9# Topeng Para Bidadari

613 106 18
                                    

# your vote first please...😊#

***

Olie duduk di ruang tengah penthouse itu bersama keluarga Barma lain yang tengah berduka cita.

Berduka?

Keluarga?

Ia menggenggam tissue seperti wanita Barma yang lain. Tapi untuk apa? Apakah ia merasa sedih? Apakah ia ingin menangis?

Tidak.... rasanya tidak....

Ia bahkan tidak bisa dikatakan mengenal Jacob dengan cukup baik. Berapa lama mereka saling kenal? Dua hari? Dua hari tiga malam jika pertemuan di club waktu itu juga dihitung.

Jacob mungkin laki-laki tua brengsek pada awal Olie mengenalnya. Tetapi ia ternyata cukup baik dan hangat. Tapi ya, hanya itu saja.

Pagi ini mereka dikatakan sebagai suami istri. Jadi jika sekarang ia meninggal, apakah ia harus menangisinya? Apakah ia merasa sedih?

Mungkin lebih tepat jika dikatakan bahwa apa yang dirasakannya saat ini adalah 'kosong'. Kosong di dalam dadanya. Kosong di muka kepalanya. Kosong di belakang kepalanya.

Kosong yang menggelembung hingga isi dadanya terdorong ke atas dan membuatnya sesak. Olie melihat tangannya sendiri gemetar, tapi ia tak tahu sebabnya. Dan tiba-tiba Isni telah menggenggam jemarinya, menatap dan mengangguk kecil, seolah ia mengatakan, tidak apa apa menangis. Semua baik-baik saja.

Paul Norman yang ia kenal sebagai tangan kanan Jacob terus saja mondar-mandir di antara mereka, berbisik-bisik bicara melalui ponselnya. Ia terus saja mengingatkan bahwa 'semua orang harus tenang', 'tidak ada yang boleh mengetahui apa yang terjadi pada Tuan Besar' dan 'ini satu-satunya cara mempertahankan Tirai Emas'. Seolah tiga kalimat itu adalah mantra yang bisa menghidupkan Jacob kembali.

Selama beberapa puluh menit mereka duduk di ruangan itu, serombongan pelayan telah masuk. Mereka mondar mandiri di ruang tempat tubuh Jacob berada, mengacak-acak tempat kejadian perkara. Tetapi Paul kemudian memberitahu kalau mereka adalah tim forensik dari kepolisian yang melakukan penyelidikan.

Beberapa menit berikutnya, tiga orang pria datang dan melakukan pertemuan singkat dengan Paul, yang kemudian menghadapi mereka bertiga belas dengan sebuah keputusan.

"Tuan, Nyonya dan Nona sekalian, mohon maafkan saya karena membeberkan masalah pekerjaan di saat yang penuh duka seperti ini. Tapi apa yang harus saya kabarkan tidak bisa menunggu lebih lama lagi, karena ini berkaitan dengan Tirai Emas, perusahaan yang telah
Tuan Jacob bangun selama hampir lima puluh tahun. Saya tahu Tuan Besar akan sangat mendukung saya untuk menyampaikan ini kepada Anda semua."

Paul menunduk sejenak, tampak merasa gamang.

"Apakah ini berita buruk, Paul?"

"Bukan Nyonya. Saya tidak akan mengatakannya demikian. Hanya sebuah strategi untuk membuat kesedihan ini tidak menjadi lebih menyedihkan lagi."

"Kalau begitu katakanlah."

"Tuan-tuan, saya harus menyampaikan kalau keadaan Tirai Emas tidak begitu bagus dua tahun ini. Sejak kegagalan proyek Paradise of Laose, kita hampir kehilangan kepercayaan dari pemerintah hampir untuk proyek apapun. Dan dengan demikian, kita juga kesulitan untuk tetap mempersatukan suara dalam rapat pemegang saham, yang itu berarti juga kesulitan untuk mempertahankan investasi mereka di perusahaan.

Saya dan tim sudah berusaha melakukan segala cara di bawah kepemimpinan Tuan Besar, dan Tirai Emas bertahan hingga detik ini semua karena karisma dan kebesaran Tuan Jacob Barma.

Bagi pemerintah dan para pemegang saham, Tirai Emas adalah Jacob Barma, dan Jacob Barma adalah Tirai Emas. Kita tidak boleh kehilangan salah satunya jika ingin mempertahankan yang lain.

 GREY LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang