Chapter 23 - Shy

190 5 0
                                    

Elva mengerjapkan matanya beberapa kali, berusaha menetralkan pening di kepalanya. Sebenarnya berapa banyak Vodka yang sudah ia teguk semalam? Benar! Dimana dia sekarang? Dan bagaimana ia pulang tadi malam!

Tanpa ba bi bu, Elva segera menyibakkan selimut itu dan melihat pakaiannya. Masih sama rupanya dengan semalam.

"Kau sudah bangun, El?" Tanya Arsen yang membawa segelas air putih.

Namun, Elva diam tak bergeming dari tempatnya. Ia berusaha mengingat kejadian semalam. Apa ia melakukan sesuatu yang memalukan di depan orang banyak??

"Arsen. Apa aku melakukan sesuatu yang memalukan tadi malam?" Tanyanya dengan memegang kepalanya.

"Tidak. Sekarang minumlah," ucap Arsen sambil memberikan air putih yanh diteguk habis oleh Elva.

Sudut bibir Arsen terangkat tatkala mengingat semalam. Elva menatap Arsen dengan tatapan curiga.

"Aku melakukan sesuatu bukan? Jujurlah!" Paksa Elva.

"Tidak. Hanya saja semalam seseorang mencuri first kiss milikmu." Setelah itu Arsen melenggang pergi keluar kamar meninggalkan Elva dengan sejuta rasa penasarannya.

"Mencuri? First kiss?" Elva mangut-mangut mengerti belum menyadari kebodohannya.

Tunggu! First kiss! Ciuman? Elva menyentuh bibirnya. Matanya membola tak percaya. First kiss itu seharusnya untuk suaminya kelak! Elva meraung-raung di dalam kamar. Ia masih belum terima kenyataan bahwa first kiss miliknya sudah dicuri. Ia bersumpah tidak akan menyentuh minuman brengsek seperti itu lagi!!

Sedangkan Arsen dibalik pintu hanya terkekeh. Gadis itu rupanya belum mengingat kejadian semalam. Semalaman pula Arsen tak bisa tidur karena pernyataan gadis itu. Kupu-kupu serasa menggelitik perutnya.

***

Siang ini Arsen harus segera pergi ke kantor karena Ivan menyuruhnya. Ia sudah mengumpat sejak tadi dalam hati. Padahal hari ini ia ingin bersama Elva dirumah.

"Kau tetaplah dirumah, tapi jika kau ingin kembali atau melakukan lainnya, kabari aku." Elva mengangguk mengerti.

Arsen tersenyum simpul lalu segera keluar. Elva menghela nafas gusar, ia harus mencari tau siapa orang yang mencuri first kiss miliknya.

Tiba-tiba ia mengingat sesuatu. Seperti kaset, ia mengingat kejadian malam itu. Malam dimana ia menyatakan perasaan sukanya kepada Arsen! Matanya membola setelah mengingat semuanya. Tidak, tidak! Bagaimana jika nanti ia bertemu dengan Arsen? Ia harus segera kembali sebelum keadaan benar-benar menjadi canggung.

Dengan hanya bermodalkan pakaian dan sepatu, Elva segera keluar dari mansion Arsen. Ia harus segera kembali! Namun kembali kemana?? Tidak mungkin apartemen miliknya. Rumah neneknya! Benar! Ijinkan ia disana sampai keadaan kembali normal!

Elva segera memesan tiket keberangkatan menuju Bologna pada pukul 2 siang ini. Ia kembali ke apartemennya sebentar untuk mengambil baju-bajunya.

***

Kini ia telah sampai di depan rumah neneknya. Jam menunjukkan pukul setengah 4 sore. Bahkan Elva lupa mengabari Arsen sesuai pesannya tadi.

"Aaaa!! Bagaimana bisa aku mengatakan hal itu kepada Arsen!!" Elva menendang udara hampa di depannya sambil menutup wajahnya yang sudah memerah seperti kepiting rebus. Untuk saat ini, Elva benar-benar seperti kehilangan harga dirinya.

Sedangkan di tempat Arsen, saat ini ia sedang bersama tumpukan dokumen bersama dengan Ivan. Sejujurnya matanya sudah penat menatap tulisan-tulisan di dokumen ini.

"Oh iya bagaimana semalam? Kau mengantarnya pulang bukan?" Tanya Ivan.

"Hmm. Ah benar! Aku mengatakan akan membunuhmu bukan? Karena membiarkan gadisku meminum vodka sebanyak itu?"

"M-maafkan aku! Jika kau membunuhku, kau tidak akan menemukan sahabat seperti diriku lagi!"

"Itulah tujuanku."

"Sialan!"

Ivan menatap Arsen dengan tatapan tak biasa seolah curiga akan sesuatu. Sahabatnya tidak akan melakukan sesuatu kepada Elva bukan?

"Kau tidak melakukan apapun padanya bukan?"

"Aku hanya mencuri dan menerima pernyataan darinya."

"Mencuri apa? Pernyataan apa maksudmu?"

"First kiss."

Mata Ivan membola tak percaya. Kedua tangannya menutup mulutnya. Kertas yang dipegangnya pun terjatuh ke lantai. Ia segera menuju Arsen dan menggebrak mejanya membuat Arsen menatap tajam.

"Bagaimana rasanya?"

"Manis."

"Straordinario! Lalu pernyataan apa yang kau dapatkan?"

"Dia jatuh cinta padaku."

"È pieno di sorprese. Apa dia sadar bahwa dia mengatakan itu semalam?"

"Mungkin. Baru saja dia ingat."

Arsen menatap ke arah jam lalu tersenyum simpul. Ia membayangkan bagaimana raut wajah Elva ketika mengingatnya. Arsen yakin jika Elva sudah keluar dari mansion miliknya. Menuju apartemen miliknya atau kembali ke Bologna untuk melarikan diri darinya.

Namun, Arsen tetaplah Arsen. Ia akan mencari Elva dan membawanya kembali. Karena apapun yang sudah menjadi miliknya, tak akan bisa lepas darinya. Posesif? Ya itulah sifat Arsen sebenarnya, jika sudah mencintainya seseorang ia tak akan main-main.

Arsen sudah menyuruh Jeslyn dan maid untuk memeriksa apartemen dan mansion miliknya. Benar ternyata dugaannya, gadis itu sudah pergi ke Bologna.

"Pesankan aku tiket ke Bologna sekarang!" Suruh Arsen kepada Ivan.

----- n o t e -----

Jangan lupa vote and comments!
Supaya aku bisa cepet update!

Follow me on Instagram :
@literasimary_

GERBERA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang