"Bukankah itu tunangannya Hyewon?" Yujin menyipitkan matanya guna melihat lebih jelas. "Eh iya, itu si bebek peking" pekiknya.
Tak jauh dari posisi Yujin, Yena yang dipanggil bebek peking oleh Yujin terlihat sedang bermesraan dengan seorang perempuan di sebuah cafe. Bukan sekedar berpegangan tangan, tapi sampai memeluk dan mencium pipi.
Tanpa sadar tangan Yujin mengepal melihat hal itu. Giginya bergemelatuk kesal. Hendak turun dan berniat menghampiri, tapi diurungkan karena pekikan klakson mobil dibelakangnya.
Ternyata lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau.
"Dasar bebek brengsek. Hyewon sedang sakit, dia malah bermesraan dengan orang lain. Lihat saja, kuhajar sampai bonyok nanti kalau bebek itu berani pulang."
Sepanjang perjalanan bibir Yujin hanya mengoceh, sesekali mengumpat. Tak terima dengan kelakuan Yena barusan.
Poor Yena. Belum apa-apa, pria bebek itu sudah disumpah serapahi oleh Yujin.
Sampai di apartemen pun Yujin masih bermuka masam. Tapi begitu melihat Hyewon dan Wonyoung yang asik menonton santai di ruang tengah, seketika rasa kesal Yujin menguap begitu saja.
Yujin tersenyum menghampiri mereka dan menaruh ayam goreng yang dibelinya tadi. Tak lupa mengusap kepala dan mencium pipi Wonyoung.
Itu hal yang biasa Yujin lakukan setelah pulang kerja. Menurutnya itu adalah vitamin yang paling ampuh setelah seharian beraktifitas.
"Putri daddy menjaga bu guru dengan baik hmm?"
Wonyoung tersenyum lebar. "Tentu saja. Wony dan eomma sudah memakan masakan daddy. Eomma juga sudah meminum obatnya."
"Anak pintar eoh" Yujin membuka jasnya dan melipat lengan kemejanya hingga siku. "Suhu tubuhmu masih panas?"
"Tidak" geleng Hyewon cepat.
"Tidak percaya" Yujin mendekat dan memeriksa kening Hyewon. "Sudah mendingan. Tapi kau harus minum obat lagi sebelum tidur."
Perkataan Yujin membuat Hyewon cemberut. Dibalik hal itu, Hyewon berusaha menetralisir debaran jantungnya yang menggila.
Bagaimana tidak? Terhitung sudah berapa kali mereka kontak fisik hari ini. Ya meskipun hanya hal biasa, Yujin yang memegang kening Hyewon. Tapi cukup membuat Hyewon gugup setengah mati.
"Daddy bau. Mandi sana" Wonyoung pura-pura menutup hidungnya. "Wony tidak mau dekat-dekat kalau daddy tidak mandi."
Bukannya beranjak, Yujin malah memeluk erat sang putri dan menciumi seluruh wajahnya. Membuat bocah kelinci itu tertawa kegelian.
"Daddy mandi di rumah saja sayang. Sebentar lagi juga kita pulang."
"Daddy pulang sendiri saja. Wony mau menginap disini, mau menemani eomma. Lagipula paman bebek tidak pulang malam ini. Kasihan eomma sendirian."
"Wony tau darimana?"
"Tadi paman bebek menelpon. Dan Wony sudah janji akan menemani eomma."
"Wony tidak bilang kalau bu guru sakit?"
"Paman bebek menelpon hanya sebentar, jadi Wony tidak sempat memberi tau."
Yujin merutuk. Pria itu kembali menyumpah serapahi Yena. Tapi hanya dalam hati. Tidak berani di depan Hyewon langsung.
"Kenapa daddy tidak menginap disini saja? Kalau nanti tiba-tiba badan eomma panas lagi bagaimana?"
Yujin berpikir. Benar juga yang dikatakan putrinya. Keadaan Hyewon belum pulih betul. Juga Wonyoung masih terlalu kecil untuk menangani hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Teacher
Ficción GeneralKang Hyewon tak pernah merasa nyaman dan dekat jika dihadapkan pada anak-anak meskipun profesinya adalah seorang guru. Tapi itu tak berlaku ketika ia mengenal Wonyoung, gadis kecil si pemilik senyum cerah dengan gigi kelincinya. Tanpa disadari, beni...