7# Carolina Barma

644 107 20
                                    

#GREY LOVE ahad ini. Vote dulu ya Dears. #

***
Ini alam mimpi.

Dengan mengabaikan fakta bahwa pria yang akan menikahinya berusia tiga kali lipat dari usianya, segala yang dihadapinya lebih seperti mimpi; Tempat tidur selembut awan di mana ia terbangun, bak mandi luas yang merendamnya dengan uap dan gelembung sabun, wafel sarapannya yang dipenuhi buah dan krim sedingin embun, bahkan para perias yang mendandaninya...., dan gaun pengantin yang dipakainya....

Nyatakah semua ini? Bahwa ia akan menikah pagi ini?

Dengan Jacob Herzekial Barma; pria yang seperti mimpi itu sendiri.

Rasanya seperti mengambang; antara  bersemangat dan bimbang, antara gugup dan enggan, antara sedih dan senang.

Olie tidak bisa lagi membedakan mana perasaannya yang nyata dan mana yang hanya khayalannya. Ia takut untuk melanjutkan, tetapi juga takut untuk melarikan diri.

Masih adakah salah dan benar pada posisinya kini? Mungkin hanya 'yakin' dan 'tidak yakin'. 'Mau' dan 'tidak mau'.

Ia tidak mendapat alasan kenapa harus mau menerima pernikahan ini, tetapi juga tidak menemukan alasan untuk tidak mau.

Kenapa ia sendirian sekarang? Di mana kakeknya saat ia begitu membutuhkan seseorang untuk menguatkan hatinya? Memberinya pertimbangan? Memberinya kekuatan?

Di mana Bu Mara?

Di mana Tidar?

Saat itulah Olie menyesal kenapa ia harus menyembunyikan hal ini dari mereka yang ia sebut keluarga. Seharusnya ia memberitahu mereka. Seharusnya mereka ada bersamanya sekarang.

Tidakkah kakeknya bahagia bila tahu ia menikah? Rik Tua sangat berpandangan terbuka. Apakah ia akan menyetujui Jacob Barma?

"Sudah waktunya...."

Isni membimbingnya keluar dari kamar di salah satu bagian kantor Jacob dan menuju ruang utama kantor itu.

Pengawalnya membukakan pintu ganda untuk mereka berdua. Dan di sana, di ujung ruangan tempat meja kerja berada, pria itu tengah berdiri menunggu; dalam stelan tiga potong berwarna putih yang menjadi ciri khasnya, bersama dua orang pria lain yang belum pernah dilihatnya.

Jacob Barma mendekati Olie, dan menawarkan lengannya sekali lagi.  Membuat dirinya mengerjap tersadar dan merasakan air mata jatuh di atas pipinya.

"Ijinkan aku menjadi kekuatanmu mulai sekarang...."

Olie  melepaskan tangan Isni dan mengamit lengan pria itu. Telinganya mendengar langkah tergesa di belakang mereka.

"Isni tolong ikut aku sebentar.... Ada barang penting yang terlupakan." Seketika sekertaris Tuan Barma menggandeng pengawalnya pergi dari sisinya. Dan tinggallah mereka berempat di balik pintu kantor yang menutup itu.

"Kita mulai sekarang, Tuan?" Salah satu pria di balik meja berkata, dan Jacob mengangguk kepadanya.

"Ada beberapa berkas yang perlu Tuan dan Nona tandatangani..."

***

Isni berlari tergesa ke ruang kantor Jacob Barma setelah Paul memberikan kotak berisi cincin pernikahan yang tertinggal di ruangan sekertaris itu. Paul tampak pucat dan mengatakan kalau dirinya tidak sehat; tidak kuat kalau harus bolak balik lagi ke ruangan Tuan Besar.

Mereka masih menunggu cincin ini kan? Isni sudah berjanji pada Olie akan menemaninya selama upacara pernikahan. Ia mengetuk pintu dan sekalian mendorongnya membuka, melihat Olie dan tiga pria yang ada di sana menatapnya.

 GREY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang