Pengenalan

591 113 44
                                    

TEKEN BINTANG SEBELUM BACA!

Wooww, aku sendiri kaget hari ini bisa update🤧

|||||

Di minggu sore, Karin dan Malik mengantar rombongan Wisnu ke bandara karena harus kembali ke Jakarta. Setelah diskusi panjang kedua ayah mereka, tanggal pernikahan sudah ditentukan, tiga bulan sejak sekarang. Wisnu dan Karin setuju, karena bagi Brata tidak baik berlama-lama. Wisnu dan Karin juga sudah memutuskan, setelah menikah calon istrinya itu akan ikut ke Jakarta. Maka, Brata bilang Karin harus mengurus surat kepindahannya.

Awalnya, Karin sempat tidak rela jika harus berhenti mengajar di kampus negeri tempat ia bekerja. Tapi, Fauzi menyarankan agar Karin bekerja disalah satu kampus tempat kenalan mereka. Sakya juga langsung heboh, karena walau kampus swasta tapi terjamin bagus dan tak kalah hits dari kampus negeri. Karin juga sempat melihat-lihat dan mencari informasi dan setuju untuk itu.

"Hati-hati, Bang." kata Malik lalu memeluk Sakya dan Juna yang kini sudah menjadi ce-es Malik karena nyambung.

"Nanti main ke Jakarta, apart gue siap menampung lo." kata Juna, Malik mengangguk. Duh, gak main-main emang circle pertemanan calon kakak iparnya.

Karin memeluk tubuh Yuni sebelum dua orangtua itu memilih masuk duluan hendak membeli oleh-oleh dibandara karena tidak sempat keliling Malang. Sibuk membicarakan soal pernikahan Wisnu. Karena, baik Wisnu dan Karin tidak memiliki wedding dream jadi semua diserahkan pada orangtua yang begitu semangat. Wisnu hanya minta untuk design undangan ia sendiri yang memilih bersama Karin.

"Aku .., balik ya?" kata Wisnu gugup saat Karin menatapnya.

Karin mengangguk, "hati-hati, Mas." jawabnya.

Setelah itu, Wisnu dan Karin sama-sama diam. Sebagai manusia julid Sakya membuka mulutnya, tapi Juna lebih dulu membekap dan menyeret sahabatnya itu jauh-jauh sebelum merusak suasana.

"Bye, Karin, Lik!" kata Juna teriak sambil menjauh, menuju pintu masuk untuk chek in.

Fauzi menggeleng melihat kelakuan sahabatnya, "gue balik." kata Fauzi, Malik mengangguk lalu hendak memeluk tubuh Fauzi yang cuma sebahu dia. "jauh-jauh gak lo!" ancam Fauzi langsung. Malik ketawa keras soalnya Fauzi tuh bukan kaya abangnya.

"Ampun, Bang." kata Malik.

Karin ketawa melihatnya, Fauzi gak berubah. Yang bikin Karin heran tuh, Malik kok ya bisa lupa sama Fauzi? Padahal, semasa di Jogya dulu Fauzi paling sering ke kontrakan buat belajar bareng dan Malik selalu ada disana buat ngawasin. Pas Fauzi marah-marah karena Malik lupa, adiknya itu cuma bilang. "Sumpah, Bang. Muka lo beda banget sekarang." Bagi Karin, gak ada yang berubah kecuali keliatan lebih dewasa aja.

Setelahnya, hanya tersisa Wisnu, Karin dan Malik. Seperti mengerti situasi. Malik memutuskan pamit katanya mau beli roti yang wangi kopinya mantep banget. Meninggalkan Wisnu dan Karin dalam keterdiaman.

"Emm .., jaga kesehatan, ya? Jangan terlalu capek urus surat-surat nanti." pesan Wisnu.

"Mas juga, jangan terlalu sibuk." kata Karin, cuma kalimat kaya begitu udah mampu bikin Wisnu merasa melayang-layang. Wisnu gak pernah sangka, kalau kehadiran Karin berpengaruh besar seperti ini. "masuk, gih, biar yang lain gak nunggu lama." kata Karin.

Wisnu mengangguk, dari tadi ia menahan tangannya untuk tidak menyentuh kepala Karin yang tertutup hijab. Tapi, ia harus bisa mengendalikan diri toh nanti juga bisa pegang Karin sebebasnya kalau udah sah. Karin melambaikan tangan saat Wisnu perlahan jalan mundur, seakan enggan pergi menjauh dan tidak melihat Karin dalam waktu dekat.

TAKDIR CINTA - fairbi✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang