30# The Baby and The Wedding

481 84 31
                                    

# Masih akan sabar nunggu Olie dan Hector kan? Fendra dan karima juga? Jangan lupakan juga add Jester dan fenina.

Kalian sangat berarti buat saya. Tidak ada yang lebih membahagiakan seperti saat kalian merasa senang dengan cerita cerita di lapak ini. #

****
Hector bergegas keluar ketika pelayan memberitahu kalau kakeknya telah tiba. Ia sampai di halaman ketika Tuan Besar Hangga Mahistra keluar dari limosinnya, bertelekan tongkat perak yang berkilauan.
Laki-laki delapan puluh tahun itu menegakkan punggung memandang Rumah Besar Barma dari sudut ke sudut. Sosoknya yang ramping dengan banyak keriput tak bisa menutupi karisma yang memancar dari wajahnya yang tenang.

"Heeehh ... masih semegah tiga puluh enam tahun yang lalu, saat aku mengantar Nayrina ke rumah suaminya."

Pandangan matanya yang kelabu jatuh kepada Hector yang berdiri di tengah halaman, "Kau! Kapan kau akan menjadi tuan besar di rumah ibumu ini? Wajahmu saja yang mirip pria bejat itu, tapi ambisimu cuma sebesar anak kambing!!"

Hector tertawa dan mendekat, mendekap pria tua mungil yang hanya sebesar setengah pelukannya itu dengan penuh kerinduan, "Kakek tahu aku tidak menginginkan hal-hal seperti itu."

"Lalu apa yang kau inginkan dari dunia yang menyedihkan ini, hah? Kau ini nggak bisa berhenti buat Kakek cemas?"

"Maaf, Kek ...." Hector tertawa, menuntun punggung Hangga Mahistra menaiki undakan depan, sementara sopirnya membongkar bagasi dan menurunkan berbagai hadiah dan bingkisan, dibantu oleh dua orang pelayan keluarga Barma.

"Untuk sementara ini, aku hanya ingin Kakek bertemu dia.... Dan tolong jangan terlalu keras padanya... Dia masih sangat muda." Ia berbisik di samping wajah pria mungil itu, melihat manik kelabunya yang mengeruh oleh katarak berpendar sedikit penuh semangat. Tapi tetap saja, bukan Hangga Mahistra namanya kalau tidak berpedas lidah.

"Bisa sepandai apa wanitamu itu? Kebanyakan dari mereka bahkan terlalu dungu untuk memahami sindiranku."

Mereka berbelok melewati foyyer depan, dan sosok Olie sudah berdiri menunggu di lengkung menuju ruangan rekreasi. Ia tampak sangat cantik dengan rambut kecoklatannya yang seperti nyala api, dalam balutan gaun hijau lembut.

"Kakek ... ini Carolina Estal."

Olie tersenyum, menanggapi tatapan penuh selidik Hangga Mahistra yang bolak balik menelitinya dari ujung kepala sampai ujung kaki, "Oh ... aku ingat kamu. Kau yang berdiri di podium seperti tikus waktu itu.... Ck... Ck.... Ck... Dugaanku benar; cuma para wanita sekelas pelayan yang berdiri menunggu di lorong rumah."

Hangga berjalan melewati Olie, bahkan tanpa melihat atau bicara dengannya lagi, "Apa kau tidak bisa membedakan? Lihat wanita-wanita Barma di rumah ini: istri-istri dan anak-anak pria bejat itu. Apa mereka ada yang menunggu di lorong rumah seperti dia?"

"Kakek.... "

"Cuma pelayanan yang berperilaku seperti itu! Lihat itu ... mereka berdiri berjajar-jajar menyambut para tamu. Itu tugas pelayan!"

Akhirnya Hector hanya bisa terkekeh sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal, berpaling sejenak menatap Olie yang berdiri mematung dengan wajah terperangah.

Hector merasa malu saat memberi isyarat dengan gerak bibirnya, dia sangat menyukaimu.

Entah apa Olie bakal percaya mengingat bagaimana ucapan kakek tua itu kepadanya barusan. Hector sudah bersyukur gadis pantai ini tidak membalas dengan teriakan kasar atau bahkan menyerang secara langsung.

Ini adalah akhir pekan yang penuh dengan kegembiraan. Kerabat para istri Barma menyempatkan diri berkunjung ke Rumah Besar setelah empat bulan lebih berlalu sejak rapat pemegang saham itu. Pertama karena awal pekan ini ada rapat besar kedua di Tirai Plaza. Keadaan perusahaan sudah sangat jauh membaik dan bisa dikatakan hampir bangkit sepenuhnya setelah keluarga besar istri-istri Barma memberikan dukungan penuh kepada kubu Rumah Besar. Dukungan mereka bisa berarti secara finansial, secara politik dan dalam hal pengaruh juga terhadap pemerintah. Sementara kubu Kuncoro...

 GREY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang