"Sean, ngga ke kantin?"
"Engga dulu, Dit. Lo duluan aja."
"Oke deh."
Hari ini adalah ospek terakhir. Tepat setelah acara ditutup tadi, para mahasiswa baru dituntun untuk memasuki ruangan masing-masing. Banyak yang keluar untuk mengelilingi kampus karena memang jam istirahat. Tapi tidak dengan Sean, ia lebih memilih untuk tetap diam di kelas. Ia rasa ia sudah cukup mengenali lingkungan kampus dengan baik, karena sebelum ospek pun, ia sudah sering berkunjung ke kampus. Sebenarnya tidak semua lingkungan kampus ia ketahui, hanya denah tempat saja, tidak dengan lingkungan sosialnya. Sudah banyak unit-unit kegiatan mahasiswa yang menawarkan Sean untuk bergabung ke dalamnya, hanya saja lelaki itu terlalu malas untuk berbaur. Bahkan teman sekelas yang ia rasa cocok dengannya hanya Dodit. Walaupun, Dodit tidak sepengertian Candra, namun Pria bertampilan nerd itu bisa sedikit mengerti dirinya.
Berbicara soal Candra, kini lelaki itu memilih untuk melanjutkan ke jenjang yang semakin memperdekat ia dengan cita-citanya. Sedari kecil, Candra sangat bermimpi untuk menjadi seorang polisi. Dan sekarang, ia berhasil mewujudkannya. Belum sepenuhnya sih, hanya saja ia akan berusaha sebaik yang ia bisa di pendidikan polisi-nya kali ini.
Kembali ke Sean, kali ini ia terlihat sibuk dengan ponselnya. Tak lupa, ia juga mengenakan earphone pada masing-masing telinganya.
"Melihat senyum yang bukan untukku, cukup buatku merasa di dekatmu." Sean ikut menyanyikan sebuah lagu, yang lebih terdengar seperti sedang bergumam.
Kini Sean terdiam menikmati alunan suara merdu dari earphonenya. Suara yang tidak membuatnya bosan walau sudah ia putar ulang puluhan kali.
Entah sejak kapan ia merasa candu dengan suara gadis itu. Gadis yang berhasil membuatnya bingung dengan dirinya sendiri. Bukankah ia membenci gadis itu? Lalu mengapa ia selalu menyukai setiap hal yang dilakukan gadis itu? Benar-benar membingungkan.
Mungkin jika Candra ada di dekat Sean saat ini, pasti Candra akan bilang,
"Udah lah, lo itu udah jatuh ke dalam pesonanya Kirana. Cuma lo ngga sadar aja. Atau lebih tepatnya, lo gengsi buat ngakuinnya."*ini adalah pengandaian author.
Teet teet teet
Suara bel berbunyi membuat Sean mau tidak mau menghentikan video dari IGTV Devi dan mulai memasukkan handphonenya ke dalam tas. Walaupun hanya melihatnya tiga kali, itu sudah berhasil membuat mood dan energinya kembali baik.
'The power of Kirana.'
*
"Dev, lo dateng kan ke acara nikahan anaknya Tante Rina?" Tanya Kirana pada ponselnya yang sedang menampilkan muka Devi.
Ya, mereka sedang melakukan video call.
"Ya dateng lah, gila kali gue acara sepupu sendiri kaga dateng. Ini aja gue lagi di-make up-in sama MUA hitz se Jakarta Raya." Kata Devi sambil melirik ke arah seorang pria fifty fifty bernama Sis Endy yang nampak malu-malu saat dipuji Devi.
"Waah keren dong, semoga aja doi bisa bikin lo jadi cakepan dikit." Kata Kirana seperti biasa, mengejek Devi.
"HAH? Dikit lo bilang? Gue tanpa make up aja udah cakep banyak. Kalo gue dipoles make up, Raisa lo aja kalah sama gue." Kata Devi tak mau kalah.
"Eits, ngga ada yang bisa menyaingi kecantikan paripurna seorang Raisa."
"Udah ah, mending lo cepet otw kesini. Sampe sini, kita lanjutin lagi berantem kita." Merasa akan semakin berlanjut, Devi memutuskan untuk menghentikan perdebatannya dengan Kirana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasiamu
Teen Fiction[SELESAI] "Semua yang kita harap, tidak sepenuhnya berakhir seperti yang diharapkan. Terkadang, membiarkan takdir yang mengambil alih semuanya adalah pilihan yang tepat." * Kirana Putri Pratama, gadis manis yang memiliki tubuh sedikit berisi, sedang...