31# Will You Marry Me?

411 77 14
                                    

#Hector dan Olie menyapa kalian Dears.... Maaf ya lama sekali nggak nongol. Udah mau dadah aja mereka nih. Masih sayang nggak kalian sama mereka? #

****

Setiap wanita di villa besar itu tampak seperti pengantin. Kedua janda Jacob Barma, adik-adiknya, istri Tristan, bahkan para pelayan yang mereka bawa dari rumah. Hanya saja... tidak ada yang memiliki keanggunan seperti gadis berambut cepak ini. Atau itu hanya di mata Hector?

Bahunya yang kekar menyandar di bingkai pintu. Ia sudah berdiri cukup lama di tempatnya itu, memandangi Carolina tanpa ada seorangpun yang menyadarinya. Obyek pengamatannya sedang sibuk tertawa dengan kedua adik dan pelayanan mereka; membahas anting-anting dan perona pipi dengan rol rambut di kepala.

Bibirnya tersungging tanpa sadar melihat senyum-senyum cerah di hadapannya. Dan gadis bertubuh mungil itu.... Matanya yang kelam cemerlang bisa membuat matahari padam. Senyumnya yang lepas bisa membuat gelombang laut terhempas.

Jika beberapa hari semula ia sangat yakin akan bisa memiliki senyum indah itu dalam kehidupannya, sekarang Hector tidak yakin lagi.

Bagaimana Carolina menatapnya pada hari itu, ketika ia menyatakan dengan terus terang niatnya untuk menikahinya.... Menikahi! Secara sah menjadikan Olie istrinya. Bukan sebagai kekasih gelap yang hidup di bawah atap yang sama seperti ide yang sempat beberapa waktu menguasai pikirannya!

Pada pikirnya Olie akan menyukai ide itu. Namun mata cantiknya hanya berkeredap, seperti menyembunyikan malu, lalu Olie berjinjit sedikit, mengendus udara di hadapannya, "Kau habis minum, ya?"

Apa arti ucapannya itu? Apa makna yang ada di baliknya? Apakah Olie sebenarnya senang atau tidak senang? Apakah sikap-sikap yang ditunjukkannya setelah itu diniatkan untuk mengatakan kepadanya bahwa,

'Lupa ya? Aku ini istri ayahmu? I'm your step mother, Asshole! Jangan kurang ajar!'

Atau

'Serius?! Kamu nggak lagi mabuk, kan? Please tell me it's true!'

Hhhh.... Bahkan Carolina yang terbiasa blak-blakan; mengatakan dengan jelas bahwa A adalah A dan B adalah B pun, bisa bermain teka-teki di saat seperti ini.

Benar-benar perempuan itu sulit sekali dimengerti.

Dan dirinya...? Ya ampun.... Ada apa pula dengan dirinya? Hector tidak pernah menjadi begitu mellow seperti saat ini, setidaknya sejak terakhir kali ia berpacaran saat masih duduk di bangku SMP dulu. Tapi sekarang...

"Hector? Apa yang kau lakukan di sana, Bang? Kau mau mengintip kami berpakaian?!" Rania berseru dengan mata cantiknya yang terbeliak. Hal itu sontak membuat si polisi menegakkan berdirinya dengan wajah merah padam.

Apa tidak bisa dia bicara lebih sembarangan lagi? Berteriak di depan para pelayanan seperti itu... Hector ingin sekali menggunting rambut Rania meskipun dia adiknya.

"Kalian berpakaian saja... Aku sudah selesai.... Novi akan membantuku memakai baju di kamar." Olie tertawa sambil menepuk kedua gadis Barma dan menuju pintu. "Lagi pula aku akan menjadi sate jika semenit lagi saja mereka memanggang rambutku dengan alat setrika mengerikan itu." Mata coklatnya yang kelam berputar saat ia menarik lengan Hector meninggalkan ruangan.

Para pelayanan menutup pintu ganda di belakang mereka, meninggalkan keduanya di koridor panjang yang lengang.

"Aku baru tahu kalau kegiatan berdandan bisa sangat menyiksa." Tangan lentik itu membelai ujung rambut cepaknya sambil sedikit menunduk, hingga Hector bisa melihat tengkuk dan sisi wajahnya yang halus dan wangi.

"Kau kelihatan sangat cantik."

"Benarkah? Sasha memang benar-benar profesional, kan?"

Sangat cantik dan juga cerdas. Dia bahkan sudah bisa menggunakan istilah-istilah yang lebih berat, seperti 'profesional'.

 GREY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang