8 tahun kemudian
Pagi hari merupakan rutinitas terpadat bagi ibu rumah tangga. Apalagi ini adalah awal pekan. Sudah pasti sibuk-sibuknya melakukan pekerjaan rumah.
Memasak, menyiapkan sarapan, menyiapkan bekal, menyiapkan seragam dan pakaian yang akan dipakai oleh suami dan juga anak-anaknya. Terdengar sederhana, namun tidak sesederhana kenyataannya.
"Good morning, son. Bangun, dan pergi mandi. Seragam sudah Bunda siapkan di atas meja belajarmu." Kata Kirana sambil merapihkan kamar anak pertamanya yang baru saja masuk sekolah dasar.
"Apakah aku akan naik bus sekolah?" Tanya anaknya, Juna yang akhir-akhir ini merengek ingin naik bus sekolah. Berkat keposesifan Ayahnya, anak pertamanya itu harus diantar jemput oleh Ayahnya. Atau orang yang dipercaya olehnya.
"Untuk itu, kita lihat bagaimana nanti ya. Sekarang kamu mandi dulu. Bunda tunggu di meja makan." Kirana beranjak untuk membangunkan suaminya.
Baru saja Kirana akan menarik knop pintu, telah terlebih dulu penghuni di dalamnya membuka pintu.
"Tumben udah rapi?"
"Good morning, sayang." Kata Sean sembari mengecup kening istrinya.
"Morning, tumben udah rapi?" Kirana mengulangi pertanyaannya yang belum sempat Sean jawab di awal tadi
"Iya, ada re-schedule meeting." Jawabnya mendahului Kirana turun ke meja makan.
Melihat Sean yang sudah rapih, Kirana berganti misi ke kamar untuk mengurus si bungsu yang baru masuk umur dua tahun.
"Sayang, udah bangun? Mau mandi sekarang? Yuk sini Bunda mandiin." Biasanya Sean akan turun ke meja makan sambil menggendong Zane yang sudah ia mandikan. Mungkin Sean memang tergesa-gesa.
Sambil membawa Zane yang sudah cantik dan wangi, Kirana menuruni tangga menuju meja makan.
"Kakak, kok belum sarapan?"
"Kakak mau naik bus, Bunda."
Kirana melirik sekilas ke arah Sean yang seperti tidak ingin tahu. Sebenarnya ada apa dengan suaminya. Apa karena semalam ia meminta agar Sean mengizinkan Juna untuk naik bus sekolah bersama dengan teman-temannya? Jadi pria itu pagi ini terlihat sedikit diam dan acuh.
Ah, entahlah.
"Kakak, berangkat bareng ayah dulu, ya. Maybe next week. Okay?" Kirana menyerah. Sepertinya ia akan lebih berusaha membujuk Sean. Lagipula ini demi kebaikan putranya juga. Ia hanya takut putranya kurang sosialisasi.
"Hm, okay." Juna melanjutkan sarapannya yang tertinggal.
Setelah sarapan habis, Sean langsung beranjak.
"Sepertinya nanti malam Ayah pulang telat, Bun."
"Ah, it's okay. Hati-hati di jalan."
"Hmm."
Setelah mengantarkan Sean dan Arjuna, Kirana kembali ke dalam melanjutkan sarapan Zane yang sempat tertinggal.
"Aak, pinternya anak Bunda."
Zanitha Eila Pramono, anak kedua dari Sean dan Kirana yang sebentar lagi akan memasuki usia dua tahun. Tak terasa memang, seperti baru kemarin.
Sepertinya baru saja waktu itu, Kirana memberikan kabar bahagia ini di ulang tahun Sean. Iya, dia memberikan kabar kehamilan keduanya sebagai hadiah utama untuk ulang tahun Sean. Dan Sean? Sudah pasti amat sangat bahagia akan kabar tersebut. Kecupan hangat nan manis Kirana terima malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasiamu
Teen Fiction[SELESAI] "Semua yang kita harap, tidak sepenuhnya berakhir seperti yang diharapkan. Terkadang, membiarkan takdir yang mengambil alih semuanya adalah pilihan yang tepat." * Kirana Putri Pratama, gadis manis yang memiliki tubuh sedikit berisi, sedang...