peluk, biru. dekap.

17 2 0
                                    

Halo, Biru. Di redupnya siangmu, aku yakin Tuan Cuaca akan bawa sejimpit senang untuk kau cicip. Tak perlu sebut hancur untuk memperkenalkan diri Biru.

Kenalkan saja pada dunia dan seisinya kalau kamu adalah Biru. Satu nyawa pemantik bahagia bagi orang-orang di sekitarnya. Kenalkan saja pada langit dan bintang-bintangnya, terlepas dari gelar pemantik bahagia yang kuberi, tak apa merasa pecah sesekali. 

Tak apa sinarmu redup kala matahari saja sudah terlalu malas untuk kamu sambut.

Tak apa, Biru. Sungguh.

Kubantu bilang pada pelukis langit agar kamu segera dilimpahi peluk hangat untuk semua luka yang menyengat. Setidaknya jika peluk itu tak kunjung sampai ke beranda rumahmu, tolong kamu dekap luka-luka itu lebih lama lagi, ya? 

Dekap luka itu untukku, utamanya untuk dirimu sendiri.

Esok pagi, kala matahari mengintip dari balik gedung-gedung tinggi, kuharap sirna pula segala macam lara dan duka yang kini jadi teman diri.

Peluk, Biru. Dekap dirimu sendiri.

Lupakanlah segala tuntut yang terucap dari mulut mereka. Tak semua ingin harus dipenuhi. Tak semua ucap buruk harus dimasukkan ke hati. Tak semua orang akan lakukan apa yang kita ingini.

Peluk, Biru. Dekap yang erat.

Kubantu hitung sampai tiga. Semoga kala kata tiga lahir, lahir pula bahagia bagi Biru yang dibanggakan dunia. Tak apa, tak perlu jadi sempurna untuk bisa disayangi. Tak perlu jadi sempurna pula untuk bisa menyayangi. 

Sepanjang kamu berusaha jadi hati baik yang menyalakan padam lainnya, pelukis langit pasti tak akan kecewa kirim kamu jadi prajurit buminya.

Peluk, Biru. Dekap yang hangat.

Tak perlu melempar tanya kamu sedang ke mana, dia pasti pulang. Dia pasti pulang, Biru.


(Daksa mengirim doa, agar Biru segera dipeluk bahagia.)

(Daksa meminta pada pelukis langit, agar Biru segera pulang ke hatinya yang utuh.)


---------------

surat-surat yang pergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang