17# Ratu Para Bidadari

607 113 42
                                    

#Holla dears.... Happy RVC!!!#

****

TRISTAN E.B.

Beritahu semua orang jenazah ayah akan datang menjelang siang besok. Kita akan langsungkan pemakaman.

Ia sudah tahu hal itu. Alan sudah mengabarkan hal serupa kepadanya. Tetapi mendengarnya dari Tristan membuat segalanya terasa lebih nyata. Ia bisa membayangkan bagaimana beratnya anak sulung itu menerima kabar ini. Tristan sudah selamanya menjadi anak terbaik ayah.

Mungkin benar selama ini mereka memaksa diri untuk lari dari kenyataan; menolak fakta kematian Jacob Barma dan berpura-pura kalau semua baik-baik saja. Kalau ayah dan suami mereka hanya pergi bekerja, melancong dan menggoda gadis-gadis muda, menjadi pria brengsek yang sangat menyebalkan dan sangat mereka cintai.

Tetapi besok mereka akan melihatnya untuk terakhir kali, sebelum laki-laki tua itu dimakamkan, dan setiap orang dipaksa menerima kenyataan bahwa ayah mereka, pengayom mereka telah benar-benar tiada.

Sanggupkah ia?

"Ada apa? Terjadi sesuatu?"

Ia tergagap mengangkat pandangan dari ponselnya dan menemukan wanita itu menelisik matanya.

Dia.... satu orang lagi yang mungkin membutuhkan sokongan untuk menerima fakta ini.

Atau tidak?

Selama ini Carolina tampaknya tidak terlalu terpengaruh dengan kematian suami yang baru beberapa jam dinikahinya. Mungkin ia justru merasa lega. Mungkin ia tak pernah mengharapkan pernikahan itu terjadi. Mungkin ia justru merasa dibebaskan sekarang.

"Hector?"

Ia mengangguk memberikan jawaban yang ditunggunya, dan kakinya melangkah naik menyusul wanita bertubuh kecil itu.

"Aku akan memberitahumu setelah kita bersama yang lain."

Kamar Silvia berada di salah satu kamar-kamar besar dan mewah di bagian utama rumah. Ruangan itu lebih besar daripada kontrakannya, dengan ruang tamu, beranda dan taman sendiri. Tapi sejak ia masih berada beberapa meter dari pintu, Hector sudah bisa mendengar suara Renov yang merengek-rengek pada penghuni kamar itu.

"Maa ... tolong, sekali ini saja mama nggak ikut campur dalam kehidupanku. Katakan saja di mana Maudi. Biar aku yang menjaganya."

Hector bertukar tatap dengan Carolina. Pintu ganda kamar itu membuka bahkan sebelum ia mengetuk. Dua orang pelayan muda berseragam membungkuk memberi hormat dan mempersilakan masuk.

"Enak saja! Apa kamu lebih suka kalau Estherlita yang menculik pelayan itu? Sudah untung Mama menyembunyikannya lebih dulu sebelum dia berbuat sesuatu. Mama juga tidak percaya kamu bisa jaga perempuan itu sendiri!"

"Mama.... pliiiissss...." Renov hampir tengkurap di atas meja makan panjang dihadapan Silvia dengan kedua tangan mengatup penuh permohonan. Tetapi wanita paruh baya itu tetap santai saja memotong buah-buahannya.

"Di mana Maudi-ku, Mama...? Kasihan dia sendirian. Kata dokter kandungannya bermasalah."

"Kau kira aku tidak tahu?! Aku juga dokter! Kehamilan pelayan itu hanya bermasalah pada letak plasentanya yang terlalu rendah! Dia akan baik-baik saja. Dan dia tidak sendirian!"

Hector tersenyum kecil melihat wanita itu mengomeli adiknya. Wajah cantiknya yang matang tersenyum lebar melihat dirinya dan Carolina mendekat.

"Halo, Sayang.... Aku tahu kau akan datang. Adikmu yang menyedihkan ini memberitahuku."

"Berarti kau tahu alasan kedatangan kami, Silvia?" Hector memberikan kecupan di pipi ibu tirinya dan di balas dengan kecupan yang sama. Sejak dulu Hector lebih memiliki hati untuk wanita ini dari pada istri-istri ayahnya yang lain. Silvia juga paling dekat dengan mendiang ibu kandungnya.

 GREY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang