Chapter 3 - I need that hug!

343 11 0
                                    

Nama itu sama seperti nama yang pernah diberitahukan oleh Ivan. Jadi dia ini gadis yang dijual oleh ayahnya kepada Aldrich?

"Kau dijual oleh ayahmu bukan?" Tanya Arsen yang membuat hati Elva berdenyut sakit seketika. Arsen pun menoleh dan mendapati bulir bening di wajah Elva. "Hei, maafkan aku," ucap Arsen sambil merengkuh tubuh Elva kedalam pelukannya. Tidak biasanya ia beginu terhadap wanita. Dan kata maaf? Ia jarang meminta maaf pada seseorang! Ada apa dengan dirinya?

"Ayah!" Ucap Elva sambil membalas pelukan Arsen.

Pelukan gadis ini membuat Arsen seketika teringat dengan Julia. Kehangatannya, kenyamanannya. Kenapa pelukan gadis ini bisa sama dengan pelukan Julia ? Calon istrinya.

"Ars-" panggil Ivan yang baru datang. Dia cukup terkejut dengan apa yang dilakukan kedua orang ini. Apalagi mengetahui bahwa Arsen tidak suka berdekatan dengan wanita kecuali calon istrinya.

Mendengar suara Ivan membuat Arsen dan Elva melepaskan pelukannya. Raut wajah Arsen yang sebelumnya hangat berubah kembali menjadi dingin. Ia pun segera berdiri.

"Cepat berdiri!" Perintah Arsen.

"M-maafkan aku," ucap Elva.

"Emm kau Elva bukan?" Tanya Ivan.

"Iya."

"Baiklah, sekarang ikutlah denganku! Kita akan keluar dari rumah sakit ini!"

Inilah Ivan, terkadang suka berbicara tanpa berpikir. Memang Ivan akan mengajak Elva kemana setelah ini?

"Memang kau akan mengajaknya kemana?" Tanya Arsen.

"Ke- ah benar juga kemana aku harus membawamu?"

"T-tidak perlu, antar saja aku ke rumah nenekku."

"Baiklah! Ayo!"

Elva pun dituntun keluar oleh Ivan dengan Arsen yang berada di belakang mereka.

"Dimana rumah nenekmu?" Tanya Arsen secara tiba-tiba.

"Hm? Oh di Bologna."

"Oh, apa kau tidak takut jika mereka menemukanmu?"

"Mungkin, tapi mereka tidak tau tentang rumah nenekku, mereka hanya tau tentang informasi diriku sendiri sedangkan yang lain mereka tidak tau."

"Oh."

"Memang ada apa?"

"Tidak apa-apa aku hanya sekedar bertanya."

Sesampainya di depan pintu rumah sakit, Elva langsung mengucapkan terimakasih dan segera pergi menuju rumah neneknya dengan mobil yang sudah Arsen sediakan sekaligus dengan pengawal.

Setelah itu Arsen dan Ivan pun segera kembali ke perusahaan. Untuk jadwal mengunjungi ibunya, ia batalkan karena ternyata ibunya sudah pulang dari rumah sakit. Dan ia baru diberitahu malam ini.

"Ada apa denganmu?" Tanya Ivan.

"Tidak apa-apa."

"Hei kita bersahabat sejak bangku smp yang berarti kita sudah bersahabat 10 tahun lebih, tentu aku tau dirimu lebih baik dari siapapun," ucap Ivan yang dibalas dengan kekehan Arsen.

"Aku hanya teringat gadis itu."

"Kau menyukainya?"

"Tidak, aku menyukai pelukannya. Saat aku memeluknya tadi, aku teringat Julia. Karena rasa hangat dan rasa nyamannya sama seperti saat Julia memelukku."

"Ah aku paham sekarang. Omong-omong tadi siapa yang memeluk pertama kali? Dan kalau tidak salah aku mendengarmu mengucapkan kata maaf bukan?"

"Tutup mulutmu! Aku hanya akan melakukannya kali ini saja!"

"Astagah!" Balas Ivan sambil tertawa.

***

Setelah menempuh perjalanan 3 jam 20 menit. Akhirnya Elva sampai di rumah peninggalan neneknya. Ia sebenarnya bisa saja naik pesawat namun ia lebih memilih untuk naik mobil saja.

Ia mulai membuka pintu dan sesampainya di dalam rumah, ia menyalakan lampu dan terlihatlah seisi rumah yang sedikit berdebu. Mungkin sebaiknya ia membersihkannya sekarang.

Semenjak nenek dan kakeknya meninggal sekitar 5 tahun yang lalu, hanya Elva lah yang mengunjungi rumah ini sekaligus membersihkannya.

Sekarang jam masih menunjukkan pukul 7 malam. Ia pun mulai membawa sapu, alat pel, dan kain lap. Untung saja rumah ini tidak terlalu besar dan mungkin akan selesai malam ini walau ia tidak tau sampai jam berapa.

Tepat pukul setengah 10 malam, akhirnya semua pekerjaannya selesai. Ia pun segera mandi dan merebahkan tubuhnya di atas kasur bewarna biru, beraroma Vanilla. Sambil memandang langit-langit kamar, ia teringat satu hal yang membuatnya duduk seketika.

"Astagah! Aku lupa menanyakan siapa nama mereka berdua tadi! Kau sangat bodoh Elva! Lalu sekarang bagaimana aku bisa menemukan mereka?!" Ucapnya sambil memukul dahinya pelan.

Elva menghela nafas berat sambil memikirkan hal itu. Tapi yasudahlah dia akan memikirkan hal itu besok saja. Sekarang adalah waktunya untuk menemui tempat tidurnya.

***

Sedangkan di rumah Arsen. Ia sedang duduk di balkon, menatap hamparang bintang malam. Seketika ia teringat dengan Julia.

"Andaikan kau ada disini, Julia. Kita pasti sedang menatap langit bersama dan mencari bintang kesukaanmu," ucap nya miris. "Sekarang aku harus bagaimana? Pelukan gadis itu sangat mirip dengan pelukanmu, aku membutuhkan pelukan itu, Julia. Pelukan hangat yang sama."

Setelah mengucapkan hal itu, ia langsung mencari ponselnya dan menelfon Ivan. Ivan yang sedang berada di alam mimpinya pun terganggu karena suara ponselnya. Ia pun mengangkatnya

"Carikan aku data tentang Elva," suruh Arsen yang sepertinya membuat Ivan menanyakan data sebelumnya tentang Elva. Seingatnya ia sudah pernah memberikan data tentang gadis itu kepada Arsen.

"Data itu kurang lengkap, aku membutuhkan semua data tentangnya dan aku tidak ingin ada satupun yang terlewati," lanjutnya tapi sepertinya baru saja Ivan ingin mengelak, Arsen sudah mematikan telfonnya.

Sedangkan disana Ivan sedang mengumpati Arsen. Tapi tetap saja ia melakukan apa yang diperintahkan Arsen.

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

GERBERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang