Happy reading
Nesya menangis. Air matanya turun bersamaan dengan air hujan yang kini menerpanya. Tanpa menghiraukan pelajaran yang tengah berlangsung, Nesya keluar dan berlari kencang demi bertemu dengan Pandu.
Entah mendapat naluri dari mana, namun perempuan itu kini menuju ke taman tempat pertemuan pertama mereka di mulai. Nesya menarik nafasnya dalam dalam. Sosok laki laki dengan baju rumah sakit itu tengah duduk di bangku taman yang kini terlihat reyod.
Dengan langkah yang lemah, Nesya berjalan menghampiri Pandu yang duduk mengguyur diri dengan air hujan yang menyiraminya.
"Pandu..." Lirih Nesya pelan.
Dengan satu pergerakan, Pandu langsung berdiri dan memeluk erat tubuh Nesya. Membenamkan seluruh wajahnya pada pundah Nesya yang masih berbalut dengan seragam.
"Tuhan gak adil, Nesya. Gue sayang sama lo," Seru Pandu melepas pelukan eratnya.
"Pandu ini gak benerkan? Pandu bakalan sama Nesya kan?"
Perempuan itu menggelengkan kepalanya. Nesya tak bisa menahan air mata. Nesya belum siap kehilangan Pandu. Selama ini Pandu adalah hidup Nesya. Nesya tak bisa merelakan itu semua.
"Nesya harus janji yaa sama Pandu. Kalau Pandu nyusul Bundaa, Nesya harus tetep bahagia yaa?"
Nesya menggeleng. Perempuan itu mundur dan menyentakan tangan Pandu yang masih terus mencengkramnya.
"KAMU JAHAT, PANDU! Kamu gak boleh nyusul Bunda! Kamu harus bareng aku. Di sini, berdua," Seru perempuan itu menjauh.
Dengan tersenyum, Pandu berjalan pelan ke arah Nesya yang semakin mundur. Laki laki itu segera mencekal tangan Nesya, menyelipkan rambut ke belakang telinga Nesya, membuat Nesya semakin menggeleng tak suka.
Pandu kini mengukung Nesya. Laki laki itu menatap sayu mata Nesya yang tak henti henti mengeluarkan air mata.
"Nesya pengen Pandu bahagiakan? Nesya ingetkan kebahagiaan Pandu apa aja? Pandu cuman pengen Nesya, Bunda, dan ginjal Pandu barengan. Nesya bisa bantuin Pandu wujudin itu semuakan? Kalau Nesya bisa,, suatu saat Nesya harus iklasin Pandu. Karena ketika Pandu jadi bintang, keempat kebahagiaan Pandu bakalan muncul barengan. Pandu, Bunda, ginjal, bahkan Nesya bakalan ada di bawah langit yang sama."
Isakan Nesya semakin kuat ketika mendengar perkataan dari Pandu tadi. Nesya tak bisi membayangkan hidupnya tanpa Pandu. 10 tahun Nesya memendam rasa sendiri. Merefleksikan perasaannya melalui Pandu yang sering berlaku kasar padanya. Jika pada akhirnya Pandu akan pergi... 10 tahun itu menjadi sia sia. Nesya tak bisa melakukan itu.
"Kamu harus sembuh, Pandu. Kamu harus nepatin janji buat nyihir anak sama aku."
Pandu tersenyum lirih. Laki laki itu mendekatkan tubuh Nesya dengan tubuhnya, mencengkram lengan Nesya lembut kemudian mencium dahi Nesya dalam dalam.
Air mata Pandu keluar bersamaan dengan ciumannya yang tak kunjung dilepas. Membasahi rambut Nesya sampai perempuan itu tersadar dan langsung memeluk erat tubuh Pandu.
Nesya benar benar terisak di bahu Pandu. Memeluk tubuh Pandu possessive seolah Pandu akan menghilang dari hadapannya. Perempuan itu membenamkan kepalanya di curuk leher Pandu sehingga laki laki itu bisa dengan mudah membalas peluka Nesya.
"A-aku gak mau kehilangan kamu," Isaknya.
Hujan kali ini bukan penghalang untuk mereka berdua. Pandu kali ini mencoba menentang semesta agar bisa terus bersama Nesya.
Laki laki itu melepas sedikit peluknya di tubuh Nesya. Dengan pelan, Pandu menangkup pipi Nesya kemudian menyatukan dahi dan hidung mancung mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
TO : PANDU
Teen Fiction"Langit itu lukisan nyata tuhan. Langit aja indah, apalagi rencanya, Iyakan?" ❀❀❀❀ Antara Cinta dan Benci Antara Pandu, Nesya dan Perasaan mereka Note : Bila ada ketidak lengkapan dalam cerita, hapus terlebih dahulu ceritanya di perputakaan.