16 - Feeling

3.5K 277 1
                                    

Satu tahun kemudian

Suasana lapangan upacara SMA Pancasila terasa sangat menegangkan, terutama bagi mereka anak kelas dua belas yang sedang berbaris rapih menantikan hasil pengumuman kelulusan.

"Ra, kita pasti lulus kan?"

"Iya Dev, gue yakin kita semua lulus."

Kirana dan Devi kembali fokus ke mimbar yang telah menampilkan sosok Kepala Sekolah mereka. Kepala sekolah mulai menyampaikan sepatah dua patah kata sambutan, sebelum membaca sebuah surat dari dinas pendidikan berisikan hasil dari kelulusan anak muridnya.

"Apapun hasilnya, kalian harus tetap semangat dan jangan putus asa." Ucap kepala sekolah sedikit terjeda untuk membuka amplop di tangannya. Para siswa sudah mulai mengeluarkan keringat dingin mengenai nasib mereka masing-masing. Memang belum ada sejarah SMA Pancasila yang tidak lulus. Tapi, tidak ada satupun yang tahu kan?

Setelah mencermati isi surat dari dalam amplop yang tadi ia keluarkan, sang kepala sekolah kembali melanjutkan ucapannya.

"Kalian sudah melakukan yang terbaik untuk diri kalian sendiri dan sekolah ini. Selamat kalian lulus 100 persen." Sembari tersenyum bangga menatap anak muridnya dari sisi kanan hingga sisi sebelah kiri, ia menepukkan kedua tangannya memberikan apresiasi.

Sedangkan anak muridnya, masing-masing mengeluarkan ekspresi yang berbeda. Ada yang tersenyum, ada yang berteriak sambil lompat-lompat, dan tidak sedikit yang menangis tersedu sembari memeluk temannya, seperti Devi dan Kirana yang larut dalam peluk dan tangis mereka.

"Ra, kita udah beneran lulus nih?" Tanya Devi sembari melepaskan pelukannya.

Kirana menganggukkan kepalanya lemah.

"Iya Dev, gue seneng tapi gue juga sedih. Gue belum siap LDR-an sama lo."

"Sama Ra, gue bakal kangen sama lo. Satu-satunya temen yang ngga pernah morotin gue walaupun gue minta." Kata Devi sembari tertawa ringan.

wIa benar-benar bersyukur bisa berteman dengan Kirana. Sebab dulu, waktu awal masuk ke SMA ini, Devi sempat salah memilih teman. Dia pernah terjerumus ke dalam lingkup Sisil yang suka berfoya-foya. Yang menyedihkannya lagi, setelah mereka mengetahui kenyataan bahwa Devi adalah anak seorang pengusaha, mereka semakin gencar memanfaatkan gadis itu. Mulai dari meminta traktiran di restoran mewah bahkan sampai pernah meminta Devi untuk memakai mobil mewah milik ayahnya saat akan hangout, yang tentunya Devi tolak permintaan konyol itu. Berbeda dengan Kirana yang lebih memilih untuk memesan Carol daripada menaiki mobil Devi karena alasan klasik "Ngga usah lah Dev, gue ngga mau numpang mobil
ke orang yang belum punya SIM. Bukannya sampai tujuan, malah ditilang duluan. Amit-amit." Kalau mengingatnya, Devi merasa ingin tertawa sendiri. Padahal sekalipun ditilang, ia masih bisa membayar dendanya.

Untungnya, ia berhasil bertemu orang seperti Kirana sebelum ia resmi menjadi anggota CCI.

"Sama Dev, lo juga satu-satunya temen yang selalu ada buat gue. Terlepas dari semua kekurangan gue."

Mereka kembali berpelukan hingga suara yang tak asing mulai merusak suasana.

Kruuk kruuk

"Sorry Ra, gue laper banget, tadi belum sempet sarapan, keburu panik takut telat." Kata Devi sambil memperlihatkan cengiran tidak tahu dirinya.

"Makanya, anak gadis jangan suka begadang." Kirana tampak seperti sedang berpikir, lalu kembali melanjutkan ucapannya. "Ayam gepuk es teh jumbo?"

"Let's gooo!"

Mereka berdua dengan semangat '45 mengambil tas masing-masing di kelas dan segera memesan Carol menuju kedai ayam gepuk langganan mereka.

Kirana dan Devi memang bisa dikategorikan sebagai best friend goals, walaupun banyak debatnya tapi mereka akan kembali akur di menit berikutnya. Satu tahun belakangan ini mereka gunakan dengan sebaik yang mereka bisa. Mereka sering menghabiskan waktu bersama walaupun hanya sekedar untuk bercerita. Terutama setelah deep talk mereka di taman hotel yang menjadi lokasi resepsi pernikahan Rey dan Rena.

Pengagum RahasiamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang