Yujin meniup pelan kepulan asap dari kopinya, lalu menyesap seteguk. Pria itu menyandarkan tubuhnya di kursi balkon sembari menaruh gelas kopi tadi di atas meja sebelahnya. Helaan napas terdengar.
Sedikit melongokkan kepala ke sebelah kanan, dimana disana merupakan balkon kamar Wonyoung dan Hyewon. Ya, kamar mereka bersebelahan.
Samar-samar suara Hyewon dan Wonyoung terdengar di telinga Yujin. Tidak tau apa yang mereka bicarakan, yang jelas suara dan tawa Wonyoung terdengar mendominasi.
Sudut bibir Yujin terangkat sedikit, mengingat tak pernah Yujin melihat Wonyoung seterbuka ini dengan orang lain. Dengan Sakura saja tidak, yang notabene istri sahabat Yujin yang juga sering membantu merawat Wonyoung.
Mengingat hal itu seketika ekspresi Yujin berubah sendu. Terlintas permintaan Wonyoung tadi untuk hadiah ulang tahunnya. Saat mereka baru sampai di penginapan setelah bersenang-senang di taman hiburan.
Yang mana sudah lama sekali Wonyoung ingin ke taman hiburan itu. Tapi mengingat kesibukan Yujin, jadi tertunda terus. Dan baru sekarang bisa kesampaian.
'Wony mau daddy dan eomma menikah. Berjanji di hadapan Tuhan untuk hidup bersama selamanya. Itu kado yang Wony minta. Hanya itu. Tidak ada yang lain.'
Yujin tak menyangka putri semata wayangnya itu akan meminta hal tersebut. Lagipula darimana Wonyoung bisa tau dengan kata 'menikah'? Selama ini Yujin selalu memantau apa yang ditonton dan dilakukan sang putri, karena tidak mau hal- hal yang tidak semestinya mempengaruhi Wonyoung.
Dan sekarang benar terjadi. Wonyoung mengetahui suatu hal sebelum waktunya, menurut Yujin. Walaupun secara umum sudah pantas Wonyoung mengetahui hal tersebut.
Sebut saja Yujin terlalu protektif. Yujin tidak akan keberatan. Itu memang benar adanya, karena Wonyoung satu-satunya hal berharga yang Yujin miliki.
'Jika daddy dan eomma menikah, eomma bisa tinggal bersama dengan kita. Tidak perlu lagi tinggal dengan paman bebek yang sering tidak pulang' seru Wonyoung senang sembari memainkan jemari Hyewon.
Yujin mengacak rambutnya frustasi.
Oh tidak! Mau disembunyikan dimana wajah Yujin. Putrinya itu mengatakan terang-terangan, terlebih di depan orang yang bersangkutan.
Mungkinkah Hyewon yang mengajarkan? Mengingat lengketnya Wonyoung pada Hyewon dan cukup banyak waktu mereka bersama.
"Tidak mungkin tidak mungkin" Yujin meggeleng-gelengkan kepalanya keras.
Tidak ingin berburuk sangka, Yujin kembali meneguk kopinya hingga tandas. Saking semangat sampai-sampai ampas kopi hampir terminum olehnya.
Lagi-lagi ayah tunggal itu menghela napas. "Haruskah kulakukan?" keluhnya.
Bukannya tidak mau. Malah Yujin sangat menginginkan Hyewon menjadi pendampingnya. Tapi menurutnya ini terlalu mendadak. Mengingat baru selesainya kesalahpahaman Yujin pada Kang bersaudara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Teacher
General FictionKang Hyewon tak pernah merasa nyaman dan dekat jika dihadapkan pada anak-anak meskipun profesinya adalah seorang guru. Tapi itu tak berlaku ketika ia mengenal Wonyoung, gadis kecil si pemilik senyum cerah dengan gigi kelincinya. Tanpa disadari, beni...