"Aww appo. Pelan-pelan sayang" ringis Yena sewaktu Yuri memasang obat salep di sudut bibirnya yang terluka.
"Tidak perlu merengek. Oppa seperti anak kecil" sekarang Yuri mengompres pipi kiri Yena yang membengkak.
"Salahkan si brengsek itu yang datang-datang langsung menonjokku aduduh."
Yujin memalingkan wajahnya. "Aku tidak akan meminta maaf."
"Begitukah perilakumu? Setelah berbuat salah tidak meminta maaf aduh aduh. Sayang jangan ditekan keras-keras."
"Oppa bisa tenang tidak?" Yuri menarik kepala Yena yang sedari tadi bergerak-gerak menjauh.
"Oh ya? Salahkan dirimu yang membuatku terpaksa memukulmu."
"Apa? Kau menyalahkanku?"
Yujin mendelik tajam. "Siapa lagi? Tidak ingat siapa yang waktu itu mengaku sebagai tunangan Hyewon? Itu landasanku memukulmu."
"ADUH ADUH AWW APPOOO."
Yujin tertawa. Sengaja Yuri menekan pipi Yena dengan keras. Gadis Busan itu kesal karena Yena terus menerus menjauhkan kepalanya.
"Berhenti tertawa."
"Hahaha."
"Kubilang berhenti."
"Hahahaha."
"Cih."
Yuri meletakkan asal kompresan tadi. "Oppa juga salah. Kenapa harus mengaku sebagai tunangan Hyewon eonni?"
"Nah, tunanganmu saja sependapat denganku."
Yena berdecak. "Hyewon itu saudara kembarku. Jadi terserah aku mau mengatakan apa. Tidak ada hubungannya denganmu."
Sebelah alis Yujin terangkat, tidak suka dengan perkataan Yena. "Memang tidak ada hubungannya denganku. Tapi dengan caramu yang seperti itu, secara tidak langsung kau menjauhkan jodoh saudaramu sendiri."
Yena tersentak. Perkataan Yujin seperti menohoknya. Memang benar, selama ini Yena selalu mengaku sebagai tunangan Hyewon pada pria yang mendekati saudara kembarnya itu.
Bukannya memikirkan dampak, tapi Yena menganggap hal ini sebagai salah satu cara melindungi Hyewon.
"Aku hanya ingin tau seperti apa pria yang mendekati Hyewonieku. Aku tidak mau ia mendapatkan pria yang tidak pantas."
"Apapun alasanmu, baik atau buruk, tanpa kau sadari kau sendiri lah penyebab suramnya masa depan saudaramu."
"Iya atau tidak, memangnya apa pedulimu?"
Alis Yujin bertaut. Ibarat di komik, muncul perempatan siku-siku di pelipis ayah satu anak itu. "Peduliku? Kau tanya apa peduliku? Tentu saja aku peduli. Karena aku pria yang akan mejadi masa depannya."
"Heee?" Yena memandang meremehkan. "Benarkah?"
"Tentu saja."
"Aku tidak yakin."
"Apa aku terlihat meragukan?"
"Selama ini iya menurutku. Kau lembek, tidak peka, lelet. Sudah punya anak, tapi tidak mengerti juga tentang perempuan."
"Seperti kau mengerti saja" cibir Yujin. "Padahal punya saudara perempuan."
"Ma-mana ada. Dengar, kau tak akan bisa melangkah lebih jauh jika aku tidak setuju. Ingat itu."
![](https://img.wattpad.com/cover/197748719-288-k99252.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Teacher
General FictionKang Hyewon tak pernah merasa nyaman dan dekat jika dihadapkan pada anak-anak meskipun profesinya adalah seorang guru. Tapi itu tak berlaku ketika ia mengenal Wonyoung, gadis kecil si pemilik senyum cerah dengan gigi kelincinya. Tanpa disadari, beni...