Satu minggu menjelang keberangkatannya ke Indonesia untuk menemani Ayu, Kirana sudah menyiapkan semuanya. Baik barang bawaan, tugas yang lebih awal telah ia selesaikan, begitupun dengan perasaannya.
Sudah tiga tahun semenjak insiden di bandara itu terjadi, Kirana bingung dengan perasaannya sendiri. Ia ingin melupakan pria itu. Tapi, mengingat setiap kalimat yang terucap, ia kembali mengurungkan niatnya. Bahkan, ia masih sering membaca surat kecil yang terselip di dalam kotak cincin yang diberikan Sean. Surat pertama dari Sean. Surat yang sampai saat ini tidak akan pernah bosan untuk ia baca. Meskipun, Kirana sampai hafal di luar kepala isi surat itu.
-Kirana, tolong kasih aku satu kali kesempatan lagi, ya?-
Ya, hanya satu kalimat yang Sean tuliskan di sebuah kertas yang ia lipat kecil di dalam kotak cincin yang ia taruh di atas nakasnya.
Berbeda dengan surat beramplop warna biru muda yang sebentar lagi sepertinya akan ia taruh ke kotak di atas lemari, seperti temannya yang lain. Bukan maksud hati Kirana tidak menghargai sang pengirim. Kirana tetap membaca surat itu, meski tidak pernah ia balas.
Sangat berbeda dengan isi surat Sean, isi surat dari Jack terlihat lebih niat. Terdiri dari beberapa kalimat yang memenuhi dua per tiga kertas, dilengkapi dengan amplop dengan warna yang berbeda di setiap harinya, dan juga jangan lupakan coklat dan perlengkapan lainnya.
Pernah suatu ketika, Kirana melupakan earphone yang sangat dibutuhkan untuk kelas listeningnya. Hingga ia mendapatkan sebuah earphone dengan surat beramplop merah muda di laci mejanya pada saat ia tinggal istirahat. Hingga saat ini, Kirana pun masih menyimpan earphone itu di dalam kotak yang sama dengan surat-surat itu.
Sebenarnya sangat mudah bagi Kirana untuk jatuh hati kepada Jack. Pria tampan beriris biru terang yang sangat menggemari seni. Tapi, jangan salahkan dirinya yang masih melekatkan nama Sean dengan baik di hatinya. Sampai saat ini.
Kirana pun memejamkan kelopak matanya sembari memegang kotak cincin itu dengan ragu.
"Ra?" suara Ayu menginterupsinya.
"Iya, ada apa?"
"Lo dimana?"
"Di kamar. Masuk aja."
Pintu pun terbuka dengan Ayu yang membawa beberapa makanan ringan di tangannya. Mata Ayu pun menelisik mencari tahu benda yang berada di genggaman sahabatnya itu.
"Lo kangen dia ya, Ra?" Tanya Ayu sembari melangkahkan kakinya mendekat dan duduk di pinggiran ranjang tepat di sebelah Kirana.
Kirana mengalihkan pandangannya ke arah kotak cincin di genggamannya.
"Gue, ngga tau, Yuk."
"Gue, ngga tau sama perasaan gue sendiri, Yuk." Lanjut Kirana.
Ayu menghela napasnya panjang. Sudah sering Kirana kepergok memandangi kotak cincin itu sampai segitunya. Kali ini, ia harus membantu sahabatnya. Sekaligus menyiapkan mental Kirana untuk kepulangan mereka ke Indonesia.
"Ra, it's okay kok. Gue juga akan melakukan hal yang sama kalau gue ada di posisi lo. Tapi Ra, saran dari gue, untuk masalah cinta, lo harus bisa seimbangin ego sama perasaan lo. Lo ngga boleh terlalu mikirin diri lo sendiri, dan juga, lo ngga boleh membodohi diri lo sendiri karena cinta. Kalau lo masih cinta sama dia, kasih dia kesempatan. Tapi, kalo dengan memberi dia kesempatan akan menyakiti hati lo, lo terpaksa harus ngelupain dia." Kata Ayu dengan memberikan pengertian kepada Kirana.
"Thanks ya Yuk, gue ngga salah milih lo jadi sahabat gue." Kirana dengan spontan memeluk Ayu.
"Sama-sama, Ra." Ayu membalas pelukan Kirana.
* * *
Maaf bgt sampe berdebu ini didraf :)
-Azliana Astari✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Pengagum Rahasiamu
Novela Juvenil[SELESAI] "Semua yang kita harap, tidak sepenuhnya berakhir seperti yang diharapkan. Terkadang, membiarkan takdir yang mengambil alih semuanya adalah pilihan yang tepat." * Kirana Putri Pratama, gadis manis yang memiliki tubuh sedikit berisi, sedang...