panggilannya. Sontak seluruh pengunjung disana melirik ke arah mereka. Pandu sepertinya sudah sangat akrab dengan pusat perhatian. Ia selalu saja menjadi pusat perhatian karena tingkah teman temannya yang bisa dibilang aneh itu.
"Biasa aja bego! Budeg telinga gue!" Sentak Pandu. Ia beralih pada Nehand yang sudah membereskan buku buku pelajarannya.
"Ya lo kan emang budeg! Gue panggil berkali kali lo gak nyaut nyaut!"
"Kapan lo manggil gue? Mulut lo bisu kali! Lo manggil gak ada suaranya!"
"Yeu anjing! Tanyain noh ke si Elpi! Pi, barusan gue manggil si udzon kan?" Ujar Nehand menatap ke arah Raihan yang sibuk dengan ponselnya.
"Mana gue tau, gue pake masker," Ujarnya acuh dengan mata yang tak terlepas dari ponselnya. Nehand harus sabar. Selain dia paling kecil, dia juga selalu ternistakan. Untungnya, teman teman Nehand selalu sabar dengan sikap keras kepala Nehand. Bahkan, mereka kadang sering menuruti apa yang ia mau.
"Nahkan! Berarti mulut lo yang bisu!" Ujarnya menentang keras keras pernyataan dari Nehand barusan.
"Terserah lo bang! Dahlah gue mau balik, Mas Jaya bakal cosplay jadi hulk kalau gue balik malem," Sahutnya bergerak menggendongt asnya lalu, bersiap akan keluar.
"Bapak lo bego!" Ujar Pandu melihat Nehand yang asik membenarkan tas punggungnya.
"Yang penting? JAYA!" Sahutnya mengepalkan tangannya ke atas. Pandu menatap malas ke arah Nehand yang sudah mulai bertingkah lagi.
"Pantes gak di anggap anak," Ujar Rezza yang tiba tiba datang dari dapur. Laki laki dengan apron dan sarung kepala itu memberikan bungkusan putih pada Pandu yang sedang bersantai disana.
"Nih, dari fans lo," Sahutnya menyimpan bungkusan tersebut ke meja. Nehand yang tadi sempat berdiri, duduk kembali melihat bungkusan putih yang didalamnya ada sebuah kotak makan.
"Wahh!! Makan malem nih gue!" Ujar Nehand antusias. Ia segera meraih bungkusan tersebut kemudian membukanya. Pandu hanya menatap Nehand jijik, ketika laki laki itu akan berusaha memasukan makanan ke mulutnya.
"Anak mas Jaya bisa kelaparana juga ternyata." Raihan yang melihat makanan itu segeta merebutnya dari Nehand, kemudian menyuapkan makanan ke mulutnya. Nehand memilih tidak banyak tingkah. Mungkin karena kelaparan, ia segera ikut makan bersama Raihan.
"Dari siapa?" Tanya Pandu menarik alisnya ke atas.
"Mbak tuwiw tuwiw," Ujar Rezza acuh. "Katanya special buat mas Papan," Lanjutnya di balas gidigan bahu oleh Pandu. Pandu sudah biasa menerima makanan dari chef perempuannya itu. Namun, Pandu juga sudah biasa memberikan makanannya itu kepada teman temannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
TO : PANDU
Teen Fiction"Langit itu lukisan nyata tuhan. Langit aja indah, apalagi rencanya, Iyakan?" ❀❀❀❀ Antara Cinta dan Benci Antara Pandu, Nesya dan Perasaan mereka Note : Bila ada ketidak lengkapan dalam cerita, hapus terlebih dahulu ceritanya di perputakaan.