Yujin menyibak gorden jendela kamar Hyewon, membuat cahaya matahari masuk ke dalam meski samar-samar. Tak lupa melipat selimut yang dipakainya semalam.
Daddy Wonyoung itu sudah terlihat segar, terbukti rambutnya masih basah sehabis mandi. Lagi-lagi mengenakan pakaian Yena, yang tentu saja pakaian yang dipakainya semalam sudah dicuci.
"Sudah mendingan?" tanya Yujin pada Hyewon yang baru saja bangun dan mengucek-ngucek matanya.
Hyewon mengangguk, lalu perlahan duduk agar Wonyoung tidak terganggu. "Sudah, aku merasa segar sekarang."
"Semalam demammu naik, tubuhmu juga menggigil. Aku khawatir sekali. Untung saja dokter keluargaku bisa kesini."
"Benarkah? Maaf merepotkanmu Yujin" sesal Hyewon.
"Tidak masalah. Aku sudah menebus resep obatnya. Jadi kau harus meminumnya sampai habis, walaupun demammu sudah turun."
Hyewon merengut. "Tapi aku tidak suka obat."
"Tidak ada tapi-tapian Hyewon. Ini demi kesehatanmu juga."
"Hmmm."
"Jangan hanya hmm saja. Kau harus meminum obatnya."
"Iya."
"Kau mau mandi? Biar kusiapkan air hangatnya."
"Tidak usah Yujin. Aku bisa sendiri."
"Tapi-"
"Daddy! Eomma!" gadis kecil yang masih setengah mengantuk itu mendekat pada Hyewon dan merebahkan badannya di pangkuan Hyewon. "Wony mau mandi dengan eomma."
"Tidak-"
"Buka matanya dulu Wony" Hyewon mengelus rambut panjang sang murid.
"Sudah" Wonyoung menarik kelopak matanya ke atas dengan tangan mungilnya. "Eomma sudah sehat?"
"Sudah. Itu karena Wony sudah menjaga bu guru."
"Daddy juga."
"Iya. Daddymu juga. Terima kasih ya."
"Kalau begitu ayo jalan-jalan. Kemarin daddy janji akan mengajak Wony jalan-jalan."
Dan benar saja, Yujin menuruti keinginan sang anak. Tentu dengan Hyewon ikut serta. Kalau tidak, gadis mungil itu akan merajuk seharian pada Yujin.
Saat ini mereka berada di taman kota. Tadi sudah berkeliling menggunakan mobil Yujin. Juga sudah piknik di sungai Han, dengan membawa masakan buatan Yujin.
Sebenarnya dari sungai Han rencananya langsung pulang. Tapi Wonyoung merengek tidak mau, katanya belum puas. Jadi Yujin membawanya ke taman kota. Dengan perjanjian ini adalah persinggahan terakhir.
"Daddy, eomma, disana ada ayunan. Wony mau kesana."
"Panggil bu guru, Wony" Hyewon meralat.
"Iya eomma. Boleh ya eomma? Itu ada teman Wony disana."
"Ya sudah. Hati-hati ya" Yujin memberi izin. Pria berdimple itu tersenyum melihat tingkah sang putri yang kelewat hiperaktif.
Lihat saja, gadis kelinci itu menyapa temannya dengan cara mengagetkannya dari belakang. Yang tentu saja mengundang pekikan dari lawan bicara. Untung saja tidak dibalas pukulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Teacher
General FictionKang Hyewon tak pernah merasa nyaman dan dekat jika dihadapkan pada anak-anak meskipun profesinya adalah seorang guru. Tapi itu tak berlaku ketika ia mengenal Wonyoung, gadis kecil si pemilik senyum cerah dengan gigi kelincinya. Tanpa disadari, beni...