Chapter 22 - First

200 10 1
                                    

Acara penandatangan dokumen kerja sama akan diadakan hari ini, di salah satu hotel. Disana sudah banyak berkumpul para CEO, Komisaris, Direktur, General Manager, dan masih banyak lagi.

Grand Hotel. Itulah nama hotel yang akan digunakan untuk acara ini. Ruang pertemuan yang dapat menampung sampai dengan 167 tamu.

Elva meremat dress yang ia gunakan, sembari menghela nafas agar tak terlalu gugup. Arsen sejak tadi melihat perilaku Elva, ia memegang tangan Elva dan mengisyaratkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Acara dimulai tepat pada pukul 6 sore dengan sambutan hangat. Di depan sudah terdapat 2 meja untuk Mr. Avery dan Elva. Sekretaris Mr. Avery dan Elva berdiri di samping keduanya.

Kini tibalah saatnya untuk menandatangani dokumen itu. Di depan Elva sudah terdapat sebuah dokumen dan bolpoin. Ia mulai mengambil bolpoin itu lalu menandatangani dokumennya. Setelah keduanya selesai, Elena dan sekretaris Mr. Avery langsung menukar dokumen keduanya. Elva dan Mr. Avery kembali menandatangani.

Mr. Avery dan Elva berdiri lalu berjabat tangan sebagai bentuk peresmian. Suara tepuk tangan menggema diruangan itu. Kemera beberapa wartawan mulai memotret.

"Senang bekerja sama dengan anda." Mr. Avery memberi senyuman.

"Tentu. Saya tidak sabar menunggu kerja sama ini akan berlangsung."

Kini seluruh orang sibuk berbincang dan menyantap makanan serta minuman di depannya. Diiringi dengan musik bervolume kecil.

"Kau melakukannya dengan baik, El." Puji Arsen.

"Aku sangat gugup tadi."

"Aku melihatnya."

Elva mengambil gelas berisi minuman bewarna bening tidak bewarna. Ia meneguknya dan terdapatlah sensasi panas membakar tenggorokannya. Mlatanya membola saat mengetahui apa yang ia minum. Vodka! Sejak dulu Elva tidak pernah berani meminum minuman seperti ini. Tadi ia meminumnya karena, ia mengira itu air putih. Tapi .. rasanya lezat!

Elva terus meminumnya tanpa sepengetahuan Arsen. Lagipula acara sudah berakhir dan beberapa tamu memilih pulang. Arsen sejak tadi berbincang dengan teman sesama CEO nya. Sedangkan Ivan asik dengan makanan di depannya sendiri.

Arsen menghentikan perbincangannya karena temannya sudah akan kembali. Lalu Arsen menoleh dan mendapati Elva dengan keadaan mabuk sedang memegang satu gelas berisi vodka penuh.

"El?" Tanya Arsen memastikan gadis ini mengantuk atau mabuk.

"Hmm?" Tanyanya sambil tersenyum.

"Kau mabuk?"

"Tidak! Aku tidak mabuk!"

Arsen menatap Elva tak percaya. Ia menyadari jika gadisnya benar-benar mabuk. Berapa banyak yang ia minum sebenarnya??

"Kalau begitu siapa aku?" Tanya Arsen berusaha memancing.

"Kau .. kau .. kau siapa?" Tanya Elva tak sadar.

"Ivan!" Panggil Arsen. "Bukankah tadi aku menyuruhmu untuk memastikan bahwa Elva tak akan menyentuh minuman seperti ini!"

"Apakah kau menyuruhku seperti itu?" Tanya Ivan polos.

"Kau! Aku akan membunuhmu setelah ini!" Ucap Arsen geram.

Ivan langsung kalang kabut mendengarnya. Astagah! Ia melupakannya karena kue-kue cantik didepannya yang begitu menggoda imannya.

Arsen kembali menatap Elva dan mencoba mengecek apa yang gadisnya minum. Ia mendekat ke wajah Elva. Vodka rupanya. Arsen berusaha mengambil gelas yang Elva pegang tetapi Elva mengeratkan pegangannya.

"El. Lepaskan gelasnya!"

"Tidak! Aku mau meminumnya kembali!" Elak Elva yang beringsut menjauh. Hampir saja Elva terjatuh jika Arsen tak menahan tangannya. "Belikan aku ini besok maka aku akan melepaskannya."

"Tidak! Tidak akan ada lagi vodka untukmu!" Tolak Arsen.

"Kau jahat!" Ucap Elva sambil memukul Arsen.

Arsen menatap Elva dengan tatapan tak percaya. Gadis ini benar-benar berubah saat mabuk.

"Baiklah! Aku akan membelikanmu sepuasnya besok! Sekarang lepaskan! Kita pulang!"

"Berjanjilah!" Ucapnya sambil memberikan kelingking nya. Arsen mau tak mau harus melakukannya.

Setelah itu Arsen melepaskan jas yang ia gunakan lalu menggendong Elva. Jas nya ia gunakan untuk menutup tubuh Elva.

***

Sesampainya di mansion. Arsen langsung meletakkan Elva di kasur. Ia menatap wajah Elva yang menggumamkan sesuatu lalu mata Elva terbuka.

"Kau! Kenapa kau sangat tampan!" Racaunya sambil memegang rahang tegas Arsen.

"Aku memang tampan, El." Arsen percaya diri.

"Wajahmu mirip dengan seseorang yang kukenal .. dia tampan walau terkadang galak tapi aku menyukainya, ralat .. aku jatuh cinta padanya."

Dahi Arsen mengernyit. Siapa yang dimaksud oleh Elva? Apa ada seseorang lain yang gadisnya cintai? Memang benar jika hubungan mereka hanya sebatas suruhan orang tua Arsen tetapi ia merasakan perasaan aneh saat Elva berbicara seperti itu. Seperti perasaan tak rela.

"Siapa yang kau maksud, El?"

"Tak perlu tau dia siapa, yang perlu kau tau! Dia sangat mirip denganmu! Aku mencintainya namun aku tak tau apakah ia memiliki perasaan yang sama denganku. Ah benar! Siapa namamu tampan?"

"Namaku Arsen, El."

Setelah mendengarnya, Elva menutup mulutnya dengan menggunakan kedua tangannya seolah-olah terkejut.

"Namamu sama dengannya! Dia juga bernama Arsen."

Deg!

Jadi Elva mencintainya? Demi Tuhan. Ini memang yang ia harapkan! Hampir saja ia membunuh orang yang Elva katakan tadi. Bibirnya tersenyum menatap Elva yang kini sibuk memainkan rambutnya. Posisi mereka sangat dekat, Elva berada di bawah Arsen.

"Bagaimana, jika ia juga memiliki perasaan yang sama denganmu? Akankah kau tetap bersamanya?"

"Tentu! Aku jatuh cinta sejatuh jatuhnya! Aku menyukai pelukannya, karena disana aku mendapatkan sebuah kehangatan yang selama ini tak pernah kudapatkan!"

Arsen terus mendengarkan ocehan Elva dengan bibir tersenyum kecil. Matanya terus menatap bibir merah Elva.

"El .. ijinkan aku untuk mencuri satu hal lagi darimu, setelah hatimu."

Tanpa menunggu jawaban Elva, Arsen langsung mengecup bibir Elva, memangut bibir bawah Elva, Arsen melakukannya dengan lembut tetapi lama-lama menuntut. Kini kecupan itu berubah menjadi sebuah lumatan. Tangan Arsen menekan tengkuk Elva agar lebih dalam.

Arsen melepaskan ciuman itu untuk membiarkan Elva bernafas, lalu menyeka bibir Elva dengan ibu jarinya. Jantung Elva berdesir hebat.

"Terimakasih sudah membiarkan aku menjadi yang pertama mengambilnya," ucap Arsen tersenyum lalu mencium kening Elva cukup lama.

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

GERBERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang