"HECTOR!!"
Seruan itu memisahkan hisapan lembut yang menyatukan bibir mereka. Mata Carolina begitu tergesa beralih kepada orang yang mengganggu itu, tetapi tangan Hector tak membiarkannya, menarik dagunya hingga mereka kembali bertatapan.
"Jangan pedulikan!" ia berbisik.
"Keluar dan tutup pintunya! Jangan biarkan siapapun masuk kemari, apapun yang terjadi!" Suara Tristan menggelegar memberi perintah pada orang yang mengikutinya.
"Baik, Tuan."
Pintu ditutup, dan Hector baru memutar badan menghadapi kakaknya. Tangannya tidak pernah melepaskan jemari Carolina.
"Keluarlah, Carolina. Kau boleh libur belajar hari ini."
Gadis itu tersenyum dan berlalu menjauh, tapi Hector masih menahan genggamannya, "Kita baik-baik saja, kan?"
"Sure.... I'll see you latter."
Senyumnya terkembang lebar, tak mengira Carolina akan begitu cepat menerima pelajaran darinya. Dalam hitungan hari, ia sudah bisa menggunakan ungkapan-ungkapan sederhana dalam bahasa Inggris. Hector harus memberi kredit juga pada pelayan pribadi gadis itu. Dia sudah menjadi partner berlatih yang baik.
Matanya bertemu dengan manik kelabu yang sama di seberang ruangan. Aura kemarahan kakaknya seperti mampu menaikkan suhu tempat itu.
"Kau berani mengabaikan peringatanku...??" Tristan mendesis tajam
Hector mengerjap tenang dengan dengus senyum "Kenapa? Kau masih percaya Carolina anakmu?"
Ucapan itu membuat Tristan lupa kalau Hector adiknya. Ia menerjang pria yang lebih muda dengan tinju di ujung lengannya.
****
"Hoolllaaaa.... children of Barmaaa....!!" Rania meluncur seperti penari balet yang berjalan melayang-layang menuju ruang makan. Ia benar-benar tidak menyangka bisa merasa sangat rindu pada rumah ini. Terutama pada penghuni di dalamnya. Mengingat belum ada dua minggu sebelumnya ia kabur dan bersumpah tidak akan pernah kembali.
Laki-laki yang berjalan di belakangnya tersenyum kalem saja melihatnya begitu gembira. Rania berputar hingga rambutnya berkibar dan membuat orang itu tertawa, sampai kemudian mereka tiba di ruang makan, menerima pandangan terperangah kedua adiknya.
"Halo Valda sayaaaaanng..." ia mencium si bungsu.
"Kau kelihatan gembira sekali, Kak!"
"Tentu saja aku gembira. Aku kan baru kembali ke rumah.... Halo Musang!" Rania mengacak rambut Renov yang langsung ditempelak oleh adiknya itu.
"Kenapa kau ikut-ikutan memanggilku 'Musang'?! Hanya Olie yang boleh memanggilku 'Musang'!"
Rania menarik kursi makan dan menepuk tempat di sebelahnya untuk orang yang datang mengikutinya.
"Kalian datang berdua?!" Valda membeliak sambil membekap mulutnya dengan dua tangan.
"Ada apa ini?" Renov memandang mereka berdua bergantian. Ia bahkan tampak sangat heran saat Rania menuangkan kopi untuk pria itu.
"Kau pasti sudah hamil! !" Musang menuding dengan pisau mentega, dan Rania seketika melemparnya dengan brioche. Tetapi Tidar sudah terlanjur tersedak kopinya.
"Lihat apa yang sudah kau lakukan! Bicara sembarangan!" Nia menepuk-nepuk punggung tunangannya itu dan menggumamkan maaf.
"Ooh??! Aku akan adukan pada mama!!"
"Ck...!! Orang ini perlu disumpal mulutnya sama Hector! ... Ngomong-omong di mana mereka berdua?" Alisnya menukik bertanya pada Valda yang sedang mengunyah potongan buah.
KAMU SEDANG MEMBACA
GREY LOVE
RomanceCarolina Estal tertangkap oleh seorang pemabuk yang menjadi korban pencopetannya. Pria itu, -seorang laki-laki dengan nama belakang Barma-, justru melepaskannya dan menolongnya keluar dari kesulitan. Ketika Olie bermaksud mengembalikan kebaikan laki...