Chapter 11 - Aldrich

178 10 0
                                    

Saat ini adalah jam Elva untuk pulang ke rumahnya. Walaupun ia berpacaran dengan Arsen tapi sepertinya tidak ada yang berubah.

"Elva?" Panggil Laura. "Kau dipanggil oleh tuan Arsen keruangannya."

"Memangnya ada apa?"

"Aku tidak tau."

"Baiklah, terimakasih."

Elva yang penasaran pun segera menuju keruangan Arsen. Ia cukup penasaran sekarang. Apa ia melakukan kesalahan ? Atau ia ingin membahas yang lain ?

Ceklek

"Tuan Arsen?" Panggil Elva.

"Kau sudah datang. Sekarang sudah jam pulangmu bukan?"

"Iya."

"Kau pulang bersamaku."

"Ha?" Beo Elva tak mengerti.

Arsen menatap Elva sejenak lalu mengulangi kalimatnya dengan penuh penekanan.

"Kau. Pulang. Bersamaku."

"T-tapi kenapa?"

"Kau adalah gadisku, maka aku juga harus mengantarmu pulang dan memenuhi kebutuhanmu, walaupun kita berpacaran hanya karena suruhan."

"B-baiklah"

"Ayo kita pulang."

Ia meralat perkataannya sekarang, sepertinya perbedaannya adalah disini. Ia akan memiliki orang yang mengantarkannya pulang dan orang yang akan memenuhi kebutuhannya nanti. Semoga saja hubungannya menyenangkan.

"El, kita sudah sampai," ucap Arsen yang tak mendapat jawaban. "El, kau tidur?" panggilnya lalu menoleh.

Arsen menatap wajah damai Elva yang sedang tertidur. Mengapa ia merasa bahwa ini salah dan seharusnya ia tidak melakukan ini. Ia berpacaran dengan Elva hanya karena suruhan ibunya dan karena ia membutuhkan pelukannya. Apa tidak masalah jika ia hanya membutuhkan itu ?

"El!" Panggil Arsen sekali lagi membuat Elva terbangun.

"Kita sudah sampai? Terimakasih, tuan Arsen."

Elva pun segera turun dan menuju ke dalam apartemennya. Dengan perasaan yang masih mengantuk.

"El," panggil Arsen. "Panggil aku Arsen."

"T-tapi bukankah tidak sopan?"

"Ini perintahku."

"B-baiklah tu- Arsen."

"Baguslah, bolehkah aku meminta satu permintaan?"

"Permintaan apa?"

"Kemarilah."

Elva pun menuruti Arsen dengan mendekat kepadanya. Dengan perasaan agak takut sebenarnya. Ia melangkahkan kakinya menuju Arsen dan sekarang hanya berjarak 1 meter antara dirinya dan Arsen. Arsen pun menarik lengan Elva sehingga tubuh Elva menabrak dada Arsen.

"A-arsen," cicit Elva terkejut.

"Biarkan aku seperti ini hanya untuk beberapa saat," ucap Arsen sambil mengeratkan pelukannya. Sedangkan Elva tidak menjawab tetapi ia memeluk Arsen kembali. Menyalurkan kehangatan yang semestinya ada. 

***

Prok ! Prok ! Prok !

"Jadi kau memeluknya?!" Tanya Ivan dengan wajah yang sumringah. "Bagaimana rasanya?"

"Aku merasakan seperti aku sedang memeluk Julia."

"Kau ternyata sangat jahat, padahal kau memeluk Elva tapi kau menganggap dia Julia."

"Sudah kubilang sebelumnya jika aku hanya menyukai pelukannya," jawab Arsen mengelak.

"Suatu saat kau akan menyukai Elva bukan karena pelukannya tapi karena itu adalah dia."

"Dan aku tidak berharap hal itu terjadi."

"Hei kawan, berhati-hatilah! Dia bisa saja salah paham hanya karena kau suka memeluknya."

"Dan aku pastikan itu tidak akan terjadi."

***

Elva terus saja memikirkan kejadian tadi disaat Arsen memeluknya. Ia pun menyentuh dadanya dan merasakan jantungnya berdetak kencang. Apa mungkin Arsen menyukainya ?

"Singkirkan pikiran itu El! Kalian hanya berpacaran karena perintah ibunya! Tidak mungkin ada perasaan!" Ucap Elva sambil menepuk pipinya pelan.

Malam ini di sebuah ruangan terbuka, terlihatlah seseorang yang sedang tersenyum sambil menatap hamparan bintang. Perasaannya menghangat seketika, ketika ia mengingat kejadian tadi. Pria itu adalah Arsen. Jujur ia tidak ingin melakukan itu tetapi otak dan hatinya tidak bisa bekerja sama.             

***

"Selamat pagi tuan Arsen, hari ini kau hanya memiliki dua acara. Pukul sebelas siang nanti kau akan kedatangan CEO dari perusahaan Aldrich lalu puk-"

"Sebentar! Perusahaan Aldrich?" Tanya Arsen menjelaskan.

"Iya tuan."

"Untuk apa ia kemari?"

"Membicarakan tentang kerja sama," jawab Laura sembari membaca jadwal.

"Dia bahkan tidak tau malu," ucap Arsen dengan suara pelan.

"Maaf tuan?"

"Tidak apa-apa, lanjutkan."

"Baik. Lalu pada pukul satu siang kau akan ikut rapat perusahaan tentang bidang baru. Hanya itu untuk hari ini."

"Baiklah. Laura," panggil Arsen. "olong panggilkan Ivan."

"Baik, tuan."

Arsen terus memikirkan Aldrich. Sebenarnya apa tujuannya kemari ? Ia yakin jika Aldrich menggunakan perusahaan untuk kepentingannya. Ia harus membicarakan hal ini dengan Ivan.

Tok .. tok .. tok

"Ada apa kau memanggilku?" Tanya Ivan.

"Besok Aldrich akan kemari."

"Aldrich? Tapi untuk apa ia kemari?"

"Itu yang membuatku penasaran."

"Dia pasti mempunyai suatu tujuan."

Drrtt

Ponsel milik Arsen bergetar menandakan ada pesan masuk. Dahi Arsen mengernyit ketika pesan yang ia terima bukan dari orang yang ia kenal.

"Siapa?" Tanya Ivan.

"Aldrich" ucapan Arsen membuat Ivan langsung mengambil ponselnya dan melihat isi pesannya.

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

GERBERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang