BT - Part 5

278 37 6
                                    

Yujin baru saja sampai di depan kelas ketika kelas Wonyoung berakhir. Gadis itu berlari menghampiri sang daddy setelah menyalami gurunya. Yujin bergegas menggendong Wonyoung dan mencium pipi sang gadis.

"Daddy tidak sibuk?"

Yujin menggeleng.

"Wony senang daddy menjemput Wony lebih cepat" Wony tersenyum riang menampakkan gigi kelincinya.

Bak menular, Yujin ikut tersenyum dan kembali menciumi wajah Wonyoung.

"Sekarang kita pulang" ajak Yujin.

Wonyoung menggeleng. "Kita harus pamit dulu pada bu guru cantik."

Yujin terdiam sejenak berpikir. "Baiklah, jangan sampai bu guru tidak jadi pulang karena menunggumu."

Yujin melangkahkan kakinya menuju perpus. Begitu sampai mereka langsung pamit pada Hyewon. Hanya pamit, tidak berbincang. Dan Wonyoung menawarkan agar Hyewon pulang dengan mereka.

Yujin merutuk. Sebenarnya Yujin berniat menghindari Hyewon. Tapi kenapa putrinya malah memperlama waktu mereka dengan sang guru.

Beruntung disana ada Miru, jadi Hyewon punya alasan untuk menolak tawaran Wonyoung. Bukannya tidak suka, Hyewon hanya tidak ingin banyak merepotkan Yujin. Sedangkan mereka baru kenal. Apa kata orang-orang nanti?

"Kita ke kantor daddy dulu ya" ucap Yujin begitu mereka sudah di mobil.

"Tadi daddy bilang kita langsung pulang" cemberut Wonyoung.

"Sebentar saja sayang. Daddy hanya mengambil berkas untuk rapat besok di Busan."

"Besok daddy ke Busan?"

"Iya, besok pagi kita berangkat."

"Kita?"

"Wony dan daddy."

Wonyoung yang akan menyuap keripik kentang ke mulutnya tidak jadi. Gadis itu menggeleng tidak suka. "Tidak mau. Wony tidak mau ikut."

"Wony harus ikut sayang. Daddy tidak bisa meninggalkanmu sendiri."

"Wony bisa tinggal dengan bibi Sakura. Paman Chaeyeon pasti tidak keberatan."

"Tidak bisa. Wony tau kan bibi Sakura habis melahirkan. Dan paman Chaeyeon akan mengurus pekerjaan daddy di kantor. Jadi bibi Sakura pasti kesulitan menjaga tiga anak sekaligus."

Alis Wonyoung bertaut. Gadis kecil itu berpikir keras agar tidak jadi pergi keluar kota. "Bagaimana kalau Wony tinggal dengan bu guru cantik? Paman bebek tidak keberatan kemarin Wony main disana. Malah mengajak Wony bermain PS."

Yujin menghela napas lalu menoleh menatap Wonyoung. Untung saja sedang lampu merah. "Tidak sayang. Cukup yang kemarin itu terakhir kali kita merepotkan bu guru."

"Tapi bu guru cantik tidak pernah bilang merepotkan" keukeuh Wonyoung.

Yujin mendengus kasar. "Tidak, kalau daddy bilang tidak ya tidak. Pokoknya besok Wony harus ikut daddy ke Busan" keputusan Yujin. Lalu melajukan mobilnya begitu lampu berganti menjadi hijau.

Setelah itu tidak ada lagi percakapan terdengar. Yujin fokus menyetir, sedangkan Wonyoung menatap ke luar jendela sambil mengemil keripik kentang.

Setiba di kantor, Wonyoung langsung melesat meninggalkan Yujin tanpa mengucapkan apapun. Bahkan ketika di ruangan Yujin pun Wonyoung sibuk menonton tv, mengabaikan Yujin yang sesekali memanggil gadis kecil itu. Wonyoung masih kesal dengan Yujin.

"Wony mau ke toilet dulu" gadis itu bergegas meninggalkan ruangan Yujin sebelum sang daddy mengatakan iya ataupun sekedar mengangguk.

Yujin hanya mengangkat bahu, lalu kembali sibuk dengan berkasnya. Tapi setelah itu Yujin terlihat gelisah karena sang putri tak kunjung kembali. Terhitung 30 menit Wonyoung sudah meninggalkan ruangan.

Beautiful TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang