Yujin memutar setirnya ke arah yang berlawanan dari sekolah Wonyoung. Memang Yujin akan menjemput sang putri, tapi sebelum itu Yujin lebih dulu singgah ke supermarket untuk belanja bulanan.
Setelah selesai memilih, Yujin langsung bergegas ke kasir. Beruntung antrian kasir tidak panjang.
Saat akan membayar, tak sengaja tatapan Yujin tertuju pada stan buah. Dan lagi-lagi Yujin melihat si pria bebek, yang mana Yujin memang tidak mengetahui namanya. Pria bebek itu bersama perempuan yang Yujin yakini perempun yang sama dengan tempo hari lalu.
Tanpa sadar tangan Yujin mengepal. Namun lagi-lagi niat buruk untuk menghajarnya kembali tertunda. Pasalnya belanjaan Yujin selesai dihitung bersamaan dengan pasangan tadi yang sudah menjauh dari stan buah.
Hal ini membuat Yujin semakin yakin dengan keputusannya, yaitu mengikuti saran Chaeyeon. Tak peduli Hyewon marah ataupun tidak percaya, yang jelas Yujin kukuh untuk mengungkapkan perasaannya.
Sampai di sekolah, ternyata Hyewon dan Wonyoung sudah menunggu di halte depan sekolah.
"Maaf membuatmu menunggu lama. Tadi aku belanja dulu ke supermarket."
Hyewon tersenyum menggeleng, tak lupa menyingkirkan rambutnya yang tertiup angin menutupi sebagian wajah. "Tidak masalah. Aku dan Wony juga belum lama ini duduk disini. Ya kan Wony?"
"Iya. Daddy habis belanja?" Wonyoung mengintip melalui jendela mobil yang terbuka. "Daddy masak apa malam ini?"
"Samgyetang. Wony mau?"
"Mau mau."
"Sekalian kita ajak bu guru makan malam di rumah kita. Wony setuju?"
"Setuju sekali" Wonyoung melonjak kegirangan. "Ayo eomma."
"Eh tapi-"
Belum selesai Hyewon berucap, tangannya sudah ditarik lebih dulu oleh sang murid agar masuk ke mobil.
"Aku tidak mengatakan iya tadi."
"Baru saja kau mengucapkannya" Yujin tertawa geli menatap Hyewon yang cemberut. Sedangkan Wonyoung sudah bersandar nyaman di pangkuan Hyewon sembari memainkan ponsel Hyewon.
"Lain kali saja. Lebih baik kau mengantarku ke apartemenku."
Yujin menyalakan mesin mobil, lalu tancap gas tanpa mengindahkan perkataan Hyewon. Tak lupa Yujin mengunci otomatis pintu mobil.
"Yujin, kau dengar aku tidak?"
"Dengar, tapi sekarang ini aku tidak butuh penolakan" jawab Yujin tanpa mengalihkan pandangannya.
Hyewon menghela napas pasrah. Apa lagi yang bisa diperbuatnya sekarang? Mau tak mau ya Hyewon turuti saja.
Sedangkan Yujin tersenyum tipis melirik Hyewon yang kembali asik dengan Wonyoung. Sepertinya main game di ponsel lebih menarik bagi mereka dibanding memperhatikan jalan atau sekedar mengajak Yujin bercakap-cakap.
"Tadi kulihat di ruang tengah hanya ada fotomu dengan Wony. Mengapa tidak ada fotonya mommy Wony? Atau foto pernikahan kalian? Apakah ada alasan tertentu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Teacher
Ficción GeneralKang Hyewon tak pernah merasa nyaman dan dekat jika dihadapkan pada anak-anak meskipun profesinya adalah seorang guru. Tapi itu tak berlaku ketika ia mengenal Wonyoung, gadis kecil si pemilik senyum cerah dengan gigi kelincinya. Tanpa disadari, beni...