Jogja yang cerah menyambut kedatangan Ayu, Kirana dan Yamada. Dengan koper di masing-masing tangan, mereka bertiga mulai berjalan keluar bandara untuk mencari taksi yang sudah dipesankan oleh Dodit.
"SAYAAANGG!" Terdengar suara keras dari beberapa barisan taksi di depan gerbang penjemputan. Tak lama pria itu berjalan ke arah mereka bertiga.
Ayu yang merasa kenal dengan suara itu pun spontan melambaikan tangannya.
"Siapa dia?" Tanya Yamada dengan segala keingintahuannya.
"Dia adalah pangeran kuda putih yang saaangaat aku rindukan." Kata Ayu dengan nada yang cukup berlebihan.
Kirana dan Yamada dengan kompak menampilkan ekspresi seperti ingin muntah.
"Kamu udah lama nunggu?" Tanya Ayu kepada Dodit yang baru saja tiba di depan mereka.
"Enggak kok, baru aja. By the way, i miss you so much."
"Wleek" Lagi, kedua kalinya mereka berdua;Kirana dan Yamada menampilkan ekspresi ingin muntah.
"Jomblo emang gitu, cuma bisa iri." Ejek Ayu.
"Udah buruan masuk taksi, capek nih." Kali ini Kirana yang membuka suara. Memang benar adanya, dia lelah. Perjalanan yang tidak terlalu lama memang bukan kendala, yang menjadi kendala adalah bule Jepang yang sangat tidak sabaran untuk tahu seperti apa itu Indonesia. Kurang lebih hampir seratus pertanyaan yang Yamada lontarkan kepada Kirana. Mengingat Ayu yang sangat 'pelor' atau nempel molor, Kirana mau tak mau harus menahan kantuknya dan juga emosinya karena dia tidak mau sampai harus marah-marah di dalam pesawat.
***
"Halo?"
....
"Ngga usah alasan."
....
"Bodo, gue mau lo buru bangun terus ke stasiun. Sepuluh menit dari sekarang atau, gue bilang aja kalo bab 1 lo kerjaan gue."
Kiranya seperti itulah percakapan antara Dodit dengan seorang di seberang sana.
"Sayang, siapa?"
"Ah itu, temen aku katanya mau ikut naik kereta."
"Oh, kirain cewek baru."
"Ya enggalah sayang, cuma kamu cewek satu-satunya di hati aku."
Kirana dan Yamada hanya saling berpandangan dan memutar bola mata mereka dengan malas.
Konten bucin.
***
Sedangkan di tempat lain, Sean tengah terburu-buru.
"Sialan si Dodit, main ngancem aja bisanya." gerutunya sambil menggunakan sneakersnya.
Setelah memastikan telah mengunci pintu kosnya, Sean langsung beranjak mencari ojek online untuk segera ke stasiun.
"Ses-" Belum selesai Mas Ojol berbicara sudah dipotong terlebih dahulu oleh Sean.
"Iya, sesuai titik. Buruan ya mas."
Butuh waktu 8 menit dari kos sampai ke stasiun. Kini giliran Sean yang kepusingan mencari keberadaan Dodit beserta rombongannya.
Lima menit, sepuluh menit, keberadaan Dodit masih belum terdeteksi, terakhir dihubungi mereka sudah setengah jalan. Tak dapat menahan lagi, Sean berlari ke kamar mandi.
Selesai dengan urusan buang air kecilnya, Sean kembali berjalan ke arah peron.
"SE! Buruan!" Kata Dodit sambil melambaikan tangannya di depan kereta yang baru saja berhenti.
Sean berhasil masuk tepat sebelum pintu kereta tutup. Ia berjalan mencari tempat karena kebetulan kereta sedang penuh sebab sudah masuk jam-jam kerja.
Dia melihat Dodit yang sedang berdiri di sebelah kirinya dengan pacarnya, tapi ia belum tahu yang mana teman-teman dari pacar Dodit.
'Sreet'
Kereta berhenti di stasiun berikutnya, memberi kesempatan bagi beberapa penumpang untuk turun sesuai dengan tujuannya.
"Yamada!" Terdengar suara keributan di depan Sean.
Tapi tunggu, Sean seperti mengenali suara itu. Suara Kirana. Gadis yang sudah lama ia rindukan. Tak berlangsung lama, matanya teralih pada cincin di jari gadis itu. Cincin yang sama yang ia berikan kepada Kirana tiga tahun yang lalu. Ia tidak salah lagi, gadis di depannya adalah gadis yang sama, gadis yang selalu ia mimpikan kedatangannya.
Tanpa ia sadari bibirnya sudah melengkung sempurna. Bak mendapat bintang di gelapnya langit malam, Sean tidak berkedip sedikit pun menikmati indahnya pemandangan di depannya.
'Sreet'
Kali ini kereta berhenti lebih mendadak, hingga mau tidak mau Sean yang belum siap pun terdorong ke depan, dan dengan spontan berucap,
"Maaf." tak ayal membuat gadis di depannya menoleh dan terkejut.
"Hai." Sapa Sean dengan tangan melambai ke arah Kirana yang masih membuka matanya lebar-lebar.
"Apa kabar?" Tanya Sean kembali memancing lawan bicaranya untuk berbicara. Tapi tetap saja, Kirana adalah Kirana. Ia masih terlalu terkejut untuk saat ini.
"Hm, aku seneng banget kamu mau pake cincin itu."
Kirana yang tersadar dengan ucapan Sean pun memandang jari manisnya lamat-lamat.
"Kira-chan." Suara Yamada berhasil memecah kecanggungan di antara keduanya.
Sean baru sadar, bahwa sebelum itu, gadisnya menyebut nama seseorang. Sudah pasti dia tidak sendiri.
"Siapa dia?" Yamada dengan segala keingintahuannya. Kadang Kirana takut dengan calon pasangan Yamada kelak. Yamada pasti akan menjadi pasangan yang overprotektif.
"Sean, tunangan Kirana." Kini giliran Sean yang dengan cerdasnya memanfaatkan situasi.
Kirana kembali membelalakkan matanya. Gila memang, bisa-bisanya Sean memperkenalkan dirinya sebagai tunangan dari gadis itu.
"Oh, jadi ini tunanganmu yang kamu bicarakan tempo hari di bandara, Kira-chan?" Tanya Yamada ulang kembali memastikan.
***
Tolong bgt itu Yamada mulutnya dikondisikan. Udah gitu make bahasa indo lagi.
Fyi, Yamada suka mempelajari banyak bahasa dan budaya.
Hihi, segini dulu ya. C u✨
Luv,
Azliana Astari✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasiamu
Genç Kurgu[SELESAI] "Semua yang kita harap, tidak sepenuhnya berakhir seperti yang diharapkan. Terkadang, membiarkan takdir yang mengambil alih semuanya adalah pilihan yang tepat." * Kirana Putri Pratama, gadis manis yang memiliki tubuh sedikit berisi, sedang...