Biru, pun dengan kamu.
Nanti kamu juga akan bertemu dengan banyak orang di luar sana.
Orang yang mungkin jauh lebih gemerlap daripada aku.
Orang yang mungkin membuatmu menulis lebih banyak puisi yang membuat senyummu terukir sepanjang waktu.
Tapi sudah, sudah.
Jangan dulu tumbuhkan pikiran-pikiran buruk itu. Kita memang tidak akan pernah tahu pemilik semesta akan tuntun langkah kita ke mana, Biru. Toh aku saat ini masih di sini, bukan?
Aku tidak akan ke mana-mana.
Ayo kita nikmati saja pertunjukannya, Biru.
Ayo kita lewati semua senang sedih ini sama-sama.
Ayo kita saling pulang kala peliknya sudah sangat menghujam.
Ayo kita telusuri jalan-jalan buntu yang membuat kita kadang ragu itu.
Kita ini sebentang jalan yang berseberangan, Biru.
Sebentang laut yang saling melawan. Sebentang langit yang saling memanggil hujan. Pun sebentang batas antara dua isi kepala yang terlalu sukar untuk dipadukan.
Tapi, untukmu aku ada,
Dan untukku, kamu ada.
---------------
KAMU SEDANG MEMBACA
surat-surat yang pergi
Teen FictionKita adalah sebentang jalan yang berseberangan, Sebentang laut yang saling melawan, Sebentang langit yang saling memanggil hujan, Pun sebentang batas antara dua isi kepala yang terlalu sukar untuk dipadukan. Tapi, untukmu aku ada, dan untukku, kamu...