Chapter 17 - Found

155 6 0
                                    

"Ibu sudah meninggal, aku membunuhnya."

"Kau!"

"Setelah semuanya berhasil aku hanya perlu menyingkirkan ibu dan dirimu selanjutnya, maka aku akan bisa memiliki semuanya tanpa hambatan!"

Elva pun hanya bisa terduduk diam setelah mendengar semuanya. Jadi setelah ayahnya menjualnya, ia meninggal dan itu sudah direcanakan oleh ibunya dan saudarinya. Lalu Aldrich sudah pasti suruhan ibunya. Setelah semuanya tuntas saudarinya membunuh ibunya lalu mencarinya sebagai target selanjutnya.

Semua hal ini sangat memusingkan untuknya. Kenapa ia harus memiliki kehidupan yang begitu membingungkan?! Ia hanya ingin bahagia! Apakah itu susah untuk diberikan kepadanya?! Bahkan sekarang ia tidak mempunyai ayah ibunya. Semuanya terasa menyakitkan saat ini.

Brakk!

"Arsen! Aku sudah mendapatkan lokasi Elva!"

"Benarkah?! Dimana dia?!"

"Di rumah Stefani!"

"Perempuan sialan! Ayo cepat kita pergi!"

Arsen dan Ivan pun segera menyusun rencana selama perjalanan ke rumahnya. Gadis itu sangat licik! Ia sudah merencanakan semuanya dari awal! Dari mulai kematian ayahnya, ibunya, dan penculikannya! Ia tidak akan memaafkannya!

"Siapkan pistol Colt M1911A1 milikku."

Pistol Colt M1911A1 adalah pistol andalan Arsen. Biasanya ia akan menggunakan pistol kesayangannya pada saat penting. Pistol itu adalah pistol semi-otomatis pertama yang dipakai oleh angkatan bersenjata Amerika Serikat (AS). Sudah bisa dibayangkan betapa mematikannya?

Pertama-tama mereka akan mulai untuk sekedar berbasa-basi dengan Adoria.

Tok .. tok .. tok

"A-arsen," ucap Stefani terkejut.

"Ya, kau benar."

"U-untuk apa kau kemari?"

"Aku hanya ingin membicarakan tentang kerja sama kemarin. Aku merasa bersalah telah menolaknya."

"B-baiklah, silahkan masuk. Aku akan ke kamar sebentar untuk berganti pakaian."

Arsen pun segera masuk diikuti oleh Ivan dan beberapa pengawalnya tanpa sepengetahuan Stefani. Pengawal Arsen berpencar ke pojok ruangan. Ia akan menangkap tikus kecil itu hari ini juga!

"Maaf, jika lama," ucap Stefani. "Jadi bagaimana?" Lanjutnya.

"Jika kau ingin melakukan kerja sama dengan perusahaanku, aku bisa saja menerimanya."

"Jadi kita bisa bekerja sama bukan?"

"Iya. Tapi aku akan memberi satu syarat."

"Benarkah? Apa itu?!"

"Akui semua tindakanmu selama ini."

Deg

"A-apa maksudmu Arsen? Tindakan apa?"

"Penculikan Elva, kematian ayahnya dan ibunya, rencana pembunuhan kepada Elva"

"K-kau!" Ucap Stefani terkejut bukan main.

"Mengapa? Kau keberatan? Atau kau ketakutan?"

"Aku tidak melakukan itu semua!"

"Lalu mengapa kau tampak ketakutan? Bukankah kau sudah keterlaluan Adoria?"

"T-tidak!" Ucapnya lalu berlari menuju pintu.

Dor!

Sebuah peluru menembus betis kakinya. Pelaku penembakan itu adalah Arsen, sudah cukup kesabarannya sekarang.

"Aarghh," suara Stefani yang tengah bersimpuh di lantai.

"Sakit? Aku akan memberimu obatnya, kau mau?" Ucapnya sambil menunjukkan sebuah botol kaca kecil berisi cairan bewarna biru.

"Obat apa itu?!"

"Obat untuk mengurangi rasa sakitmu tentunya. Bagaimana? Sangat baik bukan aku?"

"Berikan padaku!"

"Katakan terlebih dahulu. Dimana gadisku?!"

"Di kamar itu! Cepat berikan padaku!" Ucap Stefani yang tidak mampu menahan sakitnya.

"Setelah aku mengecek keadaan gadisku."

Arsen pun memerintahkan pengawal untuk mendobrak pintunya dan tampaklah Elva yang sudah terlihat lemas dan pucat. Arsen pun segera mendekati Elva.

"El?"

"Arsen! Aku takut!" Ucap Elva sambil memeluk Arsen.

"Tenanglah, aku ada disini. Kau aman bersamaku."

"Ibuku! Dia sudah meninggal."

"Aku tau hal itu. Sekarang berdirilah kita akan keluar."

Elva pun berdiri dengan bantuan Arsen. Setelah di luar ruangan, Arsen pun menuju ke arah Stefani lalu memberikan obat itu. Dengan segera Stefani meminumnya, tetapi 1 menit kemudian ia merasakan lukanya seperti diiris dan dadanya sangat sakit.

"A-apa y-yang k-kau berikan?!"

"Sebuah racun yang membuat jantung bisa melambat dan akhirnya berhenti bekerja. Itulah yang kumaksud meredakan rasa sakitmu karena setelah kau meminum itu kau akan meninggal," ucap Arsen.

"K-kau!"

Tanpa memedulikan Stefani yang sedang sekarat. Ia pun keluar dari rumah itu bersama Elva. Sedangkan Ivan di dalam dengan para pengawal untuk membereskan Stefani.

"Kita ke rumah sakit," ucap Arsen.

"Untuk apa?"

"Tentu saja memeriksamu."

"Kurasa tidak perlu."

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

GERBERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang