--Happy reading
Pandu berdecak kesal. Ia menggerutu pada dirinya sendiri karena perempuan tadi berhasil membuatnya mengikuti apa yang perempuan itu mau.
"LO GILA PANDU! Yang jadi pesuruh siapa, yang nurut siapa!" Sentaknya menggerutu pada dirinya sendiri. Ia mengendarai motornya cepat, berniat mengebut dijalanan malam ini. Kali ini Pandu kalah. Perempuan itu, berhasil membujuk Pandu agar ia tidak menginap di Rumahnya.
"Liat aja kalau udah jadi istri gue! Gue penjarain lo seumur hidup!" Sahutnya yang masih tetap berada di atas motornya. Laki laki itu, tak mempedulikan apapun yang ada disekelilinya. Ia mempercepat laju motornya membuat deruman keras terdengar di yang jalan raya.
Seketika pikirannya melayang. Dengan yakin, laki laki itu membelokan arah perjalanannya berniat menuju ke rumah bibinya. Sudah lama Pandu tidak kesana. Sejak SMA dan mempunyai usaha sendiri, Pandu memilih tinggal sendiri di apartmentnya. Terhitung sebulan sekali Pandu menemui bibinya. Dan sepertinya bulan ini, ia belum bertemu dengannya.
Pandu memarkirkan motornya tepat di halaman rumah bibinya. Ia membuka helmnya kemudian menggibas gibas rambutnya yang berubah acak acakan ketika memakain helm tadi. Ia menyangkutkan helm yang tadi ia pakai di kaca spion motornya.
Baru saja 5 langkah menuju pintu rumah Karlina, Pandu dikagetkan dengan gebrakan keras yang terdengar dari pintu masuk rumah bibinya itu. Ia melihat Zian dengan raut muka acak acakan dan mata yang memerah keluar membawa tas gendongnya.
Zian diam. Ia menatap Pandu datar kemudian memilih maju dan berjalan melewati Pandu.
"Kenapa lo?" Ujar Pandu yang menahan Pundak Zian yang berada dipinggirnya. Zian segera menepis kasar lengan Pandu dari pundaknya.
"Not your business!!" Ketusnya berjalan menjauh meninggalkan Pandu. Pandu tak mau berfikir panjang. Ia segera berjalan ke arah pintu rumah bibinya. Belum sempat ia mengetuk, pintu sudah dibuka dari arah dalam. Ia melihat sosok Karlina yang nampak sederhana dengan daster rumahan yang sering ia gunakan.
"Ehh, Pandu? Sejak kapan kamu di sini? Kamu liat Zian barusan?" Ujar Karlina yang terlihat panik karena anaknya yang tiba tiba pergi begitu saja. Sebelum menjawab, Pandu menarik pergelangan Karlina lalu menciumnya dengan sopan.
"Barusan banget dia keluar. Zian kenapa tante?" Tanya Pandu yang tetap berada di hadapan Karlina.
"Tante bingung sama anak itu. Dia punya masalah di luar sering dibawa ke rumah. Uring uringan sendiri. Tante juga bingung dia kenapa. Gak pernah cerita." Karlina menghembuskan nafasnya. Ia menekuk mukanya lalu berjalan masuk ke rumahnya. Pandu hanya membuntuti Karlina yang barusan sempat mempersilahkannya masuk.
"Tumben banget kamu kesini, Udah punya rumah sendiri, lupa sama rumah lama," Ujar Karlina menyindir Pandu yang baru saja duduk di sofa. Karlina berjalan menuju dapurnya, mempersiapkan camilan camilan kecil untuk dimakan Pandu. Pandu hanya cengengesan mendengar sindiran Karlina. Jujur ia merindukan bibinya. Namun, Pandu juga harus menjalankan kewajibannya. Selain mengurus restonya, ia juga harus belajar untuk olimpiade matematika dan fisikannya.
"Pandu sibuk tan. Olimpiade depan mata," Sahut Pandu dengan senyum tipisnya
"Alesan aja kamu." Karlina Berjalan, menjepit hidung Pandu membuat Pandu merintih kesakitan.
"Ihh tante!" Ujar Pandu yang melihat tantenta duduk di hadapannya.
"Ada apa kesini malem malem?"
Pandu menghela nafasnya. Ia menyenderkan punggungnya pada sofa tempat ia duduk sekarang.
"Gapapa tan, cuman pengen aja. Tiba tiba."
"Oh jadi inget tantenya tiba tiba gitu? Aura aura punya cewek ni, Lupa sama bibi sendiri." Pandu menarik tipis sudut bibirnya. Ia tersenyum gintir mendengar ucapan dari Karlina barusan.

KAMU SEDANG MEMBACA
TO : PANDU
Teen Fiction"Langit itu lukisan nyata tuhan. Langit aja indah, apalagi rencanya, Iyakan?" ❀❀❀❀ Antara Cinta dan Benci Antara Pandu, Nesya dan Perasaan mereka Note : Bila ada ketidak lengkapan dalam cerita, hapus terlebih dahulu ceritanya di perputakaan.