BT - Part 15

253 36 2
                                    

"Hiks hiks EOMMAAA!!! Hiks hiks."


Kaki mungil gadis itu terus berlari kesana kemari sepanjang lorong sekolah. Hampir semua tempat sudah dihampiri, tapi tak kunjung menemukan yang dicari.

Merasa penat, gadis itu berjongkok menenggelamkan kepalanya diantara lutut. "Eomma! Hiks hiks."

Tak memperdulikan siswa lain yang memandangnya heran. Juga sepertinya tidak ada niatan untuk menolong atau sekedar menenangkan.

"Hey kenapa menangis di tengah koridor?" tanya seorang kakak kelas seraya membantu Wonyoung, gadis mungil itu berdiri.

Namun jawaban Wonyoung hanyalah gumaman yang tak dimengerti si kakak kelas disertai isakan lirih.

"Kalau kau terus diam dan menangis, eonni tidak akan bisa membantumu."

"Hiks hiks eomma tidak ada di perpus hiks hiks."

"Eomma? Di perpus? Mungkinkah dia anak guru disini?"

"Hiks hiks Wony mau eomma hiks."

"Siapa nama eommamu?"

"Hiks eommaa."

Sang kakak kelas mendesah frustasi. Sampai mulut berbusa pun anak ini hanya akan terus menggumamkan kata eomma. "Sudahlah, kuantar saja keruang guru. Pas sekali guru sedang rapat. Pasti eommamu ada disana."

"Wony mau dibawa kemana hiks?" Meski begitu putri Ahn Yujin itu menurut saja ditarik oleh sang kakak kelas.





TOK TOK TOK



"Permi-"


"EOMMAAA!!"


Wonyoung langsung menghamburkan badannya pada Hyewon yang memang kebetulan duduk di dekat pintu. Sontak semua guru yang berada disana memandang heran kepada penjaga perpustakaan itu.

Setau mereka Hyewon belum punya anak, menikah saja belum. Tapi tiba-tiba ada seorang anak kecil yang menghampirinya dan memanggilnya eomma. Tentu hal itu menjadi perbincangan para guru disana.

Dalam hitungan detik, ruang rapat menjadi ramai karena bisik-bisik para guru. Tentu saja hal itu membuat Hyewon risih. Ditambah Wonyoung yang terus saja menangis di pelukan Hyewon.

Kepala sekolah yang mengetahui hal yang sebenarnya tersenyum. Pemimpin itu mengangguk seraya berucap tanpa suara 'tidak apa-apa'. Begitu katanya.

Hyewon mengangguk berterima kasih dan berlalu membawa Wonyoung yang masih betah berada di gendongannya.

"Terima kasih ya" ucapnya pada si kakak kelas yang mengantarkan Wonyoung tadi.

"Sama-sama bu. Sikunya berdarah."

Hyewon terkesiap. Namun tak bisa memeriksa, karena Wonyoung makin mengeratkan pelukannya.

"Nanti bu guru obati."

"Saya permisi bu."








Beautiful TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang