Chapter 9 - Try

200 9 0
                                    

Elva dan Wina pun segera keluar dari kantor. Banyak orang terkejut dengan kehadiran Wina yang bersama Elva. Semua orang tentu mengenal Wina dan mereka sangat menghormati nya.

Wina memberitahu Elva ke tempat yang sudah ia pesan. Tidak jauh dari kantor hanya memakan waktu 5 menit.

"Hei! Hei! Arsen!" Panggil Ivan dengan terburu-buru.

"Ada apa?"

"Kau sudah menemui ibumu?"

"Ibuku?" Kening Arsen berkerut.

"Iya! Hari ini ibumu ke perusahaanmu bukan? Apa kau menemuinya?"

"Tidak."

Ivan terdiam beberapa saat.

"Lalu, bagaimana bisa ibumu ke perusahaan tanpa menemui mu dan malah menemui Elva?"

"Elva? Ibuku menemui dia? Dimana mereka?"

"Mereka sudah keluar sejak tadi."

Arsen pun terkejut dengan perkataan Ivan. Karena tidak mungkin ibunya tidak menemui dirinya saat ke perusahaan. Sebenarnya apa yang ibunya pikirkan ? Sampai harus menemui Elva pribadi.

"Jadi ada hal apa sampai anda menemui saya nyonya?" Tanya Elva sopan.

"Begini kau tau kan bahwa Arsen sudah berumur dua puluh delapan tahun?"

"Benarkah dia sudah berumur segitu? Saya kira dia baru berumur sekitar dua puluh empat."

"Astagah, apa wajahnya terlihat awet muda?"

"Mungkin."

Wina tertawa sejenak lalu kembali menatap Elva dengan segala keluguan gadis ini.

"Jadi karena dia sudah berumur segitu, aku ingin kau agar segera menikah dengannya."

"M-menikah?" Tanya Elva terkejut.

"Iya! Kau adalah pacarnya bukan?"

"T-tapi saya .."

"Saya dan William sudah menyukaimu sebagai calon menantu. Jadi kenapa kau tidak menikah saja dengannya? Karena sebenarnya kami orang tua Arsen menyukaimu dan kami ingin segera menggendong cucu."

"T-tapi-"

"Arsen hanya anak satu-satunya dia tidak memiliki saudara."

Keadaan menjadi hening, Elva berusaha berpikir keras tapi mau berapa kali pun ia pikirkan ini hal yang sangat mustahil.

"Maafkan saya jika saya menolak, tetapi saya belum siap untuk menikah."

"Yasudahlah tidak apa-apa."

"Maafkan saya sekali lagi."

"Tidak apa-apa, suatu saat kau bisa menikah dengannya bukan?"

"Mungkin."

"Bagus, akan lebih baik jika lebih cepat."

Setelah menemui Elva, Wina langsung pulang ke rumahnya. Saat ia akan sampai ia melihat mobil Arsen terpakir rapi di halamannya. Wina pun segera turun dan memasuki rumah. Ia melihat putranya sedang duduk di sofa.

"Arsen," panggil Wina.

"Mom, apa kau tadi menemui Elva?" Bukannya menjawa Arsen malah bertanya.

"Kau tau."

"Mom mengunjungi perusahaanku tapi mom tidak melihatku dan malah menemui Elva?"

"Iya, ibu berbicara ke Elva. Lagipula ibu sudah sering menemuimu."

"Apa yang ibu bicarakan dengannya?"

"Hanya menyuruhnya untuk menikah denganmu."

"APA?!"

Wina menutup telinganya karena mendengar suara Arsen yang begitu keras.

"Kau berteriak di depan ibumu?"

"Maafkan aku. Tapi mengapa mom menyuruhnya seperti itu?"

"Kau memerlukan pendamping dan ibu memilih Elva. Dia gadis yang baik."
                
Perkataan ibunya kemarin membuatnya tidak bisa tidur semalaman. Begitu pula dengan Elva, perkataan Wina terus saja terngiang-ngiang di kepalanya.

"Apa aku bisa mencintainya?" Tanya Arsen dan Elva bersamaan walau di tempat yang berbeda

Kringg !

Jam menunjukkan pukul 6 pagi. Maka waktunya semua orang untuk bangun dan melanjutkan aktifitasnya. Tapi tidak dengan Arsen dan Elva, mereka sangat tidak semangat pagi ini.

"Ada apa denganmu, El?" Tanya Jeslyn.

"Tidak ada apa-apa."

"Kau terlihat berbeda, sebenarnya ada apa? Jujurlah padaku!" Ucap Jeslyn. memaksa, sedangkan Elva memikirkan apa ia harus mengatakan ini kepada Jeslyn.

"Baiklah, aku akan memberitahumu."

"Baik, aku akan mendengarkan."

Elva pun menceritakan semuanya dari awal sampai keadaan sekarang. Jeslyn mendengarkannya dengan seksama. Jujur Jeslyn juga sangat terkejut.

"Kau serius?!" Tanya Jeslyn.

"Ya, Jeslyn."

"Maka itu sangat luar biasa! Menikahlah dengannya!"

"Aku tidak bisa. Aku tidak tau apakah kami bisa saling mencintai"

"Kalian pasti bisa! Perasaan bisa muncul kapan saja!"

"Permisi, Elva kau dipanggil oleh tuan Arsen," sela Laura yang tiba-tiba datang.

"Baiklah, aku pergi dulu, Jes."

"Baiklah, semangat!"

Elva pun mengikuti Laura menuju ruang Arsen. Ia cukup penasaran kenapa Arsen memanggilnya. Semoga saja yang ia pikirkan tidak terjadi ..

"Baiklah kau bisa masuk," suruh Laura dengan senyumnya.

"Baik, terimakasih."

Ceklek

Mendengar suara pintu terbuka membuat Arsen mendongakkan kepalanya menatap Elva. Ia memang menyuruh Laura untuk memanggilkan Elva. Karena ia akan membicarakan perihal kemarin. Bahkan saat ia mengatakan ini kepada Ivan. Sahabatnya pun menyuruhnya agar menuruti perintah ibunya saja.

*Flashback on*

"Bagaimana sekarang?" Tanya Arsen.

"Turuti saja kemauan ibumu, lagipula apa salahnya kau berpacaran dengan Elva disaat semua orang juga menyetujui hubunganmu?" Saran Ivan.

"Aku hanya bingung, apakah ia akan menerimaku?"

"Kalau hal itu biarkan Elva yang menjawabnya, tapi aku pastikan ia akan menerimamu."

"Kau yakin?"

"Tentu," jawab Ivan penuh keyakinan.

*Flashback off*

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

GERBERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang