Chapter 19 - Go back

151 7 0
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, namun Elva ataupun Arsen belum pulang dari perusahaan Adoria Corp's.

Arsen melirik jam yang berada di atas pintu lalu kembali melihat Elva. Rupanya gadisnya tidur. Ia pun segera berdiri lalu melepas jas yang ia gunakan.

Arsen berjalan mendekat menuju kursi Elva lalu menyelimuti Elva dengan jas itu. Ia mendekat lalu menatap wajah damai Elva ketika tertidur di atas tumpukan dokumen.

"Tidurlah yang nyenyak, aku tau kau lelah," lirihnya lalu mencium kening Elva membuat sang pemilik tanpa sadar tersenyum tipis.

***

Elva mengedipkan matanya beberapa kali sambil mengumpulkan nyawanya. Dia masih berada di perusahaan rupanya. Tapi dimana Arsen? Matanya meneliti ke seluruh penjuru ruangan dan berhenti tepat di sofa, disana ia melihat Arsen tertidur, tapi dimana jas nya? Ah benar! Arsen memberikan jas itu kepadanya.

Ia menatap wajah Arsen secara mendetail lalu tersenyum tipis dan berniat merapikan beberapa rambut yang menghalangi wajah Arsen. Namun, ia urungkan niat itu.

Arsen membuka matanya merasakan kehadiran seseorang di sampingnya. Hal itu tentu membuat Elva terkejut bukan main.

"Kau sudah bangun?" Tanya Arsen dengan suara seraknya yang justru semakin menggoda Elva.

"S-sudah."

"Kalau begitu rapikan barangmu, kita pulang sebentar."

"Baiklah."

Mereka segera menuju parkiran dan memasuki mobil Arsen. Mobil itu mulai melaju lalu perlahan menghilang dari pandangan.

***

Tap .. tap .. tap

Suara tapak kaki yang menuruni tangga kayu.

"Eemmhhh!" Suara Aldrich yang ingin berbicara namun mulutnya di isolasi.

"Buka!" Titah Arsen yang dituruti oleh Ivan.

Saat ini mereka sedang berada di ruang bawah tanah mansion Arsen. Setelah sampai dirumah, Elva langsung menuju kamarnya untuk membersihkan badan sedangkan Arsen langsung menuju ruang bawah tanah.

"Ada kata-kata terakhir?" Tanya Arsen sambil menyiapkan pistol kesayangannya.

"Aku akan mengambil gadismu!"

"Sebelum kau mengambil gadisku, kupastikan aku akan mengambil nyawa mu terlebih dahulu. Ivan!" Panggil Arsen.

Ivan mulai mengambil sebuah alat untuk mencambuk. Sebenarnya ia sudah menggunakan ini kemarin dan membuat luka di sekujur tubuh Aldrich.

Ctasss!

"Aargghh!" Teriak Aldrich kesakitan karena cambukan itu mengenai lukanya kemarin.

Ivan terus mencambuk Aldrich hingga dirasa cukup.

"Bagaimana kau bisa mengenal Stefani?" Tanya Arsen.

"Dia datang tepat setelah aku keluar dari penjara dan memerintah kan aku untuk mencuri sebuah dokumen. Aku berhasil mendapatkannya namun belum sempat memberikannya."

For your information, Aldrich sebenarnya sudah menjadi buronan yang paling dicari di Inggris. Setelah ia melakukan korupsi dan melakukan pencurian data di beberapa perusahaan besar. Ia kabur ke Italy dan bertemu dengan Arsen dan Ivan. Setelah Aldrich membunuh calon istri Arsen, ia tertangkap lalu langsung dilakukan pemindahan tahanan ke Inggris.

Arsen dan Ivan mengangguk mengerti. Arsen menodongkan pistol tepat di kening Aldrich.

"Brengsek seperti mu seharusnya tidak hidup."

Dorr!

Suara pistol menggema ke penjuru ruangan, tenang saja ruangan bawah tanah ini kedap suara.

"Pertunjukan yang sangat mengesankan," puji Ivan.

"Suruh orang untuk membereskannya dan membersihkan ruangan ini."

"Baiklah!"

Arsen segera kembali, takut-takut Elva mencarinya. Astagah! Apa ia sedang berharap sekarang?

"Kau darimana Arsen?" Tanya Elva.

"Aku keluar sebentar. Ah iya .."

"Ada apa?"

"Waktu itu kau mengatakan rumah nenekmu, apa nenekmu masih hidup?"

"Emm kakek dan nenekku sudah meninggal sekitar 5 tahun yang lalu. Tapi aku tetap menyebutnya sebagai rumah nenek."

"Baiklah."

***

"Elva! Aku sangat merindukanmu!!" Teriak Jeslyn lalu memeluk Elva.

"Aku juga merindukanmu!"

"Kemana saja kau selama beberapa minggu ini?!"

"Little problem."

"Baiklah, kalau begitu istirahat lah! Aku akan kembali bekerja!"

"Baiklah! Hati-hati!"

Setelah melihat Jeslyn pergi, Elva menekan beberapa digit nomor pin. Setelah sampai di apartemen miliknya, ia mulai membersihkan debu di kamarnya. Mulai hari ini, Elva meminta Arsen agar ia bisa tinggal di apartemen nya kembali. Dan Arsen menyetujuinya walaupun harus berdebat.

Ia duduk di sofa sambil memikirkan masalah sebelumnya.

"Jadi ayahku meninggal karena kecelakaan yang disengaja karena suruhan Stefani dan ibuku. Lalu ibuku meninggal keracunan karena Stefani. Tak lupa, Stefani juga meninggal karena racun yang diberikan oleh Arsen. Sekarang aku menjadi seorang CEO Adoria Corp's. Tapi .. bagaimana dengan keadaan Aldrich?"

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

GERBERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang