Hiruk pikuk Kota Jakarta menyambut kedatangan Sean yang baru saja menginjakkan kakinya di ibu kota setelah setahun lamanya pergi.
"Seann!"
"Mom." Sean pun tersenyum hangat sambil berlari kecil ke arah Mommynya. Kurang lebih sudah tiga bulan ia tidak bertemu dengan Mommynya. Terakhir saat liburan tengah semester kemarin.
Sean pun segera memeluk kedua oramg tuanya secara bergantian.
"How are you, Son?" Tanya Daddy Sean penuh perhatian.
"I'm okay, Dad. As what you see." Sean pun menjawabnya dengan senyum yang terus mengembang.
"Sean, mau langsung pulang atau mampir dulu?" Kini giliran Mommynya yang memberikan perhatian.
"Langsung pulang aja Mom, udah kangen berat sama kamar Sean." Lagi dan lagi Sean menjawab setiap pertanyaan dengan senyum yang tidak bisa sedetik pun luntur.
Perjalanan dari stasiun ke rumah pun tidak terasa lama, karena mereka mengisinya dengan gurau canda dan cerita yang dilontarkan Mommynya. Apalagi topik tentang Rio, keponakannya yang baru saja lahir awal bulan ini selalu berhasil membuat Mommynya tidak mengenal titik dan koma dalam bercerita, sehingga membuat Sean semakin tidak sabar untuk segera bertemu dengan keponakan pertamanya itu.
*
Koper terbuka, baju berserakan dan peralatan yang tergeletak di atas lantai menjadi pemandangan pagi hari yang sangat memuakkan bagi Kirana. Walaupun terlihat sedikit pemalas, tapi Kirana adalah orang yang cinta dengan kerapihan. Dilihat dari kamarnya di hari-hari biasa, kamar Kirana tersusun sangat rapih dan tertata. Mungkin sedikit pengecualian di hari Minggu. Pemilik kamar itu akan sedikit bermalas-malasan dan baru akan membereskannya ketika jam makan siang mulai datang.
Jadi, kata-kata sedikit pemalas sangat tepat dan cocok untuk Kirana Putri Pratama.
"Ma, aku mau ke minimarket sebentar. Ada beberapa keperluan yang harus aku beli." Kirana mulai beranjak dari kegiatan melipat bajunya dan menggunakan cardigan bewarna hitamnya untuk melapisi piyama berlengan pendek yang ia gunakan.
"Oke." Jawab Mama Kirana yang masih asyik dengan lipatan baju di tangannya.
"Ma, hmm uangnya?"
"Make uang kamu dulu. Nanti Mama ganti."
"Beneran?" Kirana cukup mengerti dengan sifat Mamanya ini yang biasanya, akan berakhir lupa untuk menggantikan uang tersebut.
"Iyaa."
Kirana mengambil kunci motor di gantungan yang memang sudah ia sediakan di dalam kamarnya.
Setelah salim dan pamit, Kirana langsung menuju ke arah garasi untuk mengambil helm nya.
Walaupun jarak antara minimarket dengan rumahnya tidaklah terlalu jauh, tapi safety first tetap menjadi pedoman teguh bagi Kirana.
Setelah menempuh kurang lebih tujuh ratus meter perjalanan, Kirana memakirkan motornya di halaman minimarket pusat di perumahannya. Sebenarnya ada minimarket di dekat rumah, hanya saja tidak terlalu lengkap. Jadi, ia memutuskan untuk sekalian membeli perlengkapannya di minimarket pusat yang sedikit lebih jauh dan ramai.
"Selamat datang, selamat berbelanja."
Kirana pun membalas pelayan toko tersebut dengan senyum ramahnya. Lantas melanjutkan kegiatan berbelanjanya.
Seperti perempuan pada umumnya, Kirana berjalan dari satu lorong ke lorong lain. Camilan, perlengkapan mandi dan perlengkapan perawatan wajahnya sudah ia masukkan ke dalam keranjang belanjaannya. Hanya kurang satu benda yang belum ia beli. Benda penting nan ajaib bagi setiap kaum hawa. Apalagi kalau bukan, pembalut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasiamu
Teen Fiction[SELESAI] "Semua yang kita harap, tidak sepenuhnya berakhir seperti yang diharapkan. Terkadang, membiarkan takdir yang mengambil alih semuanya adalah pilihan yang tepat." * Kirana Putri Pratama, gadis manis yang memiliki tubuh sedikit berisi, sedang...