Chapter 8 - Worried

242 9 0
                                    

Sejujurnya Arsen cukup terkejut dengan kemampuan Elva. Bahkan ia tidak tau bagaimana bisa Elva mengetahui hal tentang ibunya. Haruskah Arsen benar- benar menikahinya ? Karena ibunya sudah terlanjur menyukai gadis ini. Tapi tidak ia tidak boleh mengambil keputusan sepihak seperti ini.

"Jadi kau bekerja di perusahaan Arsen?" Tanya William sembari memotong daging steak nya.

"Iya, tuan William."

"Kau juga mengetahui namaku rupanya."

Elva tersenyum ringan sambil menatap William.

"Tentu! Anda adalah pengusaha terkenal!"

"Kau tau itu! Berapa umurmu?"

"Dua puluh tahun."

William dan Wina cukup terkejut mendengar usia Elva yang masih begitu muda.

"Bukankah kau seharusnya masih kuliah daripada bekerja?"

"Tentu, tapi saya ingin bekerja lebih awal. Saya sangat menyukai dunia kerja."

"Itu bagus, lalu apakah ayah dan ibumu mengijinkan?"

"Mereka pasti menginjinkan," jawab Elva lirih.

"Lalu dimana mereka?"

"Ayah saya sudah meninggal dan ibu saya pergi ke tempat yang jauh."

"Oh maafkan aku! Jadi kau tinggal sendiri? Kau pasti gadis yang mandiri!"

"Bisa dikatakan seperti itu."

Makan malam terus berlanjut disertai dengan perbincangan hangat. Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Kedua orang tua Arsen sudah pulang terlebih dahulu. Dan disinilah Arsen dan Elva berada di mobil.

"Kemampuanmu cukup bagus," ucap Arsen memuji canggung.

"Kenapa hanya cukup? Padahal itu bagus!"

"Tidak itu tidak bagus, karena kau berhasil membuat kedua orang tuaku menyukaimu. Lalu sekarang harus bagaimana jika kedua orang tuaku menyukaimu? Apa aku benar-benar harus menikahimu?"

"H-hei! Jangan bercanda tuan Arsen!"

"Apa kau lihat aku bercanda? Kalau kau belum mau menikah denganku, maka untuk sekarang jadilah pacarku saja."

Oh hell! Elva baru saja ingin tersedak air liurnya sendiri.

"Sebenarnya aku tidak ingin mengatakan ini apalagi kau adalah atasanku. Tapi aku harus mengatakan kau gila."

"Dan aku gila karenamu."

"Apakah kau salah makan tadi?"

"Mungkin. Tenanglah aku hanya bercanda"

Seketika keadaan di mobil langsung hening seketika. Perkataan Arsen membuat Elva terdiam. Begitu pula dengan Arsen, ia merutuki mulutnya. Astagah kenapa malam ini ia menjadi orang yang berbeda?! Tidak biasanya ia seperti ini.

"Kudengar tadi ayahmu meninggal, ia meninggal karena apa?"

"Dia kecelakaan sesaat sesudah menjual diriku."

"Kau tidak membencinya?"

"Bisa saja aku membencinya. Namun dia tetaplah ayahku, mau seberapa banyak ia melukai ku, tetapi ada masanya ia menjadi seorang ayah yang sangat menyayangiku. Dan aku merindukan masa masa itu."
             
Elva sudah kembali ke apartemen setelah diantar oleh Arsen. Sesampainya di kamar ia langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur. Ia mengalami hari yang panjang rupanya.

"Hei El! Kau darimana saja kemarin?" Tanya Jeslyn setelah melihat Elva keluar kamar.

"Hanya makan malam."

"Dengan siapa? Kekasihmu?!"

"Bukan."

"Lalu dengan siapa?!"

"Siapa saja."

Sedangkan diruangan Arsen. Ia tidak bisa tenang sebab sejak tadi sahabatnya terus saja berbicara tanpa henti dan itu cukup menganggunya.

"Hei, jadi kau berbicara seperti itu?! Apakah dia menganggap kau serius?"

"Awalnya."

"Lalu apakah dia menerima mu??"

"Tidak."

"Jadi kau ditolak."

Arsen langsung menatap tajam Ivan yang tertawa tanpa dosa.

"Bukan seperti itu bodoh! Aku mengatakan padanya bahwa aku hanya bercanda."

"Dan kau kira dia akan percaya? Kau memang bodoh dalam hal percintaan!"

"Apa maksudmu?"

"Tidak mungkin setelah kau mengatakan itu dia akan langsung melupakannya, dia pasti akan memikirkannya dan kenapa kau mengatakan bahwa kau hanya bercanda?!" Tanya Ivan kebingungan.

"Aku hanya merasa belum siap."

"Hal terbodoh yang pernah kudengar, padahal kau sudah menyiapkannya selama seharian dan katamu bukankah kau ingin menjadikan dia milikmu?"

"Ya, tapi aku menyadari untuk apa memilikinya jika kami sama-sama belum memiliki perasaan."

"Perasaan bisa muncul kapan saja."

"Yang aku takutkan bukan itu! Yang aku takutkan ialah jika pada akhirnya aku tidak bisa mencintainya bahkan kalau dia sudah mencintaiku!"

Ivan terdiam mendengarnya, tentu tidak mudah bagi seorang Arsen untuk melupakan seorang wanita yang pernah memenuhi hatinya. Namun, bagaimanapun Arsen harus mulai sebuah lembaran baru.

"Kau benar-benar tidak bisa mencintai seseorang selain Julia?"

"Tidak! Aku tidak bisa melupakan Julia, sampai aku seperti orang yang kehilangan akal."

"Kau harus berusaha mencintai orang lain, Julia pasti menginginkan itu. Kau tau sebelum ia meninggal, ia mengatakan jika kau harus bahagia dengan orang lain walaupun bukan dirinya."

"Tapi itu terlalu susah," jawaban Arsen membuat Ivan menghela nafas lelah.

"Maka berusahalah! Buka lembaran baru! Setidaknya kau harus menulis cerita baru untuk hidupmu!"

"Aku bodoh bukan? Bahkan sampai detik ini aku tidak bisa mencintai wanita lain selain dirinya," ucap Arsen sambil tertawa miris.

***

Saat ini Elva berada di dalam kantornya, ia cukup bisa santai untuk saat ini karena pekerjaannya sudah selesai.

Tok .. tok .. tok

Elva pun mendongak dan mendapati Wina sedang tersenyum menatapnya. Ya Wina ibu Arsen. Elva yang terkejut pun langsung berdiri.

"Nyonya Wina?"

"Kau masih mengingat namaku rupanya," ucapnya sambil tersenyum.

"Tentu, ada apa repot-repot kemari nyonya? Seharusnya anda memberitahu saya agar saya bisa bersiap siap."

"Maafkan aku, aku sangat tidak sabar bertemu denganmu, karena itu aku langsung menuju ke perusahaan Arsen."

"Kalau begitu apa yang membawa anda kemari?"

"Aku ingin berbincang denganmu. Tapi tidak disini, melainkan ke tempat lain tempat yang sudah ku pesan. Ayo!"

"Tentu."

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

GERBERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang