18 - Pulang

3.5K 263 2
                                    

Setelah perdebatan panjang antara otak dan hatinya, hari ini Sean memutuskan untuk pulang ke Jakarta naik kereta.

Ia tidak boleh egois bukan? Lagipula untuk masalah perasaannya pada Kirana yang belum terlalu dalam itu, masih bisa ia hapuskan secara perlahan. Ia tidak mau menjadi anak yang durhaka. Mengingat Mommynya yang sempat jatuh sakit beberapa waktu lalu, membuat Sean tidak mau menjadi alasan Mommynya kambuh dan menderita.

Sean segera mengabari Mommynya melalui sebuah pesan.

Sean
Mom, nanti siang Sean berangkat dari
Jogja ke Jakarta.

Tidak butuh waktu yang lama bagi Sean mendapatkan balasannya, mengingat status Mommynya yang sedang online juga.

Mom
Oke, take care Son. Kabari Mom atau Dad jika kamu sudah mau sampai.

Sean
Iya Mom.

Sean sengaja berangkat langsung di hari Jumat setelah kelas terakhirnya, supaya ia bisa sedikit lebih lama di Jakarta.

Tanpa ia sadari, ia sudah setahun penuh di Jogja. Tidak seperti kebanyakan temannya yang akan pulang kampung saat liburan semester tiba, Sean lebih memilih untuk menjelajahi Jogja. Terkadang orang tuanya lah yang mengalah dengan menghabiskan liburan mereka di Jogja. Tidak bisa dipungkiri, ia juga merindukan Jakarta. Terlebih seseorang yang berhasil mengubah hati dan pikirannya di satu tahun belakangan ini.

Seseorang yang ia kira akan hilang ketika ia jauhi, nyatanya selalu hadir seperti bayangan yang mengikuti pemiliknya kemana pun ia pergi.

'Kirana Putri Pratama, why must you?'

Kirana sangat sukses memenuhi pikiran  seorang Sean Adhi Pramono. Bahkan Dodit, sering memergoki Sean melamun atau bahkan senyum-senyum sendirian ketika sedang menggunakan earphone.

"Kenapa lagi Se? Masih tentang gadis itu?" Tanya Dodit.

Cukup mustahil bagi Dodit untuk tidak mengetahui siapa penyebab temannya terlihat muram seperti itu.

"Bukan kok Dit, gue cuma lagi kepikiran aja belum packing padahal gue harus berangkat nanti siang."

Sean tidak sepenuhnya berbohong, memang benar ia belum packing karena ia berniat membawa sedikit perlengkapan saja. Untuk pakaian, rumah di Jakarta masih menyimpan rapih pakaiannya. Tapi, masalah Kirana tidak bisa ia ragukan. Ia sedikit tidak rela melepas Kirana.

*

"Ma, keberangkatan ke Jepang dipercepat sama kemendikbud hari Senin depan. Pun dengan bimbingan bahasa dan budayanya yang akan dilaksanakan di Jepangnya langsung." Kabar yang Kirana berikan mendadak membuat suasana ruang tamu yang awalnya ramai oleh gelak tawa menjadi sunyi senyap.

"Dipercepat kenapa Kak?" Tanya Papa Kirana.

"Katanya sih supaya bimbingannya lebih meresap dan para calon mahasiswanya dapat mengaplikasikannya langsung di lingkungan Jepang."

"Tapi kenapa semendadak itu?" Kini giliran Mama Kirana yang bertanya. Masalahnya, ini bukan hal sepele. Yang mana pemerintah tidak mungkin gegabah dalam membuat tata acaranya.

"Jadi gini Ma, Pa, tahun ini adalah tahun pertama yang bisa dibilang uji coba untuk pembandingan antara mahasiswa yang melaksanakan bimbingan di Indonesia dan mahasiswa yang langsung dibimbing di Jepang. Jadi, kalau misalnya lebih efektif untuk penerapannya secara langsung, cara ini bisa diaplikasikan untuk tahun kedepannya." Kirana pun menjelaskan dengan sabar supaya kedua orang tuanya lebih menangkap maksudnya.

"Kalau begitu kita batalin aja ya acara makan malamnya? Biar kamu bisa istirahat lebih sebelum keberangkatan." Kata Mama Kirana.

"Eh jangan Ma, ngga enak sama Tante Rina. Masalah perlengkapan dan lain-lain bisa Kirana siapin di hari Sabtu, kok. Asalkan Mama mau bantuin." Jawab Kirana sembari tersenyum menggoda.

"Pasti dong, terima kasih ya sayang."

"Terima kasih juga Mama."

Mereka pun berpelukan tanpa memperhatikan sekitar.

"Kok mendadak jadi dingin, ya Ren?" Sindir Papa Kirana.

"Ih, Papa bilang aja kalo minta dipeluk juga. Sini kita pelukan berempat kaya Teletubbies." Kata Mama Kirana.

Akhirnya, mereka berempat pun berpelukkan di tengah ruang tamu yang terasa hangat di tengah derasnya hujan.

*

Sedangkan di salah satu kursi tersedia di stasiun, Sean tengah menanti datangnya kereta yang akan membawanya ke Jakarta. Kereta yang tidak hanya membawa 'diri' nya saja, tetapi juga kereta yang akan membawa masa depannya kelak.

"Pengumuman pengumuman, kepada seluruh penumpang kereta Argo Kencana jurusan Jogja-Jakarta diharap untuk segera bersiap-siap dikarenakan kereta akan segera memasuki pemberhentian."

—ini author ngarang banget.

Sean yang mendengar pengumuman tersebut pun dengan langkah santai mengikuti antrean yang akan masuk ke dalam gerbong kereta.

Setelah menemukan nomor kursinya, Sean langsung menempatkan diri dengan nyaman. Ia sudah sangat mengantuk. Terlebih semalam, ia tidak tidur karena masalah perjodohan ini.

***

Aku publish setelah seabad menghilang.
—apaan sih lebay.

Okay, sorry for any typo. I hope u guys will like it.

Luv,
Azliana Astari✨

Pengagum RahasiamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang