Di pijakan tanah yang berbeda dengan yang dimiliki kakimu, aku juga mengirim doa, Biru. Kuadukan juga segala hal yang gerogoti kepalaku hari ini pada Pemilikku. Sebab aku percaya bahwa Dia adalah tempat di mana cinta dimiliki secara penuh.
Kuadukan juga pada pemiliku, semoga dia peluk semua adumu. Kumintakan pada-Nya, semoga pinta yang kamu bisikkan untuk melipat jarak antara bumi dan langit Dia turuti dengan cinta dan cita yang utuh.
Terima kasih, Biru. Terima kasih sudah bantu doa agar si senyum betah berlama-lama tersungging di bibirku. Terima kasih sudah bantu pinta agar Dia kirim segala jenis kuat untuk lemah yang membuat tak berdaya.
Semoga Dia beri yang serupa untukmu di sana.
Tak usah terlalu berat pikirkan soal takdir-Nya tentang kita, Biru. Manusia tidak akan pernah punya hak untuk mendikte takdir dan kuasa pemilik semesta.
Kubantu ucap doa juga kalau memang iya adalah jawaban-Nya, aku dan kamu sama-sama diputarkan dalam roda kebaikan hingga kita tepis jarak yang jadi batasnya.
Pun kalau ternyata tidak adalah yang paling baik menurut-Nya, kubantu doa pula agar kita sama-sama jadi pesan baik-Nya untuk hidup yang lebih bermakna.
Biru, aku mungkin tidak pernah bilang ini.
Tapi aku juga mengadu.
Aku juga berdoa supaya di masa depan nanti, aku adalah orang yang Dia tunjuk untuk bantu jaga kamu dan duniamu di sana.
Kita aminkan sama-sama, ya?
--------------
KAMU SEDANG MEMBACA
surat-surat yang pergi
Teen FictionKita adalah sebentang jalan yang berseberangan, Sebentang laut yang saling melawan, Sebentang langit yang saling memanggil hujan, Pun sebentang batas antara dua isi kepala yang terlalu sukar untuk dipadukan. Tapi, untukmu aku ada, dan untukku, kamu...