20 - Pergi

5.2K 315 6
                                        

"Semua yang kita harap, tidak sepenuhnya berakhir seperti yang diharapkan. Terkadang, membiarkan takdir yang mengambil alih semuanya adalah pilihan yang tepat."

***

Makan malam bersama pun telah usai. Dan ini adalah waktu dimana acara utama akan segera dimulai. Acara pertunangan antara Sean dan Kirana.

Adhi Pramono pun membuka acara.

"Baiklah, sesuai tujuan utama kita sebelumnya, malam ini kita akan melangsungkan acara pertunangan antara Sean dan Kirana. Tapi sebelumnya, apakah ada pihak yang keberatan?"

Semua yang ada di meja itu pun berharap tidak ada yang keberatan, supaya perjodohan itu berjalan dengan lancar. Tapi tidak dengan Kirana. Ia merasa sangat keberatan disini. Bukan karena perjodohannya. Hanya saja kenapa harus Sean yang akan dijodohkan dengannya.

Karena Sean, Kirana harus merasakan pengalaman buruk di sekolah selama satu setengah tahun. Menjadi bahan olok-olokan dan dijauhi beberapa teman mampu membuat Kirana mengalami stress ringan hingga berhasil membuatnya tidak fokus untuk belajar di sekolah. Dan sekarang, ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia kelak akan menjadi pasangan hidup dari pria itu. Tidak. Ini semua tidak boleh sampai terjadi.

Dia, tidak sudi.

Kirana yang merasa keberatan pun seakan diberi ruang luas untuk menyampaikan kata hatinya. Kirana lantas mengangkat sedikit lengannya ke atas, seakan ia adalah orang yang keberatan.

Seluruh pasang mata pun mengarah ke arahnya. Tidak terkecuali Sean yang sepertinya sudah paham dengan apa yang akan Kirana lakukan.

Dengan mata berkaca-kaca dan suara yang ia paksakan untuk tetap lembut, Kirana memulai kata demi kata.

"Mohon maaf sebelumnya kepada Om, Tante dan kedua orang tua Kirana. Karena satu dan alasan lain, Kirana rasa, Kirana tidak bisa menerima acara perjodohan ini. Kirana merasa keberatan. Jadi sekiranya, Om, Tante, Mama dan Papa bisa menghargai keputusan Kirana."

"Kirana!" Papa Kirana yang merasa anaknya melakukan sebuah kesalahan tanpa sadar membentak.

Mendengar bentakan Papanya, secara spontan air mata yang sudah ia tahan sejak tadi pun luruh sedikit demi sedikit. Emosi yang sudah tak tertahan pun mulai meluap.

"Maaf Pa, tapi Kirana ngga bisa menerima dia. Untuk alasan lebih jelasnya, silahkan Papa tanyakan langsung ke orangnya." Kata Kirana sembari menunjuk tepat ke arah muka Sean. Kirana pun berdiri mengambil tas selempangnya. "Sebelumnya, Kirana mohon pamit. Permisi dan selamat malam."

Kirana yang sudah dikuasai oleh emosi  pun dengan air mata yang berderai melangkahkan kakinya keluar restoran menuju sebuah taman kecil di dekat sana. Ia sangat kebingungan. Sebenarnya ia tidak mau mempermalukan kedua orang tuanya dengan menghancurkan acara malam ini. Hanya saja, orang yang menghancurkan hidupnyalah menjadi pertimbangan bagi Kirana. Sudah cukup waktu di sekolah dulu ia menjadi sasaran bullying karena tuduhan lelaki itu beberapa tahun lalu. Hingga saat itu, ia sangat menghindari apapun tentang Sean. Dan sangat tidak bisa diterima oleh Kirana untuk terikat seumur hidup dengan lelaki seperti Sean. Itu janjinya.

Kini hanya ada satu nama terlintas di kepalanya. Devi. Gadis itu pasti sudah tahu dari awal bahwa Sean lah yang akan dijodohkan dengannya. Karena kenyataannya, gadis itu yang merupakan sahabatnya adalah sepupu Sean.

Tanpa menunggu lama, ia pun menelpon Devi.

Tuut tuut

"Hish, sekali lagi ngga lo angkat, gue pecat lo jadi sahabat gue!"

Pengagum RahasiamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang