"Selamat paman bebek, aunty Yuri" Wonyoung berjingkrak senang menghampiri Yena yang saat itu kembali ingin mencuri ciuman Yuri. Pipinya terlihat menggembung diikuti kunyahan kecil. Di tangannya tergenggam beberapa keping cookies yang tadi sempat dicomot di stan cemilan.
Sang pelaku, Yena hanya membalas dengan cengiran tanpa dosa. Padahal sudah tak terhitung berapa kali ia lakukan sejak tadi, Itu baru yang terlihat oleh Hyewon dan Yujin, belum lagi yang tidak terlihat. Memang tak tau malu.
"Dasar bebek tukang sosor. Tahan diri dulu menjelang nanti malam" sindir Yujin menyalami pasangan yang beberapa jam lalu mengucap janji di altar tersebut.
Tidak menunggu akhir tahun seperti kata Yena, dua minggu menjelang natal sepasang manusia yang sudah lama pacaran itu akhirnya melangsungkan pernikahan mereka.
'Aku ingin natal nanti statusku bukan pria lajang lagi' alasan Yena. Yang tentu saja dihadiahi cibiran dari kembarannya. Pasalnya Hyewon tau benar bahwa pria bebek itu memang ingin cepat menikah. Tapi ada saja hal yang menunda niat tersebut.
Yena berdecak, tak ketinggalan kepalan tangannya meninju lengan Yujin. "Seperti kau tidak saja."
"Eits, sudah sah ya."
"Memangnya aku tidak? Padahal kalian saksi kami mengucap janji tadi."
"Setidaknya tunggu sampai nanti malam. Pantas saja bibirmu makin maju. Hati-hati offside."
"Bukan maju, tapi seksi. Lihat lihat" Yena memaju-majukan bibirnya, yang disambut cubitan dari jemari Hyewon.
"Tidak nafsu aku melihat bibirmu" cibirnya.
Yujin tertawa puas, kemudian merangkul sang istri. "Istri Yujin memang terbaik."
"Sayang" rengek Yena, memelas menatap Yuri. "Tidak mau membela oppa?"
"Jangan seperti anak kecil oppa. Mereka hanya bercanda."
Yena mendengus kesal. Bibirnya misuh-misuh tidak jelas, entah apa yang disebut. Kesal sang istri tidak ikut membelanya.
"Eomma, daddy" panggil Wonyoung yang sejak tadi hanya memperhatikan obrolan orang dewasa di hadapannya. Cookiesnya sudah habis. Dengan sigap Hyewon membersihkan sudut bibir sang putri yang bersisa remah cookies.
"Tadi daddy bilang tunggu sampai nanti malam. Memangnya ada apa nanti malam? Paman bebek mau apa?"
Yujin menepuk keningnya. Merasa salah bicara didekat anak kecil. Sedangkan Yena dan Yuri terpingkal dengan reaksi Yujin. Terlebih Wonyoung bertanya dengan tatapan polosnya.
Hyewon tersenyum simpul dan mengusap kepala Wonyoung. Putrinya ini terlalu pintar dan banyak ingin tahu. "Itu rahasia paman bebek dan aunty Yuri. Wony kan tau paman bebek suka aneh-aneh."
"Benar juga" Wonyoung bertepuk tangan membenarkan.
"YA!"
"Paman bebek masih bisa mengunyah makanan meskipun sudah tidur pulas. Padahal kan itu bukan kebiasaan manusia" Wonyoung mengoceh tanpa mengindahkan protes Yena tadi.
"Kebiasaan siapa sayang?" tanya Yujin menanggapi sang putri.
"Sapi. Eomma benar, paman bebek memang aneh."
Yang bersangkutan menghela napas pasrah. Dibantah juga susah. Yang membela pun tidak ada. Sang istri sekarang ikut-ikutan tertawa dengan Yujin dan Hyewon. "Sudahlah. Kuharap kalau Wony punya adik tidak seperti Yujin nanti. Menyebalkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Teacher
Fiksi UmumKang Hyewon tak pernah merasa nyaman dan dekat jika dihadapkan pada anak-anak meskipun profesinya adalah seorang guru. Tapi itu tak berlaku ketika ia mengenal Wonyoung, gadis kecil si pemilik senyum cerah dengan gigi kelincinya. Tanpa disadari, beni...