1. TO PANDU : Pandu Dewangga

411 17 11
                                    

--Happy reading



"Sialan," Umpat Pandu.

Ia berjalan cepat dengan raut muka datar tanpa mengeluarkan ekspresi sama sekali. Laki laki itu mengepalkan tangannya kesal lalu, memasukan tangannya ke saku celananya untuk mencoba menetralkan emosinya.

"Kayaknya lo emang cari mati sama gue."

Matanya tak habis habis melirik setiap sudut yang ada di SMA WIJAYA. Nesya Prianka. Perempuan yang sedari tadi ia cari itu tidak nampak batang hidungnya. Perempuan yang selama ini jadi sasarannya nya belum bisa ia temukan sekarang.

Bel sekolah kini terdengar nyaring di telinga Pandu. Terpaksa Pandu menghentikan segala aktivitasnya mencari Nesya. Pandu yang notabene nya adalah siswa terpintar dengan menyandang juara umum ke-1 itu tidak sampai hati untuk melakukan kegiatan bolosnya. Ia segera menghampiri teman teman di kelasnya, dan bergabung dengan mereka.

"Gas bolos bang," Ucap Nehand Wijaya. Anak ketua yayasan itu menelisik sekitar, mencari guru yang dirasa belum terlihat sama sekali.

"Si Nehand belum tau aja di gaplok si Pandu. Dijadiin tumbal baru tau rasa dia," Sambung Raihan memutar matanya malas. Laki laki itu tahu marahnya Pandu seperti apa. Pandu sering menjadi monster jika perintahnya tidak dituruti. Bukan so berkuasa. Namun, sifat Pandu memang keras kepala. Laki laki itu laki laki kejam jika di tentang.

Rezza benar benar memutarkan matanya malas. Pria itu kerap kali menggelengkan kepalanya jika membicarakan Pandu.

Pandu Dewangga. Sosok tampan dengan segala prestasi yang ia miliki. Bukan dia so mengatur teman temannya agar tidak bolos. Tapi Pandu adalah Pandu. Ia melakukan itu untuk kebaikan mereka juga.

Besar bersama bibi dan pamannya selalu membuat Pandu berpikiran terbuka. Ia bisa membaca situasi bahwa dunia ini adalah tempat yang kejam. Dibesarkan dengan buku yang mengelilingi membuat Pandu tau seperti apa dunia ini sebenarnya. Pandu sendiri selalu tahu cara agar ia bisa bertahan hidup. Dengan itu Pandu selalu mewanti wanti kepada teman temannya agar benar benar mencari ilmu. Hidup itu sulit, sekali kamu bodoh kamu akan di bodoh bodohi selamanya. Dengan itu Pandu selalu paham artinya Ilmu. Paham dengan tempat ilmu yang seharusnya menjadi perisai kebahagiaan bersama bukan menjadi kebahagiaan individu.

Langkah kaki seseorang yang terdengar menghampiri membuat mereka menoleh bersamaan. Siapa lagi kalau bukan Pandu? Pria dengan raut muka datar itu terlihat tengah berjalan menuju mereka.

Pandu menatap sekilas ke arah mereka lalu duduk di bangkunya. Bangku belakang kanan sebelah Rezza. Ia melepaskan tasnya lalu mangeluarkan ponselnya. Ia terlihat seperti sedang mengetik pesan. Namun, setelahnya ia mengangkat kepalannya dan berbicara pada teman temannya.

"Ayo, gue pengen bolos," Ajak Pandu disusul oleh tatapan bingung yang mereka rasakan.

"WIDIH! Kiamat dunia kalau si Pandu ngomong begini!" Ucapan heboh Raihan barusan langsung mendapat tatapan kejam dari Pandu. Namun sekejam kejamnya Pandu, teman temannya tak pernah menghiaraukan itu.

"Biasa aja kali mata lo!" Lanjutnya.

"Gue yakin lo kesurupan setan Nehand kalau begini!" Seru laki laki itu heboh.

"Wahh, fitnahin anak Wijaya lo? Mau gue depak dari sekolah?" Jawab Nehand dengan angkuhnya.

"Halah, paling Mas Jaya juga beban punya anak kayak lo!"

"Beban beban juga gue mah ganteng! Nggak kayak lo! Udah jelek, so ganteng lagi!"

"Body shimming lo! Pantesan aja si Pandu kesurupan setan lo!"

TO : PANDU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang