pecah.

4 1 0
                                    

Pecah. 

Pecah sekali rasanya, Daksa. 

Aku seperti dilempari jarum tak kasat mata yang menusukku sampai habis. Tanganku seperti dijerat sampai merah-merah, sampai lukanya tak terasa sakit lagi.

Hari ini kembali ditorehkannya satu luka baru di tempat yang sama, membuatku semakin lapuk. Barangkali sebentar lagi aku ini sirna, Daksa. 

Rasanya aku ingin punya mesin waktu yang bisa buatku pergi ke mana saja, setidaknya jangan di tempat ini. Jangan di rumah ini. Jangan di penjara ini. 

Aku ingin pergi, yang jauh dari sini. 

Yang di dalamnya luka-lukaku bisa sembuh, yang di dalamnya bisa kutemui segala macam tenang dan nyaman yang aku cari selama ini.

Pecah sekali aku ini, Daksa.

Hancur sekali layaknya aku ini benang tipis yang bisa putus tiba-tiba dalam satu jentikan saja. Kenapa tidak sirna saja aku, Daksa? 

Biar penuh sekalian semua amarah itu. Biar lebur sekalian semua derita itu.

Hari ini kumasak agar-agar di dalam panci, ingin sekali kucicipi, tapi nyatanya ia juga ikut hancur bersama kehancuranku untuk ke sekian kali. 

Apa yang bisa menahanku agar tetap ada di sini, Daksa? 

Di tempat yang begitu buatku gila ini. 

Air mata perempuan tempatku berasal? 

Atau kasih sayangku yang terlampau besar?

Aku ingin pergi, Daksa. 

Yang jauh.

Tapi aku juga masih ingin dengar lagu kesukaanku esok pagi.


---------------

surat-surat yang pergiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang