Chapter 16 - Lost

170 7 0
                                    

Mata Arsen membulat sempurna ketika melihat Elva berdiri. Dan dengan cepat Stefani langsung memeluk Arsen dan mencium bibirnya. Elva yang melihatpun menatap tidak percaya.

"A-arsen," ucap Elva terkejut.

"Ini tidak seperti yang kau pikirkan El!"

"Apa yang sedang kalian lakukan?!"

"El, dengarkan aku."

"Kau! Kau terlalu jahat Arsen!" Ucapnya lalu pergi.

"Sudah kukatakan padamu. Sekarang hanya tinggal menunggu perpisahan kalian," bisik Stefani.

Dor!

Suara pistol itu membuat Stefani memejamkan matanya. Tetapi setelah menunggu beberapa saat ia tidak merasakan apapun pada tubuhnya. Ia pun membuka matanya dan melihat Arsen.

Arsen tidak menembakkan pistol itu kepada Stefani. Ia mengarahkannya ke tempat lain.

"Pergilah! Pergi sejauh mungkin! Dan jangan sampai aku melihat wajahmu lagi! Pergilah sampai semua orang tidak akan pernah mengetahui keberadaanmu! Itu akan lebih baik untukku dan semua orang!" Teriak Arsen pada Stefani.

Sedangkan Stefani yang ketakutan pun segera pergi

"Ivan!" Panggil Arsen.

"Ada apa?!" Tanyanya dengan terburu-buru.

"Kejar Elva! Ia pasti belum jauh dari sini."

"Baiklah."

Ivan pun dengan segera keluar dari perusahaan dan mencari Elva. Ivan pun mulai memerintahkan beberapa orang untuk mencari Elva. Setelah beberapa jam menyusuri, mereka masih belum melihat keberadaan Elva.

Sedangkan Arsen segera menyambar kunci mobil dan segera menuju mansionnya. Ia yakin gadis itu akan menuju mansionnya terlebih dahulu.

"El!" Panggil Arsen saat ia sampai di mansion.

"Tuan, nona Elva sudah keluar dari mansion tadi sambil membawa koper."

"Apa?! Kenapa kau tidak menahannya?!" Ucapnya sambil menarik kerah pengawal tersebut dan meninjunya.

"M-maafkan saya, tuan."

***

Sudah beberapa minggu berlalu tetapi sampai kini Ansell terus mencari keberadaan Elva. Namun semakin ia mencarinya, semakin ia tidak menemukan apapun. Penampilannya yang acak-acakan membuat aura tampannya malah semakin menguar.

"Bagaimana?" Tanya Ansell kepada Ivan.

"Sampai saat ini aku belum menemukan jejaknya bahkan aku sudah mencari ke rumah neneknya di Bologna."

"Apa aku harus mengikhlaskan seseorang lagi?" Tanyanya miris.

"Aku akan berusaha mencarinya lebih keras, selama saat itu bertahanlah."

Ivan pun segera pergi dari ruangan Arsen dan berusaha lebih keras kali ini. Ia harus menemukan Elva dengan cara apapun! Hanya gadis itu yang bisa menghangatkan Arsen! Ia tidak ingin Arsen kembali menjadi dirinya yang dulu.

Sementara keadaan Elva saat ini adalah berada di rumah Adoria. Ia menyesal telah keluar dari rumah tanpa memedulikan apapun seharusnya ia melihat keadaan. Sudah beberapa minggu ini ia terkurung di satu kamar dan mendapat perlakuan tidak mengenakkan.

Waktu itu saat ia keluar dari rumah, ia langsung menaiki taksi tanpa melihat siapa yang sopirnya. Alhasil dia dibawa ke suatu tempat yang bukan tujuannya. Ia meraung-raung tetapi itu semua sia-sia. Orang itu adalah suruhan Adoria.

Penampilan yang berantakan, wajah pucat yang semakin kurus setiap harinya. Bahkan ia tidak kuat untuk sekedar berteriak.

"Tolong lepaskan aku!" Pinta Elva sambil bersandar pada pintu.
"Kumohon"

Entah sudah berapa kali ia mengucapkan dua kata itu. Karena yang paling ia butuhkan sekarang adalah bebas dari kurungan ini.

"Kau sangat berisik! Tidak bisakah kau diam!" Bentak Stefani sambil membuka pintu.

"Kumohon! Aku bahkan tidak mengenalmu, kenapa kau melakukan ini kepadaku?"

"Karena kau harus dimusnahkan! Agar aku bisa mendapatkan semuanya!"

"Mendapatkan apa maksudmu?"

"Perusahaan dan Arsen," ucapnya membuat Elva menatap bingung.

Kedua alis Elva menyatu, keningnya berkerut memikirkan apa maksud gadis angkuh di depannya ini.

"Perusahaan apa maksudmu?! Sebenarnya kau siapa?"

"Adoria Stefanie."

"Mengapa namamu sama denganku?"

"Karena sebenarnya aku adalah saudara tirimu. Aku adalah putri dari nyonya Adoria dan tuan Adriell. Namun, ayahku sudah pergi beberapa waktu lalu."

"Lalu kenapa kau mengurungku disini? Bukankah kau tetap saudaraku."

"Karena aku ingin mendapatkan perusahaanmu! Semua perusahaan yang dimiliki oleh ayahmu selalu atas namamu! Karena itulah aku dan ibuku merencanakan untuk membunuh ayahmu dengan menyuruh Aldrich. Serta mengambil dokumen resmi perusahaan itu! Aku sudah muak memegang dokumen palsu perusahaan!"

"Jadi kalian membunuhnya? Lalu dimana ibuku?"

Seorang maid saat ini sedang berada di dapur masion milik Adoria. Ia membuat teh favorit Adoria. Lalu datanglah Stefani.

"Itu teh milik ibuku bukan?" Tanya Stefani.

"Iya nona."

"Berikan padaku, biar aku yang mengantarnya!"

"Baiklah nona, ini."

Stefani menerima nampan berisi teh tersebut, setelah melihat maid pergi dari dapur, ia memasukkan bubuk racun kedalam minuman itu. Lalu tersenyum smirk.

Tok .. tok .. tok

"Ibu! Ini adalah teh favoritmu!"

"Terimakasih, Stefani," ucapnya lali dengan tak sabar meminum teh itu.

Selang beberapa menit setelah meminumnya, Adoria mulai kesusahan bernafas, ia berniat berdiri lalu terjatuh.

"Selamat tinggal, ibu. Terimakasih sudah banyak membantuku."

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

GERBERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang